Semua Bab Mantan Suami Ingin Cintaku Kembali : Bab 31 - Bab 40
127 Bab
Bab 31 Penjelasan di Kamar Mandi
—Apartemen Setelah pertengkaran tadi, aku dan Mas Samuel sudah sampai di apartemen. Karena tak lama dari itu kami langsung pergi dari sana, sebab hari sudah malam, malam pun sudah gelap. "Mas tunggu di sini dulu, aku mau ambil obat merah."Aku buru-buru pergi mengambil kotak P3K sedangkan Mas Samuel menunggu di ruang tamu. Setelah mendapatkan apa yang kucari, dengan cepat kulangkahkan menghampiri Mas Samuel dengan wajah babak belurnya. Aku duduk di sampingnya, posisi kami kini saling berhadapan. Dengan cekatan, aku mengoleskan obat merah kesegala luka yang berada di sekitar wajahnya. Tadi, aku juga melihat Mas Samuel sempat mimisan. Sesekali Mas Samuel meringis kaka luka itu tak sengaja kutekan. Namun, yang paling parah yaitu luka di bagian bibir. Karena pelapis bibir Mas Samuel sampai robek dan aku yakin itu pasti perih sekali. "Lain kali jangan main tonjok-tonjok kaya tadi, Mas. Aku tau Mas emosi, tapi enggak perlu pake kekerasan," omelku masih setia mengobati luka tersebut, ka
Baca selengkapnya
Bab 32 Pertengkaran
"Kamu enggak pernah jujur, Mas," lirihku. Mas Samuel menatapku bingung. Tangannya masih setia di pinggangku. Yang berbeda hanya jarak di antara kami sudah tak sedeket tadi. Kini aku pun bisa bernapas dengan benar. Menatapnya dengan penuh kekecewaan. "Saya makin enggak ngerti sama kamu Serena." Pria itu menjauh dariku. Berkacak pinggang dengan satu tangan memegang kepala pertanda bingung, pusing atau bahkan tak mengerti dengan segala sikapku. "Kamu menyalahkan seolah-olah saya paling salah di sini. Kamu enggak pernah berpikir jernih tentang saya Serena."Dia menatapku dengan perasaan yang benar-benar membuatku sakit. Tatapan pilu dengan rahang mengeras terlihat pria itu ingin marah, tapi berusaha ditahan. "Saya enggak jujur sama kamu karena ketakutan saya sangat besar Serena. Saya bahkan enggak bisa memaafkan diri saya sendiri jika kamu terluka karena kesalahan saya. Saya takut Baskara menyakiti kamu."Air mataku turun makin deras. Ini terasa sakit, sangat sakit. "Baskara melangk
Baca selengkapnya
Bab 33 Semua Tentang Kinan
—Pukul 07.00 WIB"Masak apa?" tanya Mas Samuel tiba-tiba muncul dari belakang. Aku menoleh sebentar ke arahnya. Lalu kembali fokus masak nasi goreng dan telur ceplok untuk sarapan pagi ini. Di meja makan sudah tersedia susu dan roti, sebab yang aku tahu suamiku itu jarang sekali makan nasi.Tak ada hal romantis seperti di film-film ataupun drama. Tidak ada adegan di mana sang kekasih memeluk pasangannya dari belakang ketika sedang memasak. Kalian jangan mengharapkan itu. "Nasi goreng?" tanyanya. Aku tak menanggapi apa pun. Mau pria itu suka atau tidak yang penting aku sudah memasak. Menyiapkan segala keperluannya untuk pergi ke kantor, termasuk pakaian dan sarapan seperti sekarang ini. "Saya sarapan roti aja," putus Mas Samuel langsung duduk di meja makan. Terserah. Aku juga tak mempermasalahkan hal tersebut. Itu pilihannya dan harus kuhargai. Namun, yang perlu kalian tahu, aku termasuk orang yang sarapan pagi itu harus yang berat-berat. Contohnya nasi. Sedangkan Mas Samuel keba
Baca selengkapnya
Bab 34 Penjelasan 7 Tahun Lalu
—Sekolah Anin, jam istirahatAku menatap gerbang di depanku dengan perasaan yang sulit dideskripsikan. Entah apa yang aku pikirkan sampai aku memutuskan menemui Anin di sekolahnya. Bangunan yang ramah kanak-kanak itu tampak ramai. Sebelum masuk ke dalam, aku menghela napas dulu. Memegang ransel dengan kuat dan berjalan mencari keberadaan Anin. Aku terus mengedarkan pandangan ke segala arah. Anak itu tak mungkin ada di kelas, sebab sekarang sedang jam istirahat yang artinya aku harus mencari keberadaan Anin di kantin. Saat kakiku melangkah ke arah kantin, tiba-tiba mataku tertuju kepada anak kecil yang sedang duduk sendirian di bangku taman kanak-kanak dengan bekal dan botol minuman di sampingnya. "Mama!" teriak Anin menyadari keberadaanku. Aku tersenyum ke arahnya. Bergegas pergi menghampiri Anin. Sesampainya di hadapan Anin, aku langsung duduk di sampingnya. "Anin kenapa sendirian di sini? Teman-temannya ke mana?" tanyaku sedikit bingung. "Itu teman-teman Anin lagi pada main, M
Baca selengkapnya
Bab 35 Terbongkar?
