Setelah Sepuluh Tahun

Setelah Sepuluh Tahun

Oleh:  PutriNaysaa  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
4 Peringkat
110Bab
22.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Kehidupan model papan atas dengan semua prestasinya tidak mampu membuat Gayatri bahagia. Sepuluh tahun meninggalkan putri kecilnya demi karier adalah kesalahan fatal yang pernah ia lakukan. Hanya saja, saat Gayatri mencoba meraih hati putri dan mantan suaminya, kebencianlah yang ia terima bertubi-tubi. Dapatkah perjuangan Gayatri meluluhkan keduanya?

Lihat lebih banyak
Setelah Sepuluh Tahun Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Muhammad Bintang Yudha Arshavin
mengharukan sekali ceritanya
2024-01-29 00:41:34
1
user avatar
Wahyuni Wiratmoko
jalan cerita yang sangat sangat sangat luarrrr biasa
2023-12-26 19:40:36
1
user avatar
Shadhika Imha
suka sekali ceritanya perfect
2023-12-20 17:38:41
1
user avatar
Rager Ketapang98
Novel Keren salam dari saya Ragerketapang
2023-11-29 10:08:45
1
110 Bab
Jemputan Mama
“Pilar Sayang ... semoga kamu mau menerima Mama kembali, Nak,” lirih Gayatri. Gayatri menyambangi sebuah gedung sekolah ternama setelah memikirkannya sekian lama. Ia akan siap menerima semua risiko dan mungkin juga besar kemungkinan jika ia akan menerima penolakan dari seorang anak remaja berusia lima belas tahun yang sepuluh tahun lalu ia tinggalkan dengan tega di sebuah taman bermain. Gayatri saat itu gelap mata karena merasa tekanan hidup bersama sang suami dan anak mematahkan semua impiannya. Gayatri meninggalkan Pilar, darah dagingnya beserta sang suami karena sebuah tawaran yang ia yakin tidak akan datang dua kali dalam hidupnya setelah ia menikah. Gayatri ingin kembali meraih impiannya yang kandas yaitu menjadi top model nomor satu Indonesia. Dan ia justru kehilangan karier model karena hamil dan menikah. Saat mendapatkan tawaran merintis model di jajaran pasar dunia, ia tanpa pikir panjang langsung menerima serta memutuskan meni
Baca selengkapnya
Sebuah Trauma
Eliiot terdiam lama memandang wajah sendu Pilar, sebelum menghela nafas panjang. Kembali menarik kursi belajar Pilar hingga lutut mereka berbenturan pelan. “Terus?” tanya Eliot pelan. “Aku enggak mau, aku pulang langsung sama bilang jangan pernah melakukan hal itu lagi sama aku. Melakukan sesuatu yang tidak aku sukai dan tanpa seizin aku, apa Papa tahu kau dia berniat membawa aku ke Puncak?” terang Pilar.Eliot menggeleng kecil. “Papa enggak tahu tentang itu, enggak ada hubungi Papa.” “Kan benar aku bilang pasti enggak bilang sama Papa, kenapa sih dia selalu seperti itu Pa? dia tahu aku enggak suka tapi masih seenaknya saja. Aku tadi mau tes Matematika, dan harus mengikuti susulan. Aku benci ikut susulan jika bukan karena sakit.” Pilar menjelaskan tentang keberatannya dan rasa tidak sukanya. “Nanti Papa yang akan bilang ya sama mama kamu, harusnya dia bilang dulu sama kamu atau Papa setidaknya. Papa akan bilan
Baca selengkapnya
Hukuman Untuk Gayatri
“Tahun kedua, dia hanya diam di kamarnya. Menolak siapapun masuk bahkan Dokter sekalipun hanya bisa memeriksanya saat ia tidur. Mencoret-coret semua baju, tempat tidur sampai dinding dengan apapun itu yang dia temukan di kamarnya. Sedikitpun tidak bisa aku dekati, padahal aku papanya. Dia bahkan pernah mengalami retak kepala karena terpeleset menolak aku bantu di kamar mandi. Pilar enam tahun dengan berat badan memprihatinkan dan mental rusak parah oleh seorang wanita yang ia panggil mama.” Eliot menajamkan ucapannya membuat Gayatri tersedak tiada ampunan. Jeda, hanya terdengar isak pelan dari Gayatri akan tetapi tidak Eliot hiraukan. “Kamu boleh marah dan kecewa dengan pernikahan kita dulu. Tapi kamu jauh lebih jahat dari ibu manapun di dunia. Sungguh sampai seumur hidup aku tidak akan melupakan bagaimana perjuangan keras Pilar untuk sembuh dan tumbuh sebagaimana anak pada umumnya walau jauh di lubuk hatinya terluka parah. Waktu ... aku y
