Semua Bab Setelah Sepuluh Tahun: Bab 91 - Bab 100
110 Bab
Kakak Sigap
“Memang masih terlihat seksi dengan badan sebesar ini? kadang aku suka berpikir begini Sayang. Ehem .... “Eliot tersenyum melihat bagaimana Gayatri tiba-tiba mengambil aba-aba untuk mengutarakan isi kepalanya dan merendahkan suaranya saat kendak berbicara.“Suami aku masih nafsu enggak ya lihat badan istrinya sebesar ini. Mana makan mulu, kucel mulu. Sedangkan di luar sana cewek-cewek cantik bertebaran. Padahal dulu aku berpikir wanita paling cantik dan seksi adalah wanita yang sedang hamil. Eh pas sendiri hamil dan bercermin, astaga besar sekali badan ini,” kekeh Gayatri.Eliot bukan tertawa tapi justru berkaca-kaca, hal tersebut membuat Gayatri mengulas senyuman. Ia tahu apa yang membuat suaminya berkaca-kaca. Gayatri membelai pipi sang suami masih dengan senyuman.“Iya serius aku lumayan lama merasa insecure karena kehamilan sekarang berat badan naiknya berkali lipat dari pada pas Pilar. Melendung di mana-mana terutama wajah bulat sekali. Tapi saat kita ... aku tahu kamu masih me
Baca selengkapnya
Anak Laki-laki
“Masih tidur?” bisik Rachel. “Iya Tante,” jawab Pilar berbisik juga. “Papa kamu mana?” Rachel mendekati ranjang dan meneliti Gayatri yang tidur pulas dengan wajah bengkak serta tarikan nafas pelan. “Beli kopi di bawah, enggak ketemu tadi di jalan? belum lama kok keluarnya,” jawab Pilar. Rachel menggelengkan kepala, masih berdiri membelai kening Gayatri dengan teramat pelan. Ia takut membangunkan sang sahabat, matanya berkaca-kaca. Rachel mendapatkan pesan singkat dari Pilar jika Gayatri mengalami pecah ketuban dua hari sebelum HPL dan harus melahirkan hari itu juga lantaran pembukaan sudah banyak. Sedangkan Rachel sedang berada di puncak bersama suaminya menghadiri satu acara dari rekan Zean. Rachel langsung pulang ke Jakarta meninggalkan Zean yang masih memiliki urusan yang harus diselesaikan segera. Rachel menerima kabar berkala dari Pilar yang menunggu sendirian di luar ruangan bersalin sementara sang p
Baca selengkapnya
Pulang
“Pelan-pelan, Sayang.” Eliot menegur saat Gayatri terburu-buru menurunkan kakinya dari mobil begitu mereka sampai di rumah. Pilar masih berada di dalam mobil menggendong adiknya, menunggu sang papa membantu mamanya terlebih dahulu. Pilar sudah sangat luwes menggendong bayi berusia tiga hari tersebut. Begitu Gayatri sudah aman berdiri di luar mobil, baru Eliot mengambil sang bayi dari gendongan kakaknya dan Pilar turun untuk membantu mengeluarkan perlengkapan mereka selama di rumah sakit. “Biarkan dibantu pak sekuriti, Pilar. Kamu masuk sama mama sana,” tegur Eliot. “Iya Pa.” Pilar menghampiri Gayatri dan menggandeng lengannya untuk masuk ke dalam rumah. “Tante Rachel ke mana katanya, Ma?” Pilar bertanya saat ingat saat merek hendak keluar dari rumah sakit Rachel menghubungi Gayatri dan mengatakan tidak bisa ikut menjempt. “Mamanya sakit, enggak di rawat tapi minta tante Rachel pulang. Tante
Baca selengkapnya
Sisi Lain Eliot
