Semua Bab SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI): Bab 31 - Bab 40
43 Bab
Bab.31: Senjata Makan Tuan
Aku tersentak hingga membelalakkan kedua mata saat melihat dua sosok laki-laki turun dari mobil secara bersamaan..Mereka juga terlihat kompak tersenyum sinis kepada kami.Memoriku berputar dengan cepat tentang mimpi sebelumnya. Ternyata laki-laki asing yang berada di mimpiku itu adalah Mas Rahmat. Dia adalah kakak kandung Mas Gunawan yang memiliki wajah yang sangat mirip satu sama lainnya.Aku memang belum pernah bertemu langsung dengan Mas Rahmat, karena pada saat pernikahan dulu dia berhalangan hadir. Namun Mas Gunawan pernah memperlihatkan photonya beserta nama lengkap kakaknya itu, Rahmat Hidayat.Kesimpulannya, dalang semua masalah ini adalah Mas Gunawan. Rupanya ancamannya beberapa waktu yang lalu kini telah menjadi kenyataan. “Hallo mantan istriku yang cantik, apa kabar?” sapa Mas Gunawan dengan senyum menyeringai.Aku berusaha memberanikan diri berhadapan dengan Mas Gunawan. Berpaling darinya akan membuat besar kepala dan merasa jika aku masih memiliki perasaan kepadanya. Aku
Baca selengkapnya
Bab.32: Lolos dari Maut
Beruntung kami masih bisa menghindarinya. Namun Mas Gunawan tidak putus asa, dia kembali menyerang kami seperti orang yang sedang kerasukan. Hadi tiba-tiba mendorong tubuhku menjauh darinya.“Mbak Hanum cepat lari dan cari bantuan!” teriak Hadi dengan napas terengah-engah karena menghindari serangan Mas Gunawan yang tidak ada ampun.“Tidak Mas, aku tidak mungkin meninggalkanmu. Kita akan selamat dan keluar dari hutan ini secara bersama-sama," bantahku.Tidak mungkin aku meninggalkan orang yang sudah banyak membantu selama ini. Serangan Mas Gunawan semakin mengganas. Aku hanya bisa menyaksikan pertarungan sengit antara Mas Gunawan dan Hadi. Mereka bergulingan di tanahdemi mempertahankan nyawa masing-masing. Aku tidak dapat berbuat apa-apa selain berdoa semoga Hadi yang menjadi pemenangnya. Beberapa kali terdengar Hadi berteriak memintaku untuk pergi. Namun aku berada diambang kebimbangan. Apakah memilih pergi meninggalkan Hadi atau tetap bersamanya disini. Hatiku kecilku merasa tidak
Baca selengkapnya
Bab.33: Kemana Bik Inah?
"Apa? Mas Gunawan berhasil melarikan diri? Kamu jangan bercanda, Mas. Bagaimana bisa, sementara penjagaan di kantor polisi begitu ketat?" tanyaku tidak percaya dengan kabar yang disampaikan oleh Mas Hadi."Mas juga awalnya tidak percaya, Dek. Namun Mas mendapatkan informasi dari petugas kepolisian yang menangani kasus kita tempo hari," jawab Mas Hadi berusaha meyakinkanku."Lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang, Mas? Aku takut Mas Gunawan akan membalaskan dendamnya kepada keluarga kita!" ucapku mengungkapkan ketakutan di hati.Aku masih mengingat dengan jelas tatapan Mas Gunawan penuh amarah serta ancaman ketika ia berhasil di lumpuhkan oleh timah panas salah satu petugas kepolisian beberapa bulan sebelumnya."Kamu jangan panik, Dek. Mas akan pastikan keluarga kita akan baik-baik saja. Itu sebabnya Mas hari ini pulang lebih awal."Aku sedikit bisa bernapas dengan lega, karena Mas Gunawan berhasil meyakinkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja. Selain itu, aku punya Allah yang ak
Baca selengkapnya
Bab.34: Mas Hadi Berubah
