SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)

SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)

By:  Irma Juita  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating
43Chapters
16.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

"Kamu bayar sendiri biaya persalinanmu. Itu karena salahmu tidak melahirkan anak laki-laki sesuai keinginanku!” bentak Mas Gunawan. Hanum--25 tahun adalah seorang istri yang menjadi korban keegoisan suami yang menginginkan anak laki-laki dari pernikahannya. Saat keinginannya tidak terpenuhi, Gunawan-- 28 tahun bersikap dingin dan tidak peduli kepada Hanum dan ketiga anaknya. Hanum harus berjuang sendiri melawan syndrom baby blues yang menyerangnya. Akankah Hanum berhasil melawan syndrom yang berbahaya bagi wanita pasca melahirkan itu tanpa dukungan dari suaminya?

View More
SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI) Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Mama fia
cerita yg sangat menguras emosi, bikin pembaca gregetan
2024-01-03 18:44:13
0
43 Chapters
Bab.1: Suami Egois
"Kamu bayar sendiri biaya persalinanmu. Itu karena salahmu tidak melahirkan anak laki-laki sesuai keinginanku!” bentak Mas Gunawan. Laki-laki bermanik mata hitam itu adalah suami yang sudah memperistriku selama empat tahun. Dia tidak mempedulikan kondisiku yang sedang dalam perawatan di sebuah rumah sakit pasca operasi caesar.“Tega kamu, Mas. Bukannya mengucapkan selamat atau berterimakasih karena sudah melahirkan anakmu, tetapi malah menyalahkanku. Padahal aku hampir saja kehilangan nyawa di meja operasi tadi,” ujarku seraya terisak. Tak terasa buliran bening menetes dari kedua netraku.“Aku tidak sudi punya anak perempuan lagi, karena hanya akan menjadi beban buatku!” hardik Mas Gunawan lagi.“Astagfirullah, Mas. Ini sudah takdir dari Tuhan. Anak laki-laki atau perempuan sama saja, yang terpenting lahir dengan sehat dan sempurna!” timpalku dengan suara serak membuatku Mas Gunawan terlihat semakin tersulut emosi.“Ini bukan masalah takdir. Semua ini terjadi karena kamu jadi Adik Ip
Read more
Bab.2: PoV Gunawan
Jangan minta bantuan Ayah atau Kak Lala, aku malu!" akhirnya aku menjawab pertanyaan Hanum.Wanita ini memang selalu menguji kesabaranku. Dia sepertinya tahu kalau kelemahanku terletak pada ayahnya. Aku tidak memungkiri, jika kehidupan kami selama ini tidak lepas dari sokongan dana dari ayahnya.Bahkan rumah yang kami tempati, bengkel yang selama ini aku kelola semuanya milik ayahnya Hanum. Oleh sebab itu, sikapku akan sedikit manis kepada Hanum jika di depan ayahnya. Jangan sampai ayah mertua tahu kalau selama ini aku tidak menafkahi anak dan cucunya dengan baik.Alasan menerima tawaran menikah dengan Hanum pun karena dia putri bungsu Pak Hartawan, pemilik bengkel tempatku bekerja. Beliau adalah seorang pengusaha kaya serta memiliki puluhan bengkel yang tersebar di berbagai daerah. Belum lagi harta lainnya berupa perkebunan, bisnis kuliner, bisnis property dan masih banyak lagi.Hidupku pasti tidak akan susah jika menikahi anaknya. Namun yang jadi ganjalan selama ini adalah kak Lala,
Read more
Bab.3: Suami Bermuka Dua
Aku terkejut melihat kedatangan ayah dan kak Lala secara bersamaan. Wajah ayah terlihat tidak bersahabat, terlebih kak Lala. Lantas, apa maksud dari pertanyaannya?Wajah Mas Gunawan terlihat pias mendapatkan pertanyaan dari kak Lala. Jelas terlihat dia meneguk salivanya. "Kenapa diam? Kamu sudah tidak mampu membiayai persalinan Adikku, hingga sampai hati menjadikan KTP-nya sebagai jaminan? hardik kak Lala lagi."Bu-kan be-gitu. Kakak tolong sabar dulu, jangan terbawa emosi." Mas Gunawan terlihat gugup. Wajahnya juga terlihat ketakutan. Apa benar yang dikatakan kak Lala, kalau kartu identitasku mejadi jaminan di rumah sakit? Memang sebelum operasi berlangsung, Mas Gunawan sempat meminjam KTP-ku. "Coba kamu jelaskan kepada kami, kenapa KTP Hanum bisa menjadi jaminan di ruang administrasi?" tanya ayah dengan suara beratnya. Wajahnya yang biasanya tenang, kali ini terlihat tegang.Aku kembali menatap laki-laki berambut ikal dan bermanik mata hitam itu dengan lekat. Ingin tahu jawaban a