"Serena?" panggil seseorang dari samping kananku. Kami sama-sama menoleh ke samping. Aku sontak terkejut mendapati Mbak Yuni sudah berdiri tegak di depan sana dengan raut wajah sama terkejutnya denganku. Buru-buru aku menghampiri Kakak iparku itu dengan perasaan berkecamuk di dalam dada. Aku was-was sendiri, takut perempuan itu mendengar obrolanku dengan Bayu. "Mbak Yuni?" sapaku terdengar gugup. "Kamu jemput Serena?" tanya Mbak Yuni. Aku mengangguk patah-patah. Menoleh sebentar ke arah Bayu. Pria itu masih setia berdiri di belakang sana, hal itu justru membuatku panik. "Bayu? Om-nya Anin bukan?" sapa Mbak Yuni berjalan ke arah Bayu. Napasku langsung tercekat. Serena, kamu benar-benar bodoh. Sudah dapat dipastikan bahwa Mbak Yuni pasti mengenal Bayu, apalagi mengingat tempat belajar Anin dan Kenzo di satu titik yang sama. Ya, aku benar-benar ceroboh kali ini. "Tante, Ibunya Kenzo?" tanya Bayu sedikit ragu. Mbak Yuni mengangguk dan terlihat tersenyum tipis. "Kamu kayanya seum
Baca selengkapnya
Bab 36 Perihal Izin
Hening beberapa saat. "Mbak duluan, sebentar lagi bel masuk." Saat beberapa langkah, perempuan itu kembali membalikkan badannya ke arahku. "Oh, ya, Mbak lupa. Mas kamu bilang, Ibu ngundang kita buat makan malam di rumah. Kamu jangan lupa datang, ya," ujar Mbak Yuni setelahnya langsung pergi. Aku terduduk lesu di kantin. Memori dalam ingatan seolah menyadarkanku. Bayangan aku memulai hidup bersama Mas Samuel dan mengabaikan janji di masa lalu dengan Bayu, hal itu membuat kepalaku pening. Bayu memang cinta pertamaku, tapi cinta pertama bukan berarti harus selalu saling memiliki. Perpisahan justru menjadi ending paling kuat di hubungan kami. Kini, Bayu hanyalah masa lalu yang kenangannya tersimpan rapi di dalam sana. Menjadi lembar kisah yang usang dimakan waktu. Apakah yang aku lakukan selama ini salah? Apakah selama ini aku terlalu egois? Tuhan, jika benar pernikahan ini bisa diperbaiki. Kumohon segera beri petunjuk. Aku hanya ingin bahagia. Mas Samuel lah orang yang aku pilih
Baca selengkapnya
Bab 37 Perubahan Serena
—POV SamuelSiang ini, aku mengadakan meeting dadakan selama 30 menit sebelum jam istirahat. Kepalaku rasanya ikut sakit mengingat Hendra terus mengeluh mengenai proyek yang sedang berjalan di Singapore tiba-tiba harus mangkrak karena pihak di sana—klien kami menghentikan proyek tersebut secara paksa. Reno juga melaporkan bahwa Baskara telah memberikan benefit yang tinggi sehingga klien setuju pindah kepada perusahaan pria itu. Baskara juga ikut andil dalam pembayaran denda sekitar 5% dari denda aslinya. Pria itu, benar-benar memakai kekuasaannya untuk mengancamku. Bianca pun datang kembali ke ruang meeting dengan satu berkas di tangannya. Ia tak langsung duduk di kursinya, tapi malah menghampiriku dan berbisik sesuatu. "Maaf, Pak. Di ruangan ada istri Bapak menunggu di sana," bisiknya pelan. Bianca langsung menegakkan tubuhnya dan duduk di kursi miliknya. Aku menatap Reno dengan tatapan penuh arti. Seolah mengerti, Reno langsung mengecek ponselnya dan menunjukkan sesuatu padaku.