Aku balik bertanya kepada Badru yang melarangku menerima tamu wanita yang baru datang itu."Sepertinya wanita itu mempunyai niat yang tidak baik, Bu. Jika Ibu mau nanti saya bantu untuk mencari pengganti Bik Inah." Badru menyampaikan alasannya melarangku menerima wanita itu."Darimana kamu tahu kalau wanita itu tidak baik? Jangan pernah bersuudzon kepada orang lain, terlebih pada orang yang baru kita kenal," protesku. Aku tidak setuju dengan larangan Badru. Pantang bersuudzon kepada orang lain, apalagi wanita itu membawa nama bik Inah, orang yang sangat aku kenal.Aku melangkah menuju pintu gerbang rumah dan mendapati seorang wanita seusia Badru sedang berdiri dengan wajah cemas."Maaf, mau cari siapa ya?" tanyaku sopan.Wanita itu menengok ke arahku. Wajahnya cukup cantik dengan hidung bangir menghias wajahnya. Ditunjang kulit putih yang dimiliki menambah kecantikannya."Saya mau mencari Ibu Hanum. Apakah Anda orangnya?" tanyanya ragu."Iya betul, saya Hanum. Anda siapa? Apa benar A
Baca selengkapnya
Bab.35: Keanehan Semakin Menjadi
Aku mencoba menepis pikiran buruk tentang Mas Hadi, sebelum ada bukti yang menguatkannya. Aku perlahan mendekat ke arah Mas Hadi dan menepuk bahunya..Mas Hadi nampak terkejut melihat kedatanganku. Wajahnya seperti orang yang linglung. Aku sempat mengira bahwa ia sedang mengalami 'tidur berjalan, namun kenyataannya Mas Hadi dalam kondisi terjaga."Apa yang kamu lakukan disini, Mas?" tanyaku dengan tatapan tajam kepadanya."Mas tidak tahu, Dek. Kenapa Mas bisa ada disini, ya?" Mas Hadi malah balik bertanya dengan wajah bingung.Aku merasa aneh dengan pertanyaannya. Mungkinkah yang dikatakannnya benar, atau hanya alibinya saja agar tidak membuatku curiga? "Ya sudah Mas, ayo kita ke kamar lagi." Ajakku seraya menggandeng tangannya melangkah menuju kamar kami. Mas Hadi diam saja dan mengikuti langkahku. Setibanya di kamar, Mas Hadi kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Aku menatap sedih Mas Hadi. Suami yang selama ini selalu bersikap hangat, namun kini sekarang ia berubah menjadi
Baca selengkapnya
Bab.36: Jawaban Doa Hanum
Kak Lala menelponku. Apakah ini jawaban dari doaku? Sosok kakak yang selalu melindungi adiknya itu hadir setelah beberapa bulan tidak memberi kabar. Setelah peristiwa berdarah di Surabaya tempo hari, kak Lala menemukan jodohnya dan diboyong oleh suaminya ke daerah yang sama. Dengan perasaan suka cita, aku segera menerima panggilan darinya.“Assalamualaikum Kak Lala, apa kabar?” sapaku mengawali pembicaraan dengan antusias.“Waalaikumslaam, Adikku Sayang. Alhamdulillah, kabar Kakak baik-baik saja. Bagaimana kabarmu?”“Kabarku kurang baik, Kak. Seandainya Kakak ada disini, aku ingin bercerita banyak,” jawabku lirih.“Kakak siap mendengarkannya. Tunggu Kakak sebentar lagi akan sampai di rumahmu. Jika tidak ada halangan, Insya Allah Kakak ingin menginap di rumahmu, Num.”Aku terkejut mendengar jawaban Kak Lala. Mungkin Allah telah mengirimkan Kak Lala sebagai jawaban atas doa-doa sebelumnya mengenai solusi kemelut dalam rumah tanggaku.Setelah berpamitan, Kak Lala mengakhiri teleponnya.
Baca selengkapnya
Bab.37: Masalah Baru
Sontak aku berlari menuju kamar tamu yang ditempati oleh kak Lala. Aku terkejut saat melihat kak Lala seperti orang yang ketakutan berdiri di ambang pintu. Matanya menatap ke arah kolong tempat tidur."Kak Lala kenapa?" tanyaku heran bercampur curiga. "H-hanum, ada u-ular ....." jawab kak Lala dengan terbata. "Ular? Dimana, Kak?" tanyaku seolah tidak percaya dengan jawaban kak Lala."Di kolong tempat tidur. Ularnya besar sekali, Kakak takut!" jawab kak Lala dengan wajah sedikit mulai pias.Aku menghampiri dan berusaha menenangkannya. Mataku menatap tajam kolong tempat tidur yang ditunjuk oleh kak Lala. Rasanya tidak mungkin jika ada ular di kamar tamu ini. Seumur hidup tinggal di rumah ini, aku tidak pernah berjumpa dengan binatang berbisa itu. Jangankan binatang berbisa, seekor kecoa dan nyamuk pun tidak pernah aku lihat di rumah ini. Aku sangat menjaga kebersihan rumah ini."Kakak yang tenang, ya. Tidak mungkin di rumah ini ada ular. Apa Kakak barusan tengah tertidur dan bermimpi?