“Duduk, kalian duduk. Astaga punya anak istri enggak mau banget dengarkan perintah papanya.” Eliot memberikan tatap melotot pada Gayatri dan Pilar. Gayatri dan Pilar sontak tertawa geli melihat teguran Eliot, bukan takut, hanya lucu saja melihat Eliot dengan pakaian koko putih dengan celana yang juga putih senada dengan pakaian anak-anak dan istrinya. “Iya Papa iya, ini aku sedang mau ambil adek di gendongan kakak Pilar. Duduk Kak, papa sudah bertaring,” kelakar Gayatri. Hari itu adalah hari di mana digelar akikah untuk Mahatma, penghuni baru kediaman Eliot. Ia mengundang semua keluarga dan kerabat dekat untuk turut mendoakan Mahatma yang baru saja di cukur gundul. Yang membuat Eliot melebarkan mata pada Gayatri dan Pilar adalah kedua wanita di rumahnya tidak bias diam sekali, ada saja yang mereka kerjakan. Saat Gayatri menggendong Mahatma, maka Pilar akan sibuk membantu apa saja di dapur. Jika Mahatma digendong Pilar, ma
Baca selengkapnya
Mantan Perokok
Gayatri menikmati kegiatan barunya memiliki bayi, kali ini jelas sangat berbeda dengan saat memiliki Pilar. Kelahiran Mahatma ia dikelilingi sayang dan cinta yang begitu besar dari anak sulung dan suami bahkan kini ia memiliki sahabat yang bisa ia ceritakan mengenai apa pun hingga ia tidak stres sendirian seperti dahulu ketika kelahiran Pilar. “Sayang ... aku akan ke kantor dua jam saja ya, untuk meeting karena memang enggak bisa di wakilkan. Setelah itu langsung pulang kok, kan aku sudah janji sampai kamu benar-benar baik baru full bekerja.” Eliot menghampiri istrinya yang sedang memakaikan sang bayi pakaian usai membersihkannya. “Iya Papa, enggak apa-apa kan ada mbak sama pak Husen di depan. Berangkatlah.” Gayatri mengangkat Mahatma yang menggeliat dengan mulut terbuka setelah digantikan pakaiannya.Eliot menarik nafas panjang. “Baiklah Sayang, Papa akan segera pulang ya biar Mama bisa istirahat karena kamu semalam banyak bangun.”
Baca selengkapnya
Memanjakan Mama
“Papa tolong gantikan diaper Mahatma, aku sakit perut.” Gayatri memberikan bayinya pada sang suami yang sedang duduk di ruang tengah memegang remot kontrol mobil mainan mewah anaknya. “Aku saja Ma.” Pilar tiba-tiba keluar setengah berlari dari dalam kamarnya saat mendengar suara Gayatri meminta sang papa menggantikan diaper adiknya. “Biar Papa saja Sayang, Mama sudah melotot lihat Papa main mobil adik kamu terus,” kekeh Eliot. “Oh.” Pilar ikut tertawa kecil mengangguk. Gayatri ikut tertawa saat memutar badan untuk ke kamar mandi, ia tidak melarang suaminya main mobil anaknya. Namun ia kadang refleks memicingkan mata melihat Eliot sibuk sekali dengan mainan sang anak. Hari itu minggu dan baru saja Gayatri dan Pilar selesai menjemur Mahatma di teras rumah. Pilar kini sangat jarang keluar karena lebih sering berduaan dengan adiknya jika sedang libur sekolah. Bahkan ia meminta kedua orang tuanya untuk jalan-ja
Baca selengkapnya
Setelah Sekian Lama
“Sayang.” Gayatri menahan dada bergemuruh Eliot sejenak dengan nafas berkejaran. Eliot menghentikan sejenak semua yang ingin ia lakukan, memandang manik mata berkabut istrinya. Bertanya dengan sorot mata tidak sabarnya. “Kamu ragu?” tanya Eliot akhirnya. “Bukan ... hanya ... lakukan dengan cepat, nanti anak kamu bangun,” ringis Gayatri.“Iya Sayang astaga.” Eliot berdecap menautkan bibir mereka kembali.Merayu tubuh Gayatri yang sudah lama beristirahat tidak melakukan hubungan suami istri sangat mudah bagi Eliot. Hampir setiap sentuhannya pada kulit lembab sang istri mampu membuat Gayatri menggeliat penuh damba. Gayatri mendesah pelan dengan menahan nafas ketika Eliot menyentuh dadanya yang sensitif sekali semenjak mengasihi bayinya.“Sakit?” Eliot bertanya dengan menengadahkan kepala melihat bagaimana raut wajah Gayatri.Gayatri menggeleng dengan wajah merah menahan gairah yang memuncak, seringai Eliot terlukis sempurna
