All Chapters of Mantan Suami Ingin Cintaku Kembali : Chapter 51 - Chapter 60
127 Chapters
Bab 51 Pilihan yang Tepat
—POV Serena, in House Mas Samuel :[Aku setuju kita cerai, Mas.]Aku memandang pesan yang baru saja kukirim pada Mas Samuel. Pesan itu terkirim dengan status centang dua abu, belum dibaca. Aku pun mematikan ponsel. Memegang erat benda pipih tersebut. "Lo serius mau pisah sama laki lo?" tanya Bella.Kupandang Bella dengan satu hembusan napas. Ya, aku mengundang Bella ke rumah karena hanya Bella yang aku punya saat ini. Hanya perempuan itu yang dengan sukarela meminjamkan telinganya demi mendengarkan ceritaku. Kami sudah lewati banyak hal bersama. Dan aku percaya bahwa Bella adalah sahabat sekaligus penasihat yang baik. "Dia sendiri yang gugat cerai aku, Bel," kataku sekian lama terdiam. Bella mengerutkan keningnya, menatapku aneh. "Kenapa? Maksud gue, kok bisa laki lo gugat cerai kaya gini. Kalian sebelumnya baik-baik aja, loh, Ser."Tidak. Kamu salah Bella. Bahkan jika semuanya baik-baik saja, perceraian tidak mungkin terjadi. Pernikahan yang dulukudambakan akan bahagia sampai akh
Read more
Bab 52 Tipes
Setelah selesai mengganti perban di kening dengan bantuan suster. Mungkin hanya beberapa menit saja, setelahnya aku kembali ke ruangan di mana Anin sedang diperiksa di sana. Namun, saat aku kembali di depan ruang ICU sudah banyak orang. Tadi saat aku meninggalkan ruangan itu, hanya ada Bella. Tapi kenapa sekarang jadi banyak orang yang menunggu di sana? Ada Mas Samuel, orang tua Mbak Kinan, Bayu dan juga... Papa Wijaya. Kenapa semuanya jadi kumpul di sini? Lalu, saat aku sampai di hadapan mereka. Bayu terlihat ingin menyerangku. Sayangnya hal itu ia urungkan kembali sebab dokter muncul dari dalam sana. "Keluarganya pasien?" panggil Dokter menatap kami semua. Mas Samuel langsung mengajukan diri. "Saya Papa-nya, Dok.""Kami keluarganya," koreksi neneknya Anin dan diangguki oleh Mas Samuel dan Bayu.Dokter tampak menghela napas sebentar sebelum menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dengan Anin. "Begini, Pak, Bu. Saat ini pasien harus dirawat untuk beberapa hari ke depan karena gej
Read more
Bab 53 Permintaan Papa Mertua
"Serena, bisa kita bicara sebentar?" tanya Mas Samuel setibanya di hadapanku."Kamu nangis?" Mas Samuel hendak memegang wajahku namun dengan cepat aku menghindar. "Kenapa?" tanyanya. "Aku mau pulang, Mas." Mas Samuel menahanku. Bingung dengan sikapku yang mungkin terlihat aneh. Selama beberapa menit, hanya keheningan yang terjadi. Aku melepas cekalan itu hingga Mas Samuel membuka suara. "Mas yang antar," putus Mas Samuel. Kutatap wajahnya. "Aku pulang sama Bella."Setelah kuputuskan, Mas Samuel tak mengejarku. Pria itu malah terdiam menyaksikan aku yang hanyut dalam pandangan. Meski terasa sakit, aku terus melanjutkan perjalanan menuju titik kumpul semua orang, termasuk ada Bella di sana. Setibanya aku di sana, ternyata hanya ada Bella yang berdiri tegak seolah sedang menunggu seseorang. Aku menghampirinya dengan raut wajah bingung. "Yang lain ke mana, Bel?" tanyaku karena semua orang sudah tidak ada di sini. "Anin udah di pindahin ke ruang rawat inap," jelas Bella. "Mereka perg
Read more
Bab 54 Tidak Ada Pilihan