Baca selengkapnya
Bab.38: Sumber Masalah
"Kamu jangan fitnah, Rani. Aku dan Bu Hanum hanya mengobrol biasa!" hardik Badru pada Rani yang sedang menatap kami berdua dengan tajam.Rupanya teriakan Rani memancing kedatangan Mas Hadi. Laki-laki yang bergelar suami itu menunjukkan wajah penuh amarah."Siapa yang selingkuh Rani?" tanya Mas Hadi dengan wajah tegang.Aku membulatkan kedua bola mata. Jangan sampai Mas Hadi terkena hasutan Rani yang menuduh berselingkuh dengan Badru. "Badru, Pak." Jawab Rani mantap."Iya, maksudnya Badru selingkuh sama siapa?" tanya Mas Hadi lagi."Sama ...." Rani menggantung kalimatnya.Kedua kalinya aku membulatkan kedua bola mata menatap ke arah Rani. Jangan sampai ia mengadu yang tidak-tidak kepada Mas Hadi."Sama siapa?" tanya Mas Hadi tidak sabar."Sama Bu Hanum," jawab Rani seraya menundukkan wajahnya. Ia tampak seperti seolah merasa bersalah, namun aku tahu itu hanya aktingnya semata.Mas Hadi membelalakkan matanya, menatap ke arahku dan Badru secara bergantian. Jantungku rasanya seperti berh
Baca selengkapnya
Bab.39: PoV: Rani
"Aduh ... sakit. Jangan sakiti saya, Bu." Aku sengaja berakting seolah sedang disakiti oleh Bu Hanum, tujuannya untuk mencari perhatian Bapak Hadi, suaminya.Sontak aktingku menarik perhatiannya. Begitupun dengan kedua anak-anaknya, mereka berlari menghampiriku."Kamu kenapa, Rani?" tanya Bapak Hadi dengan wajah cemas. Ini memang tujuanku, menarik perhatiannya."Ibu Hanum mengusir saya dari rumah, Pak. Saya menolaknya karena merasa tidak mempunyai kesalahan, namun Ibu Hanum mendorong saya sampai jatuh," jawabku dengan wajah dibuat sesedih mungkin.Jawabanku sontak membuat Bapak Hadi terkejut. Matanya menatap ke arah Ibu Hanum yang tengah berdiri di belakangku dengan gugup. "Hanum, apa yang kamu lakukan? Apa kamu sudah gila?" hardik Bapak Hadi kepada istrinya."M-as Hadi. Ini semua tidak benar. Rani kembali memfitnahku. Oleh karena itu aku memintanya untuk berhenti bekerja disini, agar keluarga kita kembali harmonis seperti dulu lagi," jawab Ibu Hanum dengan mata yang berembun.Puas r
Baca selengkapnya
Bab.40: Apa yang Terjadi pada Ayah?
Aku terjaga di sepertiga malam, menengadahkan kedua tangan memohon ampunan dan petunjuk-Nya. Bukan berputus asa, namun aku lelah menghadapi masalah yang tidak jelas akar permasalahannya ini sendirian. Suamiku yang hangat dan penyanyang tiba-tiba berubah menjadi dingin dan acuh. Begitu pun dengan kedua putriku Hana dan Hani. Mereka yang penurut juga tiba-tiba berubah menjadi anak pembangkang dan lebih menuruti ucapan Rani, asisten rumah tanggaku.Ya, Rani. Ia penyebab semua permasalahan di keluargaku. Semenjak kedatangannya di rumah ini, hidupku yang bahagia berubah menjadi sebuah malapetaka. Aku terus bermuhasabah dan introspeksi diri, khawatir ada sikap atau kesalahan yang pernah dilakukan tanpa sengaja sehingga Allah memberikan teguran dengan mendatangkan permasalahan ini. Akan tetapi aku yakin, Allah tidak akan memberikan ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya.Aku pikir dengan memecat Rani, semua permasalahan akan selesai. Namun ternyata perkiraanku salah, karena justru menambah m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status