Baca selengkapnya
Candle Light Dinner
“Kenapa sih kalian enggak habis-habis idenya.” Gayatri tidak menutupi rona merah merona bahagianya saat penutup matanya dibuka oleh Eliot. Gayatri teringat setelah melahirkan, ia selalu menolak di ajak jalan-jalan keluar berdua saja dengan sang suami. Bukan tidak mempercayai Pilar menjaga adiknya, namun ia tidak tega meninggalkan bayi mereka hanya berdua Pilar sementara kedua orang tuanya malah asyik pacaran. Sesungguhnya hal tersebut tidak masalah untuk Pilar karena hanya satu dua jam keluarnya, untuk merilekskan kepala Gayatri yang sehari-hari di rumah berdua si bungsu. Maka jadilah Pilar memberikan ide pada Eliot untuk memberi mamanya kejutan di dalam rumah saja. Di taman samping rumah mereka, disulap menjadi sebuah tempat romantis dengan lampu terang, meja bulat serta dua kursi. Di tengah meja terdapat tiga lilin tinggi pada tempat berukir emas beserta dua gelas berkaki kosong serta sebuah teko kaca berisi jus buah, bukan wine tentu
Baca selengkapnya
Menarik Brand Kecil
“Sudah siap?” tanya Eliot. “Yes Papa, boleh tolong bukain pintunya?” Gayatri dengan tangan penuh menggendong si bungsu dan satunya menenteng tas kecil saat Eliot keluar dari bagasi memanaskan mesin mobil sebelum mereka berangkat menuju rumah sakit. Mahatma jadwal vaksin hari ini, dan mereka sudah membuat janji dengan dokter anak pada rumah sakit tempat Gayatri melahirkan. Jika vaksin sebelumnya Gayatri bersama Pilar karena tepat Pilar libur sekolah, kini ia bersama Eliot pasca semalam mendapatkan kejutan luar biasa dari anak dan suaminya. Eliot membukakan pintu, mengambil tas Gayatri sementara sang istri meletakan bayi mereka di carseat agar aman. Gayatri dudu di belakang bersama si bungsu, mereka membelah padatnya jalan ibu kota di pukul sembilan pagi. “Kamu tadi belum sempat sarapan kan?” Eliot tiba-tiba memberhentikan mobil pada sebuah toko roti yang dipanggang langsung di tempatnya hingga aromanya seme
Baca selengkapnya
Realisasi
“Maksudnya?” Eliot mengerutkan kening pada penuturan istrinya. “Kita butuh duduk dengan benar sepertinya,” ringis Gayatri. Eliot mengangguk, mengecup cepat sudut bibir Gayatri dan memutar badan mematikan layar laptop yang masih menyala untuk kemudian menggandeng sang istri keluar dari ruang kerjanya. Gayatri duduk di sofa ruang keluarga sementara suaminya masih melangkahkan kaki menuju dapur. Eliot kembali tidak lama kemudian, dengan kedua tangan membawa cangkir berisi lemon tea untuk menemani percakapan serius mereka. “Aku ingin ajak teman kuliah aku dulu, bekerja sama. Namanya Alea, dia bisa gambar dan bisa menjahit baju. Memang bukan jurusan designer tapi aku tahu gambar dia bagus-bagus. Pas Mahatma vaksin aku bertemu dia. Pas kamu sedang ambil vitamin adek, dia bekerja sebagai pegawai negeri tepatnya aku enggak tahu di bagian mana. Alea sedang mengantarkan pesanan baju beberapa suster di rumah sakit itu. kami mengobro
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status