—POV Samuel"Tolong jangan merusak semuanya. Teruskan perceraian ini."Itu permintaan Serena sebelum perempuan itu masuk ke dalam kamar. Aku pun turun ke bawah. Berjalan menuju dapur, membuka lemari pendingin lalu mengambil minuman bersoda di dalam sana. Aku membuka pengaitnya, dan meneguknya dengan satu hentakan hingga tandas. Aku meremas kaleng soda tersebut kemudian melemparnya asal. "Sialan!" kesalku seraya meremas rambut saking frustrasinya. Ting! Reno :[Pak, klien Singapore memajukan tanggal pertemuan, jadi 2 hari lagi.]Aku membaca pesan tersebut. Ingin rasanya kulempar benda pipih itu namun yang bisa kulakukan hanya menggengam erat, sangat erat. Persetan dengan Reno yang ternyata sudah lama menjadi mata-mata atas suruhan Serena. Aku tidak peduli. Reno tetaplah orang kepercayaan Amor's Group. Lagipula, pria itu sudah meminta maaf dan menjelaskan apa saja tugasnya selama bekerja sama dengan istriku. Reno :[Saya sudah mengabari Bianca mengenai pemberangkatan kita yang dim
Read more
Bab 55 Kedatangan Ibu Mertua
"Sebentar, Bu, Samuel angkat telepon dulu." Dibalas anggukan olehnya. Sebelum keluar dari ruangan aku menyempatkan waktu mengecup kening Anin lalu berjalan keluar untuk menjawab panggilan tersebut. "Halo, kenapa, Bu?" tanyaku. Ya, barusan yang menelepon adalah ibuku sendiri. Aku berjalan ke tempat yang lebih sepi, sebab takut pembicaraanku menganggu pasien yang sedang beristirahat. "Kamu di mana? Cepat pulang, Ibu ada di rumah kamu."Keningku mengerut. Apakah berita perceraianku sudah sampai kepada Ibu? Ah, media memang pandai membuat heboh. "Anin dirawat Bu, sekarang Samuel lagi di rumah sakit. Serena nggak ikut, ada di rumah.""Iya memang ada, kamu cepat pulang. Ibu tunggu di rumah." "Iya, Bu. Sebentar lagi," ujarku mendesah pelan. Sambungan itu lantas terputus. Ibu sendiri yang memutuskan sambungannya. Aku berkacak pinggang, menggaruk tengkuk yang tak gatal. Astaga, bagaimana aku bilang pada Anin bahwa aku harus pulang sekarang, padahal baru saja datang. Anak itu pasti marah
Read more
Bab 56 Kekecewaan Semua Orang
Ibu tampak menghela napas. Kembali menatap kami. Kali ini dengan tatapan tajam. "Orang tua kamu gimana Serena? Udah tau?" tanya Ibu. "Sepertinya—"Tiba-tiba Mas Rifki datang ke hadapan kami, lalu menarik keras baju Mas Samuel dan menghajarnya tanpa ampun. Aku menutup mulut tak percaya. Datanglah Mbak Yuni juga Ibu dengan langkah tergesa-gesa."Sialan!" kata Mas Rifki terus menonjok suamiku. Mas Samuel sampai tersungkur di sofa yang tadi ia duduki bersamaku. Aku merengkuh suamiku. Meneriaki Mas Rifki dengan napas yang sama-sama memburu. Mbak Yuni juga ikut memisahkan suaminya itu. "Udah, Mas! Stop! Tahan emsoi kamu!" bentak Mbak Yuni menenangkan suaminya. Aku langsung melihat keadaan Mas Samuel. Pelipisnya berdarah. Aku menekan luka itu sedikit dan Mas Samuel langsung meringis pelan. "Sialan kamu Samuel! Berani-beraninya kamu melukai adik saya!" sentak Mas Rifki menggebu-gebu. Mbak Yuni terlihat terus menahan suaminya. Spontan aku berdiri. Menatap nyalang Kakakku sendiri. Aku me
Read more
Bab 57 Ditinggal Pergi
—Malam hari setelah kepergian semua orangAku menoleh ke belakang kala pintu kamar terbuka dan menampilkan Mas Samuel dengan wajah gelisahnya. Pria itu menghampiriku dan berdiri lama di depanku tanpa berbicara apa pun. Tentu saja hal itu membuatku bingung sendiri. Apa maunya, kenapa tiba-tiba membisu seperti ini? Apalagi ia menatapku sangat dalam. Lebih dalam dari sebelumnya. Seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi malah tertahan di sana. "Kenapa, Mas? Ada yang mau dibicarakan?"Mas Samuel langsung memutus kontak mata. Ia memalingkan wajah ke arah lain. Lalu kembali menatapku. Menghela napas sebentar. "Besok Mas harus pergi ke Singapore," ucap Mas Samuel cukup mengejutkanku. "Besok?" beoku. Pria di hadapanku lantas mengangguk. "Klien minta reschedule jadwal pertemuan, jadi 2 hari dari sekarang. Besok Mas harus pergi karena mau cek proyek dulu di sana."Aku terdiam. Ini terlalu tiba-tiba. Mengapa harus sekarang, saat aku ingin sekali menghabiskan waktu bersama dengan Mas Samuel. Kare
