Semua Bab Aku Juga Bisa Cantik, Nyonya. : Bab 21 - Bab 30
45 Bab
Bab 21
Sementara itu, di kantor Dana terjadi kepanikan. Banyak pekerjaan jadi terbengkalai, karena menunggu keputusan sang Bos, yang beberapa hari tidak menampakkan batang hidungnya tanpa kabar berita. Entah di mana keberadaan laki-laki itu, staf kantor tak ada yang tahu. Termasuk Dian asisten pribadi Dana, yang dikenal paling dekat dengan sang Bos. "Masih belum bisa dihubungi?" tanya Priambodo, direktur pemasaran di perusahaan itu, kepada Dian. Gadis itu menggeleng pelan, mendung nampak menggantung di wajah gadis itu. "Sudah telfon Bu Lidya?" tanya Priambodo lagi. "Saya nggak berani, Pak. Nanti malah Bu Lidya marah-marah ke saya," balas Dian dengan wajah ditekuk. Sebagai asisten pribadi Dana, Dian sudah hatam watak Nyonya besar itu. Temperamen suka melampiaskan kemarahan pada bawahan, bahkan untuk masalah pribadi sekalipun. "Terus gimana? Hari ini ada meeting dengan klien penting, sudah dua kali ditunda. Kalau kali ini meetingnya ditunda lagi, bisa dipastikan kita bakal kehilangan klie
Baca selengkapnya
Bab 22
Amarah Lidya sedang berada di puncaknya, karena Dana dan Puspita kabur. Hingga siapa saja menjadi pelampiasan amarahnya. Bahkan barang pajangan di rumah itu, tak luput menjadi sasaran kemarahan Lidya. "Ronii .... !" Suara Lidya menggema di seluruh ruangan. Pemilik nama yang disebut, lari tergopoh-gopoh menghampiri sangat Nyonya, sebelum amarah wanita semakin memuncak. "Siap, Nyonya! Ada yang bisa saya bantu?" ucap Roni sambil menunduk sopan. "Dimana Mas Dana berada?" tanya Lidya dengan tatapan mengintimidasi. "Mohon maaf, Nyonya. Saya tidak tahu keberadaan Pak Dana," jawab Roni takut-takut. Sopir pribadi Dana itu masih belum berani mengangkat kepala. "Kamu jangan coba-coba menyembunyikan Mas Dana dari saya, ya! Kamu itu sopirnya, kamu selalu mengantar dia kemana-mana, masak nggak tahu di mana Mas Dana!" Roni selalu bersama Dana, kemanapun laki-laki itu pergi. Rasanya tidak masuk akal kalau sampai dia tidak tahu dimana bosnya berada? Begitu pikir Lidya. Padahal malam itu Dana me
Baca selengkapnya
Bab 23
Dana bernafas lega, ketika mendapati Raska yang datang malam ini. Dana sudah deg-degan tadi. Takut yang datang orang suruhan Lidya."Masuk!" ucap Dana dengan wajah ditekuk. Dia merasa kesal, baru saja sampai Raska sudah datang mengganggunya. Ada apa lagi ini, bukankah tadi siang mereka sudah bertemu? Yang menjemput Dana dengan mobil duoble cabin seperti yang diceritakan Bu Ria pada Lidya, adalah Raska. Apa Raska tidak tahu, kalau kakaknya ini pengantin baru. Yang lagi seneng-senengnya berduaan! "Maaf, Mas. Aku nggak bermaksud mengganggu, tapi ada hal penting yang harus Mas Dana tahu," ucap adik kandung Dana itu. Dia jadi merasa tidak enak, melihat wajah kakaknya yang ditekuk itu. Dana melirik sekilas Raska, sebelum kemudian menjatuhkan tubuhnya di sofa. "Duduk!" Raska mengambil duduk tepat di seberang Raska. "Hendro baru saja memberi kabar, kalau Mario sudah mulai bergerak," lapor Raska to the poin. Untuk menyampaikan kabar sepenting ini, tak perlu basa-basi. Sebelum meninggalkan
Baca selengkapnya
Bab 24
