Semua Bab SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI): Bab 11 - Bab 20
43 Bab
Bab.11: PoV Gunawan
Pikiranku pusing karena mendengar keluhan dari Hanum yang merasa kelelahan setelah Bik Inah belum juga masuk kerja. Sebelumnya Bik Inah izin tidak masuk kerja satu hari karena ada urusan dikeluarganya. Namun sudah dua minggu berjalan, Bik Inah tidak kunjung masuk bekerja. Hanum tidak tahu kalau sebenarnya aku sudah memecatnya.Lumayan jatah gajinya bisa aku gunakan untuk mentraktir Lisa, wanita berstatus janda yang baru sebulan ini bekerja di bengkel. Wanita bertubuh sexy itu membuatku bersemangat bekerja. Senyum dan suaranya yang merdu itu membuatku mabuk kepayang.Jika dihitung-hitung, sudah berapa banyak uang yang sudah aku keluarkan untuk menggaji Bik Inah. Oleh sebab itu, aku memecatnya agar Hanum tidak lagi manja mengandalkan bantuan Bik Inah. Aku malas berdebat dengan Hanum, makanya aku pergi meninggalkan rumah untuk mencari udara segar. Rasanya kurang asyik jika aku hanya sendirian saja, sehingga menghubungi Lisa dan dia pun tidak menolak untuk menemani.Setelah puas mengajakn
Baca selengkapnya
Bab.12: Gunawan Babak Belur
Aku terbangun saat mendengar suara teriakan dan rintihan seseorang. Rasanya suara itu tidak asing di telingaku. Perlahan aku membuka kedua mata dan menengok ke arah sumber suara. Aku terkejut saat melihat Mas Gunawan sedang terbaring dilantai memegangi wajah dan tubuhnya yang mendapatkan kekerasan dari ayah.Saat ayah akan kembali melayangkan tendangan, aku berteriak menghentikannya."Ayah, cukup!!" teriakku kepada sosok yang selama ini menyayangiku dengan tulus.Aku tidak tahu alasan ayah berbuat kasar kepada Mas Gunawan. Padahal selama ini, beliau selalu membela Mas Gunawan."Kenapa kamu menghentikan Ayah? Laki-laki ini pantas mendapatkannya. Kalau perlu, dia harus mati di tangan Ayah. Dia sudah berani menyakiti harta yang selama ini Ayah jaga mati-matian," ucap ayah dengan kilatan amarah di kedua netranya.Aku tidak mengerti maksud perkataan ayah. Namun yang pasti, aku tidak ingin ayah mendapatkan masalah karena melakukan tindak kekerasan.Sementara itu, Mas Gunawan yang terlihat l
Baca selengkapnya
Bab.13: PoV Gunawan
PoV: GunawanAku tersungkur di lantai rumah sakit, setelah diseret paksa seperti seekor hewan oleh ayah mertua. Bukan hanya rasa sakit di wajah serta tubuh yang aku rasakan saat ini, tetapi juga rasa sakit di hati yang tidak terperi. Apa yang aku takutkan akhirnya terjadi juga. Ayah mertua mengetahui semua sandiwaraku selama ini. Padahal aku sudah berusaha menutupinya sebaik mungkin. Bukan hanya ayah mertua, tetapi Hanum juga sudah tidak lagi menganggapku suaminya. Bahkan dengan beraninya dia meminta kata talak dariku. Hancur sudah semua rencana dan siasat yang sudah aku susun dengan rapi. Aku harus bersiap kehilangan semua yang dimiliki selama ini.Aku tertatih memasuki lif untuk turun ke lantai bawah. Malu rasanya melihat tatapan aneh orang-orang yang berpapasan denganku. Rasa sakit yang mendera sudah tidak aku hiraukan. Tubuh dan pikiranku rasanya sangat letih. Mungkin sebaiknya aku pulang ke rumah untuk beristirahat dan memikirkan langkah selanjutnya. Aku masih optimis bisa meng
Baca selengkapnya
Bab.14: Pembalasan Hanum