Read more
Bab 58 Hari-hari Tanpamu
—Beberapa hari kemudianTerhitung sudah dua hari Mas Samuel pergi. Pria itu terakhir mengabariku kemarin malam dan sekarang langit sudah mulai jingga, tapi belum ada kabar apa pun darinya. Kini, aku sedang merenung di tepi pantai. Duduk menikmati senja di tengah kerumunan yang sama halnya denganku. Langit sore begitu indah, tapi pikiranku bukannya tenang malah makin gundah. Aku mengecek ponsel, pesan terakhirku tadi malam belum dibalas, pun dengan pesan tadi pagi. Kuhela napas panjang, menggengam erat ponsel tersebut dan memejamkan mata menikmati suasana angin pantai.Di keadaan ramai seperti ini pun, aku malah merasakan kesepian. Sepi yang benar-benar sepi. Aku merasa setengah jiwaku hilang. Terus menunggu dan menunggu. Entah apa yang kutunggu. Dia atau setengah jiwaku yang hilang. "Perpisahan itu selalu menyakitkan Serena," celetuk seseorang yang berada di sampingku. Aku membuka mata lalu menatapnya. Dia Bella, seseorang yang selalu mendengar segala keluh kesahku. Perempuan itu
Read more
Bab 59 Pertemuan di Bar
—Tiga bulan kemudian. Selama resmi bercerai dengan Mas Samuel, aku lebih sering mengunjungi bar sekadar minum dan berjoget ria dia sana. Bella juga ikut bersamaku. Kami berdua seolah remaja yang sedang patah hati dan butuh hiburan. Entah sudah botol ke berapa yang aku minum, mendadak omonganku melantur ke mana-mana. Di tengah kebisingan ini aku malah tertawa tak jelas dengan Bella yang entah ada di mana. Ah, mengenai Bella. Ia sudah putus dengan Hendra. Pria itu memilih tunangannya. Miris bukan? Bahkan nasibku dengan Bella begitu miris. Kami sama-sama ditinggalkan oleh orang yang amat kami cintai. Itu lah kenapa alasan kami begitu kacau akhir-akhir ini. "Bella, aku ke toilet dulu!" teriakku tak jelas. Padahal aku tidak tahu Bella di mana, tapi setidaknya perempuan itu dapat mendengarku. Meski aku tak yakin akan jalan pikiranku yang sudah ngalor ngindul ini. Aku berjalan sempoyongan ke arah toilet, beberapa kali menabrak orang yang tak aku kenali. Aku juga banyak menebarkan senyu
Read more
Bab 60 HAMIL?!
"Hamil?" Bella langsung mengangguk mantap. "HAMIL?!""Sebentar gue ambil testpack dulu!"Bella pun langsung ngibrit keluar dari kamar mandi. Aku refleks tercengang. Sontak tanganku memegang perut mengelus di sana. Tidak mungkin. Jika benar, anak di dalam perutku anak siapa? Aku menggeleng keras. Tidak. "Nih, cepet lo tes di dalam. Gue tunggu di sini!" Bella menyerahkan alat tersebut padaku. Aku menatap aneh benda tersebut. "Kamu punya testpack dari mana, Bel?" "Udah, lo jangan banyak tanya! Sana masuk!" Bella mendorongku agar segera melalukan tes dengan alat yang ia berikan tadi. Awalnya aku bingung sendiri, namun tak lama dari itu dengan tekad yang kuat aku pun menurut. Beberapa menit setelahnya, aku keluar dengan alat tes tadi yang sudah kuketahui hasilnya. Sebenarnya, saat mengetahui hasilnya positif aku hanya bisa berdiam diri. Menatap tak percaya atas apa yang kulihat saat ini. Aku menghampiri Bella, menatapnya dengan keadaan hati yang sudah campur aduk. Aku menyerahkan a
Read more
PREV
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status