Baca selengkapnya
Gentar
Gayatri memandangi potret seorang anak memakai seragam TK yang duduk di ayunan, potret satu-satunya yang ia miliki. Setelah pembicaraan terakhirnya dengan Eliot, laki-laki tersebut mengiriminya pesan yang terasa bagai palu hukuman dari hakim. Eliot menuliskan, Pilar menolak jangan coba temui lagi. “Kenapa kamu tidak terobos saja sih, Gaya?” tanya seorang yang duduk di samping Gayatri. “Dan buat Pilar jadi semakin membenci aku? tidak! aku hanya ingin melihatnya saja, tidak apa-apa asal dia tidak menangis karena melihat aku.” Gayatri tersenyum membelai layar ponselnya. “Kamu sudah menjelaskan alasan kamu ke Kanada dulu?” tanya wanita di samping Gayatri yang tidak lain adalah managernya selama di Kanada.Gayatri menggeleng. “Alasan apa pun itu tetap salah meninggalkan anak dan suami. Sudah kamu diamlah, sudah pada keluar itu anak-anak.” “Ya Tuhan kita bagai penguntit tahu enggak.” Wanita muda tersebut turun dar
Baca selengkapnya
Tercengang
“Ini?” tanya Gaya ketika melewati sebuah rumah dua lantai dengan dominan warna biru muda cenderung hampir putih, warna kesukaan Pilar. Rumahnya tidak terbilang mewah bahkan terbilang sederhana untuk ukuran kata Rachel seorang Milyader di Indonesia. Bahkan hampir mirip dengan miliknya yang ia beli satu tahun silam dan baru ia tempati enam bulan terakhir setelah kembali ke Indonesia. “Jangan menilah kekayaan seseorang dari huniannya, kebanyakan orang sukses low profil walau jelas dia banyak yang kenal. You know i mean,” tukas Rachel. “Iya paham ... apa Pilar sudah punya ibu baru?” tanya Gayatri dengan mata masih tertuju pada rumah dengan pagar tinggi berwarna abu muda teralis gold. “Aku enggak tahu kalau itu, Gaya. Eh buset astaga Gaya, Eliot keluar.” Dengan kepanikan Rachel langsung menjalankan mobil volvo hitam miliknya. Eliot terlihat mengenakan kaos panjang hitam dengan celana katun panjang
Baca selengkapnya
Tuduhan Menguntit
Pilar terdiam sesaat memandang wajah Rachel yang berdebar-debar karena menyebut nama mama dari Pilar sendiri. Setelah Pilar menarik senyum dan mengangguk, otomatis Rachel menghembuskan nafas lega. Pilar berkutat pada buku berwarna penuh gambar lucu yang Rachel sebut binder. “Kalau sudah sembuh bisa bertemu aku kalau Tante izinkan, nanti kita bisa sama-sama belajar. Semoga setelah membaca surat aku, tambah semangat untuk sembuh ya Tante. Dan terima kasih hadiahnya.” Pilar melipat surat menjadi tiga bagian dan memasukkannya ke dalam amplop senada yang ternyata ada di bagian belakang buku warna. Rachel menerima dengan senyuman, ada secuil sesal di sudut hatinya karena membohongi remaja manis berhati lembut seperti Pilar. Namun di sisi lain ia membantu sahabatnya yang sangat merindukan remaja tersebut. “Terima kasih ya Pilar, kamu anak baik,” tutur Rachel tulus. Pilar mengangguk penuh senyuman lalu melambaikan
Baca selengkapnya
Peringatan Serius