Read more
Bab.4: Dia Tidak Peduli
Hatiku terasa perih membaca pesan dari kakak ipar yang memang selalu mencampuri urusan rumah tangga kami. Pantas saja Mas Gunawan selalu perhitungan kepada keluarga kecilnya. Rupanya selama ini diam-diam dia mengirimkan uang kepada Mbak Sita. Sebenarnya aku tidak masalah jika dia membantu saudara kandungnya, jika kewajibannya telah dijalankan dengan baik. Namun pada kenyataannya, dia lalai dengan semua tanggung jawabnya.Aku bukan tidak bersyukur menerima nafkah seadanya dari Mas Gunawan, namun aku tahu penghasilan dari bengkel setiap harinya. Jatah bulanan yang aku dapat, tidak ada separuh atau bahkan seperempat penghasilan dari bengkel.Jangankan membeli kebutuhan pakaian yang kini sudah tidak layak pakai, untuk kebutuhan makan sehari-hari, jajan kedua anakku saja masih kekurangan kalau tidak mendapatkan bantuan dari ayah."Hanum, lancang sekali kamu membuka hapeku!!" teriak Mas Gunawan yang sudah berdiri di depan pintu toilet dengan pancaran kemarahan yang membuatku terkejut. Sak
Read more
Bab.5: Gejala Baby Blues Syndrome
Kondisi tubuhku semakin menurun pada hari ketiga pasca melahirkan. Bukan hanya rasa sakit pada area perut, namun aku merasa kelelahan karena harus begadang setiap malam. Asiku belum kunjung keluar, mungkin itu sebabnya si bayi selalu rewel dan tidak nyenyak tidurnya. Aku merasa menjadi ibu yang tidak berguna, karena tidak dapat memberinya asi. Sementara Mas Gunawan tidak peduli kepada anaknya, meskipun beberapa kali aku telah meminta membelikannya susu formula.Aku menangis tersedu dikamar, meluapkan semua kesedihanku. Bukan kali ini saja aku menangis. Namun akhir-akhir ini, entah mengapa aku sering menangis tanpa sebab yang jelas. Aku merasa suasana hati gampang berubah-ubah pasca melahirkan. Terkadang aku merasa sedih, namun tiba-tiba merasa kesal bercampur emosi. Bukan karena sikap Mas Gunawan, tetapi aku sendiri tidak tahu penyebab sering menangis tanpa alasan yang jelas.Tiba-tiba perutku terasa mulas, sepertinya aku ingin buang hajat. Aku melangkah perlahan dan berhati-hati menu
Read more
Bab.6: Pov Gunawan
Aku berangkat kerja dengan perasaan kesal bercampur emosi. Semua gara-gara Hanum, istriku. Seenaknya dia memintaku membawanya kontrol ke rumah sakit, padahal obatnya saja masih belum habis. Dia bilang harus diperiksa oleh dokter sekalian mengganti plester yang menutupi luka pasca caesarnya, memangnya tidak memakai biaya?Semuanya tidak gratis, sementara uang tabunganku sudah berkurang dua puluh juta karena dipinjam oleh kak Lala untuk membayar tunggakkan arisannya. Aku tidak rela kalau sampai dia dikeroyok oleh teman-temannya karena belum membayar arisan, padahal sudah menang diawal.Aku menolak permintaan Hanum mentah-mentah. Wanita itu memang lebay, padahal proses persalinannya secara caesar sehingga tidak perlu capek-capek mengejan karena proses keluar bayi bukan lewat jalan lahir. Setahuku persalinan caesar keluar lewat perut melalui jalan operasi, itupun sebelumnya disuntik bius terlebih dahulu sehingga tidak akan merasakan rasa sakit.Hanum … kenapa dia sekarang berubah? Padahal
Read more
Bab.7: Keputusan yang Salah