Aku penasaran, apa yang sebenarnya dilihat Hana sehingga membuatnya ketakutan. Mataku tertuju ke arah pintu gerbang. Jantungku berpacu lebih cepat, serta aliran darah terasa berhenti mengalir saat mengetahui penyebab Hana ketakutan.Mas Gunawan berdiri di ambang pintu gerbang rumah. Penampilannya sangat berbeda dari biasanya. Dia terlihat lusuh karena memakai pakaian yang tidak layak pakai. Pantas saja Hana ketakutan, bahkan dia sampai tidak mengenali ayahnya.Aku memberi kode kepada ayah dan kak Lala agar meninggalkanku berdua dengan Mas Gunawan. Meskipun tatapan mereka menyiratkan penolakan, tetapi akhirnya mereka masuk ke dalam rumah termasuk dengan anak-anak.Setelah kepergian mereka, Mas Gunawan terlihat melangkah ke arahku. Saat jarak kami hanya terpaut beberapa meter saja, Mas Gunawan terlihat ingin memelukku. Sontak saja membuatku terkejut dan menghindarinya."Jangan sentuh aku, Mas!" bentakku dengan tatapan penuh emosi."Kenapa, Hanum? Aku masih Suami sahmu. Kamu berdosa jika
Baca selengkapnya
Bab.15: Doa yang Terkabulkan
Bik Inah seperti ragu ingin memberitahuku. Akhirnya aku meminta Bik Inah untuk meneruskan tugasku menyuapi anak-anak. Sementara aku berjalan melangkah keluar rumah untuk mengetahui tamu yang datng berkunjung. Tampak sosok wanita dengan penampilan sedikit glamour sedang duduk pada kursi yang berada di teras depan rumah. Dia tidak menyadari kehadiranku karena sedang asyik memainkan ponsel. “Mbak Sita? Ada apa datang kemari?” tanyaku dingin. Wanita yang bergelar kakak ipar itu segera menoleh ke arahku. Dia bangkit dari tempat duduknya dan mendekat.“Hanum, apa kabar? Kamu sehat?” tanya Mbak Sita berbasa-basi. Suaranya terdengar lembut, serta sikapnya terlihat bersahabat. Berbeda sekali saat aku masih tinggal bersama Mas Gunawan. Pertanyaan Mbak Sita tidak terjawab. Aku malah menjatuhkan bobot tubuh di kursi yang bersebrangan dengannya.“Hanum, kenapa kamu bisa mengajukan gugatan cerai kepada Gunawan? Bukankah dia sosok Suami yang baik buatmu?” tanya Mbak Sita kembali.Aku masih bergem
Baca selengkapnya
Bab.16: PoV Gunawan
Hidupku hancur setelah semua sandiwara yang susah payah dilakoni terbongkar. Tidak ada kata maaf dari Hanum, ayah mertua apalagi kak Lala. Masih terbayang dalam ingatan, saat kak Lala mengusirku dari rumah. Tidak hanya itu, bahkan ATM yang berisi uang hasil manipulasi di bengkel juga lenyap dirampas olehnya.Aku kini resmi menyandang status tuna wisma dan tuna daksa. Perutku terasa sangat lapar, sedangkan uang yang tersisa di dompet hanya selembar kertas berwarna hijau. Biasanya jika aku lapar, bisa dengan mudahnya memesan makanan yang diinginkan melalui sebuah aplikasi. Sekarang aku bingung harus pergi kemana? Padahal rumah yang ditempati setelah menikahi Hanum adalah satu-satunya tempatku berlindung dari terik matahari dan hujan. Terpaksa meminta bantuan saudara, karena kedua orang tuaku sudah tiada sejak masih kecil. Aku yakin mereka pasti akan membantu karena tidak tega melihat kondisi adiknya yang mengenaskan seperti saat ini.Toh selama ini aku selalu membantu mereka dengan rut
Baca selengkapnya
Bab.17: Permintaan Hanum
Mas Gunawan datang ke kantor pengadilan agama masih dengan penampilan lusuh. Kak Lala dan pengacara yang sedang bersamaku saja sampai heran melihatnya. Dulu penampilan Mas Gunawan selalu rapi dan menarik. Itu karena aku mengurusnya dengan baik. Kini penampilannya berubah 180°. Mungkin ini salah satu balasan akibat dia dzolim kepadaku dan anak-anak. Allah baru membalas semua kedzolimannya di dunia, belum lagi di akhirat nanti. "Mau apa kamu datang kesini, Mas? Keputusan sidang mengabulkan gugatanku. Mulai saat ini, kita sudah resmi berpisah. Aku sudah bukan Istrimu lagi!" ucapku seraya menatap nyalang ke arah Mas Gunawan."Tidakkah ada kata maaf untuk memperbaiki semuanya? Aku janji akan menjadi Suami dan Ayah yang baik untuk anak-anak. Aku menyesal. Kamu mau memaafkan aku, kan?" tanya Mas Gunawan seraya terisak. Aku tertegun melihat Mas Gunawan menangis dihadapan kami bertiga. Wajahnya menyiratkan penyesalan yang dalam. Akan tetapi, air matanya tidak akan mampu mengobati luka hati