“Aku enggak membuntuti kamu,” sanggah Gayatri kuat. “B 5632 ZX adalah plat mobil yang kemarin diam lebih dari sepuluh menit di depa rumah aku. Dan mobil volvo itu milik Rachel Ariani Putri yang mana adalah manager dari seorang model bernama Gayatri. Masih mau mengelak?” desak Eliot tanpa memberi ampun. Gayatri menghela nafas panjang, menggaruk keningnya yang tidak gatal sebelum ia menjawab tuduhan Eliot. Belum ia memberikan penjelasan, Eliot sudah kembali memberinya peringatan. “Jika sekali lagi kamu menguntit saya apalagi Pilar, jangan salahkan aku jika agensi kamu saya tuntut bukan hanya kamu dan Rachel. Dengarkan itu baik-baik.” Eliot memberikan ancaman dengan rahang mengetat sempurna dan langsung membalikkan badan dan meninggalkan Gayatri yang tergagap tidak diberikan kesempatan menjelaskan. Sepeninggal Eliot, Gayatri menghela nafas panjang dan meneruskan memasuki taksi. Moodnya semakin jelek karena tud
Baca selengkapnya
Hadiah Dikembalikan
“Dapat salam dari Gilbert,” seringai Rachel kala datang ke kediaman Gayatri yang sedang tidak ada jadwal dan berniat malas-malasan di rumah. “Kaya anak remaja saja kirim salam,” dengus Gayatri dengan raut bosan. “You know i mean,” kekeh Rachel. “Sudah ditolak berkali-kali enggak menyerah juga. Untung proyek sama dia sudah selesai. Kamu enggak shoping? Jangan bilang ke sini bawa kerjaan. Aku mau enggak produktif dulu please.” Gayatri melempar Rachel yang justru tertawa mendengar penolakan jelas darinya. “Aku numpang molor, gila punggung aku capek sekali tapi malas ke salon. Di rumah ada saja yang mengganggu. Enggak boleh tinggal di apartemen tapi enggak pernah bisa bobok cantik tanpa gangguan.” Rachel merebahkan tubuh di samping Gayatri dengan posisi telungkup setelah menanggalkan semua pakaiannya dan menyisakan sepasang pakaian dalam berwarna hitam. “Bukannya senang rumah kamu ramai, coba li
Baca selengkapnya
Luka Itu Tidak Pernah Sembuh
“Tolong dengarkan dulu penjelasan Tante, Pilar.” Rachel tidak akan melepas Pilar begitu saja dengan kesalah pahaman. “Aku tidak butuh penjelasan apa pun,” jawab Pilar. “Kamu harus tahu alasan mama kamu pergi,” seru Rachel saat melihat Pilar tidak menggubrisnya dan melanjutkan langkah menuju sebuah mobil yang kemungkinan mengantarnya. Langkah Pilar terhenti, membalikkan badan dan memandang penuh kemarahan pada sosok Rachel. “Kamu tidak tahu alasan mama kamu pergi saat itu, Pilar. Kamu mau mendengarkan penjelasan Tante? Tante sungguh minta maaf sudah membohongi kamu untuk hadiah ini dan cerita tentang anak Tante. Bisa kita bicara sebentar?” Rachel kembali berjalan pelan mendekati Pilar yang sudah berdiri di ambang pembatas pagar rumah Gayatri. “Aku tidak ingin tahu dan tidak mau tahu. Meninggalkan anak kecil usia lima tahun sendirian adalah kejahatan yang tidak akan bisa aku maafkan sampai kap
Baca selengkapnya
Bikini
“Loh memang enggak bisa di cancel dulu Mbak tadi pesanan saya?” tanya Pilar. “Enggak bisa Dek, sistem komputer kami sudah diprogram seperti itu. Tidak apa-apa ini dibawa rotinya. Selamat sarapan ya.” Kasir memberikan pesanan Pilar dengan senyuman lebar. “Aku bagaimana mengucapkan terima kasih sama orangnya Mbak?” Pilar masih bengong bingung. “Tadi sudah saya gantikan mengucapkan terima kasih, kamu sedang izin keluar kelas kan tadi katanya. Sana lekas balik ke sekolah dan lekas dimakan selagi hangat,” tambah Kasir. Akhirnya Pilar mengucapkan terima kasih dan segera keluar dari toko roti langganannya. Ia memang sedang izin keluar karena kepentingan melengkapi data untuk Olimpiade berikutnya dan ia minta diturunkan di toko roti tersebut oleh bus sekolah yang jaraknya lumayan dekat dengan sekolahnya. Pilar sampai lupa mematikan panggilan dan dari tempatnya tengah meeting, ia diam mendengarkan semua percakapan Pi
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status