"Nggak usah kebanyakan drama kamu, cepat pergi dari sini dan jangan pernah menampakkan batang hidungmu lagi!" bentak kak Lala pada sosok laki-laki di hadapanku ini dengan wajah memelas.Namun tiba-tiba ayah yang berada di dekatku terlihat memegangi dadanya. Nafasnya terlihat naik turun. Aku dan kak Lala langsung panik. Pasti penyakit jantung ayah kumat lagi. Kak Lala segera berlari keluar ruangan, sepertinya hendak memanggil bantuan. Sementara Mas Gunawan terlihat terkejut dengan keadaan ayah mertuanya.Dia berinisiatif untuk memapah ayah ke arah sofa yang berada di pojokan ruangan. Lalu kemudian membaringkannya perlahan. Ayah masih memegangi dadanya dan matanya terlihat terpejam. Selang beberapa lama kemudian, kak Lala datang bersama seorang laki-laki yang aku duga sebagai dokter.Laki-laki berpakaian putih serta berkacamata itu memeriksa kondisi ayah."Sebaiknya Ayah Anda dipindahkan ke ruang IGD, untuk pemeriksaan lebih lanjut!" ucapnya setelah selesai melakukan pemeriksaan."Baik,
Read more
Bab.8: Kewarasanku Terganggu
Aku berada di ambang kebimbangan. Antara harus percaya atau tidak dengan pesan yang dikirim oleh nomor yang tidak dikenal itu. Namun apa salahnya jika mengecek keberadaan Mas Gunawan di bengkel, karena dugaanku memang mengarah kesana.Aku segera bersiap untuk menuju bengkel. Beruntung kedua anakku Hana dan Hani masih tertidur. Aku berangkat hanya membawa si bayi dalam gendongan. Sebenarnya merasa khawatir meninggalkan kedua anakku yang masih balita dirumah tanpa ada yang mengawasi. Namun aku terpaksa, karena tidak ada Bik Inah yang dimintai tolong untuk menjaga mereka.Sedangkan untuk meminta bantuan Bu Andi tetanggaku rasanya sungkan. Aku sangat sering merepotkannya. Sebenarnya jarak bengkel dengan tempat tinggal lumayan dekat dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki, namun untuk menghemat waktu memilih menggunakan ojek agar tiba dengan cepat dan kembali sebelum anak-anak bangun.Setibanya dibengkel, suasana masih terlihat sepi karena masih pagi. Para pekerja belum ada satu pun yang d
Read more
Bab.9: PoV Lala
PoV: Lala“Hanum!!!” teriakku, saat melihatnya ingin melukai leher anaknya sendiri menggunakan pecahan kaca yang tidak diketahui darimana asalnya.Bahkan beberapa goodie bag yang aku bawa terlepas begitu saja dari genggaman karena terkejut melihat pemandangan mengerikan di depan mata.Hanum menoleh ke arahku seiring terjatuhnya kaca yang berada digenggamannya. Beberapa detik kemudian, dia pun terjatuh tidak sadarkan diri. Aku masih tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi kepada adikku.Namun yang jelas kondisi kamarnya kini sudah hancur berantakan. Rupanya pecahan kaca tadi didapat dari cermin meja riasnya yang sudah tercerai berai. Sungguh pemandangan yang memilukan. Aku segera memeluk Hana dan Hani yang menangis ketakutan di pojok kamar. “Atagfirullah, ada apa, La?” tanya ayah sama terkejutnya saat melihat pemandangan yang mengerikan di depan mata.Aku memang masuk terlebih dahulu saat ayah sedang memarkirkan kendaraannya. Aku sangat bersemangat untuk bertemu dengan keponakan
Read more
Bab.10: PoV Lala
"Te-tapi Ba-pak Gunawan sudah memecat saya, Bu Lala," jawab Bik Inah terdengar gugup.Aku tersentak mendengar jawaban Bik Inah. Rupanya alasan inilah yang membuat kondisi adikku memburuk. Dia kelelahan karena menghandle semua pekerjaan rumah tangga, ditambah mengurus tiga anak sekaligus. Padahal dia melahirkan secara operasi caesar. "Dasar keterlaluan si Gunawan itu" makiku dalam hati."Bik, Adik saya sekarang dirawat di rumah sakit. Luka caesarnya robek dan terpaksa dijahit kembali," ucapku menimpali jawaban Bik Inah."Astagfirullah, Bu Hanum dirawat di rumah sakit? Kasihan sekali Bu Hanum," ujar Bik Inah ikut terkejut mendengar kabar Hanum."Iya, Bik. Sepertinya sejak tidak ada Bibik, Hanum kerepotan mengurus semuanya sendirian. Tujuan saya menghubungi Bibik ingin meminta bantuan untuk merawat anak-anak Hanum yang sekarang berada di rumah Ayah. Kalau Bibik bersedia, nanti ada sopir yang menjemput," ucapku memberikan alasan menghubunginya."Siap, Bu Lala. Saya bersedia merawat anak-a
Read more
DMCA.com Protection Status