"Pak Dana mau makan, apa? Biar saya belikan bahannya, mumpung dagangannya masih terlihat banyak itu! Kita nggak bisa ngandelin Raska, Pak. Baru dua minggu di sini, dia sudah mleho begitu. Dia capek pasti, makanya nggak datang lagi," cerocos Puspita panjang lebar. "Terserah, kamu masak apa pasti saya makan, Ta," jawab Dana malas-malasan. Percuma mencegah Puspita keluar, wanita itu keras kepala. Dana hanya bisa berdoa, semoga tidak terjadi apa-apa. "Beneran! Awas kalau protes!" Ancam Puspita sebelum meninggalkan rumah. Dua minggu tidak keluar rumah, membuat Puspita begitu senang, meski hanya belanja sayur di depan rumah. "Mbak Puspita, mau belanja apa?" Tanya salah seorang wanita yang ikut belanja di sana. Puspita sedikit kaget, kok wanita itu tahu namanya? Selama tinggal di sini, ini pertama kali Puspita keluar, dan seingatnya. Baik Dana atau Raska belum laporan ke aparat setempat. "Iya, Bu," jawab Puspita sopan. "Belanja yang banyak, Mbak Puspita. Mumpung sayurnya masih banyak
Baca selengkapnya
Bab 25
"Gimana keadaan suami saya, Dok?" Lidya langsung menemui dokter yang menangani Dana, begitu sampai rumah sakit. Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit tadi, hatinya tidak tenang begitu mendengar kabar Dana sudah sadar dari koma. Bukannya tidak bahagia mendengar kabar bahagia itu, bukan. Ada hal yang paling Lidya takutkan kalau suaminya sadar, dia ngamuk padanya. Atau Dana sadar tapi gegar otak, dan tak bisa melakukannya aktivitas seperti biasa. "Pak Dana sepertinya mengalami amnesia, Bu. Untuk mengetahui parah atau enggaknya, atau apa jenis amnesia yang diderita pasien, butuh pemeriksaan lebih lanjut.""Jadi, saya harus bagaimana, Dok?" Tentu Lidya tak mau salah langkah, bisa-bisa semua rencananya berantakan. "Kita tunggu Pak Dana bisa diajak komunikasi dengan lancar, untuk sementara jangan dipaksa mengingat sesuatu dulu. Biarkan saja seperti ini, seingat dia saja." Lidya mengangguk paham, setengah mati dia berusaha agar terlihat biasa saja di depan sang dokter. Dadanya hampir mel
Baca selengkapnya
Bab 26
"Udah, Mas. Itu hanya halusinasimu saja. Nggak usah mikir yang aneh-aneh, nanti kepalamu sakit lagi." Dana terdiam, begitu pun Lidya. Hingga tiba-tiba Dana kembali bersuara. "Puspita itu siapa?""Puspita? Puspita siapa? Perasaan kamu nggak punya teman yang namanya Puspita, deh, Mas." Jelas Lidya menutupi fakta tentang Puspita, Dana sudah lupa, jadi tak perlu diingat lagi. "Aku sendiri juga nggak tahu, namanya muncul begitu saja. Makanya aku tanya sama kamu, barangkali kamu kenal." Lidya terdengar mengehela nafar panjang. "Nanti aku tanya Dian, deh. Ada nggak karyawan yang namanya Puspita? Kalau pegawai di rumah sih, nggak ada yang namanya Puspita, Mas.""Bener, ya? Soalnya nama itu mengganggu banget, muncul terus dari tadi. Apa aku punya urusan yang belum selesai dengan orang yang bernama Puspita ini, ya? Tapi anehnya aku tidak ingat sama sekali tentang Puspita ini, setiap aku coba untuk mengingat-ingat, kepalaku rasanya sakit luar biasa. ""Nggak usah diingat-ingat kalau begitu, b
Baca selengkapnya
Bab 27
Lima tahun berlalu, segala sesuatu yang berhubungan dengan Puspita telah terlupakan oleh Dana. Laki-laki itu kembali menjalani hidupnya sebagai suami Lidya, semua aktivitasnya kembali seperti sedia kala, sebelum kehadiran Puspita. Lidya sengaja menyuap dokter untuk tidak memberi tahu Dana, tentang amnesia yang dialaminya. Dana juga tidak pernah menjalani terapi untuk memulihkan ingatan, karena Lidya tak menginginkannya. Baginya lebih baik Dana amnesia selamanya, melupakan Puspita. Toh Amnesia yang dialami Dana tak merugikan dia. Dana tetap mampu memimpin perusahaan dengan baik, bahkan perusahaan milik Lidya makin berkembang. Hingga suatu hari, Dana datang mengunjungi restorannya yang dikelola Raska. Pria parlente itu melihat seorang anak laki-laki usia TK, yang sedang asik bermain lego di salah satu meja yang ada. Entah mengapa Dana tertarik dengan anak itu. Seperti ada kekuatan yang menariknya, Dana berjalan mendekati anak kecil tersebut. "Hai, boleh Om ikut duduk di sini?" Tanya