Baca selengkapnya
Bab.18: Kabar Terbaru Gunawan
"Sebenarnya apa, Mas?” tanyaku penasaran.“Sebenarnya, yang mengirimkan pesan memberitahukan Gunawan berada di bengkel bersama seorang wanita itu adalah saya, Mba Hanum.”Aku terkejut hingga membelalakkan mata mendengar pengakuan Mas Hadi. Sama sekali tidak menyangka bahwa orang yang sudah memberikan informasi yang menjadi titik awal keputusanku berpisah dengan Mas Gunawan adalah Hadi, orang kepercayaan ayah.“Mas Hadi, kalau boleh tahu apa alasan memberitahukan kepada saya kalau Mas Gunawan telah berselingkuh? Apa Mas Hadi mempunyai masalah sebelumnya dengan Mas Gunawan?” tanyaku dengan menatap lekat ke arahnya.Hadi tampak menghela nafas dan menghembuskannya perlahan. Tampak jelas gurat keraguan di wajahnya.“Maafkan saya Mbak Hanum, kalau saya telah lancang memberikan informasi besar kepada Mbak Hanum. Saya tidak menyangka jika setelah kejadian itu, Mbak Hanum memutuskan berpisah dengan Gunawan. Akan tetapi sejujurnya saya sudah mengetahui sikap Gunawan kepada Mbak Hanum. Saya tida
Baca selengkapnya
Bab.19: Bertemu Mantan
Kak Lala terkejut mendengar pertanyaaanku, hingga membuatnya menepikan mobil."Kamu kenapa bertanya seperti itu?” tanya Kak Lala.“Aku melihat kehidupan Kak Lala sepertinya tanpa beban. Kakak wanita mandiri yang cerdas dan kuat. Aku rasa laki-laki manapun banyak yang tertarik kepada kakak. Kenapa Kakak tidak memutuskan untuk menikah lagi?”Kak Lala menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan. Matanya menatap kosong jalan raya di depan.“Sejujurnya Kakak menginginkan kembali pernikahan. Akan tetapi, melihat kegagalan pernikahanmu membuat Kakak mengurungkannya. Kakak akan fokus membantu bisnis Ayah agar tidak memikirkan masalah percintaan.""Seandainya ada laki-laki baik yang mengajak serius, apakah Kakak mau?" tanyaku seperti seorang reporter menginterogasi nara sumbernya."Sebenarnya, saat ini memang ada seorang laki-laki yang mendekati Kakak.""Serius, Kak? Siapa dia?" tanyaku penasaran."Namanya Hidayat. Dia bekerja sebagai security hotel yang letaknya bersebrangan dengan beng
Baca selengkapnya
Bab.20: PoV Gunawan
Aku memanggil dengan bersemangat wanita yang hingga kini masih bersemayam di hati. Rasa rindu kian membuncah ketika melihat kembali wanita yang pernah membersamaiku empat tahun lamanya. Hanum … dia terlihat semakin bersinar. Wajah serta tubuhnya kini terlihat terawat sehingga membuatnya semakin menarik, tidak seperti saat masih menjadi istriku.Aku berusaha mendekat ke arahnya, tetapi dengan cepat dia menghindar. Aku tidak berputus asa dan terus mengikutinya. Hanum terlihat ingin masuk ke dalam mobil menyusul ayahnya, mantan mertuaku.Sedikit merasa kesal karena dia bahkan tidak menoleh sedikit pun. Seburuk itukah kini wajahku, hingga dia sama sekali tidak ingin menatap walau sebentar setelah sekian lamanya kita tidak bertemu.“Mau kemana cantik, kok terburu-buru sekali?” tanyaku akhirnya berhasil menghalangi jalannya. Walaupun dengan keterpaksaan, akhirnya pandangan kami saling bersirobok. Hanum terlihat ketakutan dan memalingkan wajahnya.Tidak ada sepatah pun terucap dari bibirnya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status