Baca selengkapnya
Bab 38 Sakit
—POV SerenaKini waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, di mana aku dan Anin sudah siap-siap pergi ke rumah neneknya Anin sebelum ke rumah orang tuaku. Sesuai yang aku minta, Mas Samuel pulang lebih cepat dari biasanya. Kami bertiga masih berada di apartemen, menunggu Mas Samuel yang sedang mengganti pakaiannya di dalam kamar. Pakaian yang aku pakai pun cukup simpel, hanya menggunakan celana panjang berwarna hitam dengan baju lengan setengah siku. Pria itu keluar dari kamar dengan baju yang hampir senada denganku. Sedangkan Anin memakai celana pendek di atas paha, dipadukan baju lengan pendek serta rambut dikepang dua. "Ayo, Mas? Nanti takut kemalaman ke rumah ibunya," ujarku menghampiri Mas Samuel. Pria itu mengangguk. Kami pun pergi menuju parkiran bawah tanah dan meninggalkan kawasan apartemen dengan perasaan berbunga-bunga. "Mampir dulu ke toko kue, Mas. Aku mau beli brownis dulu," ujarku setelah berada di jalan raya. Mas Samuel melirik sekilas ke arahku dan kembali fokus men
Baca selengkapnya
Bab 39 Berkunjung
—Rumah orang tuaku (Serena) Seusai berkunjung ke rumah neneknya Anin, kami kembali berada di mobil bergegas pergi menuju rumah orang tuaku. Sekarang sudah hampir jam 7 malam. Anin rupanya tertidur di pangkuanku. Aku mengusap lembut rambutnya. Tersenyum tipis, bahkan sangat tipis. Tiba-tiba tangan kiri Mas Samuel menggenggam erat tanganku. Aku yang merasa aneh pun menoleh padanya dan menatap bingung pria di sebelahku. "Makasih Serena," ucapnya. Ia menoleh sebentar dan kembali fokus menyetir. "Makasih udah mau nerima Anin dan sayang sama Anin." Aku tersenyum hangat dengan sorot mata bahagia. Aku senang karena Mas Samuel akhirnya menyadari apa yang sedang aku usahakan saat ini. Sesampai di rumah Ibu. Kami mengetuk pintu lebih dulu, saat pintu itu terbuka, kami pun dipersilakan masuk dan aku menenteng bingkisan sampai kamar lalu menaruhnya di meja ruang tamu. "Aku bawa brownis, jangan lupa dimakan, ya. Oh, ya, Ibu ke mana Mbak?" tanyaku celingukan sendiri. "Ada, Ibu lagi di dapur
Baca selengkapnya
Bab 40 Kebahagiaan
Aku melepas pelukan itu. Menatap Mas Samuel, lalu tersenyum hangat sebelum mengecup kilas bibirnya. "Terima kasih. Mas sayang kamu Serena," ujar Mas Samuel. Keningku mengerut. "Mas?""Mas manggil diri sendiri dengan sebutan 'Mas'? Aku nggak salah denger kan?" Senyumku langsung mengembang. "Kamu nggak suka?" Aku menatapnya. "Suka, kok. Suka banget malah.""Mas sayang banget sama kamu, Serena."Sontak aku terkekeh geli. "Tiba-tiba?""Eh?" ucapku kaget kala Mas Samuel menarik pinggangku hingga tubuhku menabrak dada bidangnya. Pria itu menatapku sebentar lalu mendaratkan berbagai kecup sebanyak sepuluh kali di seluruh wajahku. Aku yang menerima itu merasa geli sendiri. Namun, baru saja aku menjauh dari wajahnya, pria itu langsung mengecup wajahku lagi tapi kali ini dengan gerakan cepat hingga membuatku ingin berteriak. Kami pun terkekeh bersama dengan tangan Mas Samuel yang masih berada di pinggangku. Aku tak bisa menahan gejolak di dalam sana. Menepuk-nepuk pelan dada bidang suami
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status