Baca selengkapnya
Bab 28
"Jadi, Lidya dalang semua ini," gumam Dana setelah mendengar cerita Raska. "Kenapa kamu tidak cerita sejak awal?" Dana menuntut jawaban. "kamu amnesia, Mas. Tidak ingat Puspita sama sekali, aku tidak bisa sembarangan memberimu informasi. Salah-salah amnesiamu makin parah. Sedangkan posisiku menjadi target pembunuhan, maka kuputuskan untuk merahasiakan semuanya. Karena bukan hanya kesalamatanku yang terancam, tapi Mbak Puspita dan anaknya juga dalam bahaya."Dana kembali teringat, saat Raska susah dihubungi dan susah ditemui. Rumahnya kosong, di restoran pun karyawannya tak ada yang tahu kemana Raska. Bahkan seluruh karyawan restoran, memanggil Raska dengan sebutan Pak Ahmad. Sampai akhirnya Dana bertemu Raska, dan mendapat penjelasan kalau sedang jadi target pembunuhan dan sengaja mengubah penampilan serta nama panggilan, agar sang pembunuh terkecoh. Awalnya Dana sempat meradang dan berniat menghabisi si pembunuh ini. Tapi Raska menolak, dia tak mau menyebutkan siapa orang yang ber
Baca selengkapnya
Bab 29
"Om, lihat ini! Bagus, kan?" Arbi antusias menunjukkan mainannya, pada Dana. Anak itu sibuk membongkar mainannya dari keranjang. Arbi senang bukan kepalang, dia yang selama ini hanya bisa main dengan uminya dan teman di sekolah, kini dapat teman bermain baru. Gimana nggak senang? Apalagi anak itu sudah lama merindukan sosok Ayah. "Iya, siapa yang beliin?" tanya Dana tak kalah antusias. "Umi, dong .... Ini bisa jalan sendiri lho, Om. Bisa nanjak, bisa belok, seru pokoknya! Tapi baterainya habis, jadi mogok, deh! Padahal larinya cepet lho, Om," adunya dengan bibir mengurucut. "Besok Om belikan beterai baru, mau" "Oh, ya?" Tanya Arbi antusias, yang ditanggapi Dana dengan anggukan. "Iya, bukan hanya baterai, tapi juga mobil-mobilan baru dan baa...nyak mainan. Arbi mau?" Anak itu mengangguk antusias. "Mau! Mau, Om!" Anak sekecil Arbi tentu tidak menolak diberi mainan baru, apalagi uminya yang biasanya membatasi interaksinya dengan orang lain itu, terlihat tak bereaksi apa-apa. "Kala
Baca selengkapnya
Bab 30
Puspita menghela nafas panjang, menghirup udara sebanyak-banyaknya, agar dadanya terasa lega, ketika mendapati Dana sudah berdiri di depan pintu. Suaminya nampak dari kantor langsung ke rumahnya, bisa dilihat dari pakaian yang dikenakan. Tapi bukan itu yang membuat Puspita harus me-recharge stock kesabarannya, tapi apa yang Dana bawa. Kardus besar yang entah apa isinya, masih ditambah lagi beberapa kardus yang diangkat oleh dua orang petugas. "Hai, Ta. Arbi mana? Aku bawa mainan, seperti janjiku semalam." Tanpa permisi, Dana langsung masuk saja ke rumah. Di ikuti dia laki-laki, yang Puspita yakin adalah karyawan Dana. Puspita hanya bisa geleng-geleng menyaksikan tingkah suaminya. Nampaknya ini hari yang penuh kejutan untuk Puspita, setelah kedatangan dua laki-laki berpakaian ala security, yang mengaku sebagai utusan Dana dan bertugas menjaga keamanan Puspita dan Arbi. Kini Dana datang membawa kejutan lagi. "Kayak mau buka toko mainan saja!" gerutu Puspita dalam hati. "Taruh saja
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status