Semua Bab Aku Juga Bisa Cantik, Nyonya. : Bab 11 - Bab 20
45 Bab
Bab 11
"Dasar perempuan tidak tahu terimakasih! Aku sudah mengangkatmu dari kemiskinan, sekarang kamu mau menggigitku!" maki Lidya dengan suara lantang. Semalam Lidya gagal memberi pelajaran pada gadis kampung itu, saat di mall. Karena Dana pasang badan, dia membela Puspita dan malah mengancam balik Lidya. "Jangan coba-coba membuat keributan di sini, Lidya. Kalau kamu tak ingin viral dan rahasia busukmu diketahui banyak orang." Bukan bentakan atau kata-kata kasar yang keluar dari mulut Dana. Hanya kalimat sederhana yang diucapkan dengan nada datar, tapi cukup membungkam Lidya. "Tapi Mas, nggak begini caranya. Kamu nggak boleh terlalu dekat dengan Puspita, kamu nggak boleh manjain dia dengan memberinya barang-barang mahal. Aku sudah membayarnya, Mas." protes Lidya. Sebenarnya bukan uang dipermasalahkan Lidya, tapi dia cemburu melihat kebersamaan suaminya dengan Puspita. Dia takut Dana jatuh cinta pada gadis desa itu, kalau sering berduaan seperti ini. Apalagi malam ini Puspita terlihat be
Baca selengkapnya
Bab 12
"Tetangga kamu itu aneh! Kepo banget sama urusan orang," gerutu Dana, setelah Bu Ria meninggalkan rumah Puspita. "Iya, ya Pak. Kepo banget jadi orang, sampai nanya macem-macem. 'Wah, ini suami Mbak Puspita? Ganteng banget, kerja dimana? Mobilnya keren banget lho, pasti harganya mahal'," ucap Puspita menirukan Bu Ria, lengkap dengan gaya bicaranya yang julid dan bibir yang mletat-mletotnya. "Ha .... ha .... Kamu lucu. Persis banget." Dana tak bisa menahan tawa melihat tingkah Puspita. Puspita tertegun, baru kali ini dia melihat Dana tertawa lepas. Biasanya laki-laki itu selalu memasang wajah dingin dan kaku. "Tapi Bapak seneng, kan .... ? Alaaah, ngaku aja!" Mata Puspita menyipit, menatap curiga pada suaminya."Seneng apa?""Seneng dipuji ganteng sama, Bu Ria lah," ketus Puspita. Ada cemburu dalam nada suaranya. "Memang aku ganteng, kan," jawab Dana dengan pongahnya. Bibir Puspita mengerucut, membuat Dana gemas dan menowel bibir itu. "Apa sih, Pak!" "Kamu ingin aku cium, ya?" uc
Baca selengkapnya
Bab 13
"Pak Dana? Ngapain kesini?" Jelas Puspita kaget melihat Dana sudah berdiri di depan pintu. Bukankah kemarin dia dan istrinya bertengkar hebat, hanya karena Dana makan siang di rumahnya? "Ngapain-ngapain. Ini rumahku, Puspita. Suka-suka aku mau datang kapan saja." Tanpa menunggu dipersilahkan, Dana ngeloyor masuk begitu saja. "Iya, tapi ---" Puspita hendak mengajukan protes, tapi Dana buru-buru memotongnya. "Tapi apa? Kamu takut sama Lidya? Cemen kamu Puspita! Kamu harus berani melawan perempuan sombong itu! Agar dia tidak terus menindasmu!" Dana mengendurkan dasi yang melilit lehernya, sambil menyandarkan punggung di sofa ruang tengah. Puspita tak menjawab, sudah pasti dia tak berani menentang Lidya. Istri Dana itu punya segalanya, bahkan dirinya saja sudah dibeli. Menghadapi Lidya sama dengan bunuh diri namanya. "Kenapa kamu diam saja, Puspita? Suami pulang kerja sambut dengan senyum manis, lepas sepatunya! Ambilkan minum, layani dengan baik! Bukan hanya berdiri kayak patung beg
Baca selengkapnya
Bab 14
"Selamat pagi, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" ucap Dian dengan bahasa dan sikap formal. Maklum dia sedang berhadapan dengan Big Bos di perusahaan tempatnya bekerja. "Kamu ke rumahnya Puspita sekarang! Jemput dia, ajak ke mall! Belanja baju dan skincare. Nanti sekalian kamu ajari dia cara berpakaian dan berdandan yang baik," ucap Dana penuh wibawa, sambil sibuk menekuri laptopnya. 'Halah! Malah disuruh ke rumah Puspita. Males aku! Perempuan kampung itu kalau ngomong suka nggak nyambung, nyolot lagi.' gerutu Dian dalam hati, hanya dalam hati. Dia mana berani mengatakannya langsung pada Dana. Auto dipecat dia. Pertemuan pertamanya dengan Puspita sudah membuat asisten Dana itu illfeel, bawaannya ngajak ribut. Gimana pertemuan kedua, bisa bener-bener gelut mereka. "Tapi tugas saya banyak, Pak. Maklum akhir bulan. Laporan bulan ini aja belum selesai ----" Ucapan Dian terhenti, melihat Dana menatapnya tajam. "Minta Ismi menggantikan tugasmu di kantor!" tegas Dana. Rupanya perintah laki
Baca selengkapnya
Bab 15
Kalau ajian menghilangkan diri itu memang ada, ingin rasanya Dian mempelajarinya sekarang juga. Biar dia tidak harus menanggung malu seperti ini. Beli lingerie seksi warna-warni pesanan Dana masih oke, meski sedikit malu, karena ini pertama kalinya dia pakaian seksi itu. Tapi disuruh beli obat penambah stamina dan kon**m, sungguh membuat Dian frustasi. "Ya Allah .... beli kon**m buat apa coba? Sama istri sendiri ini, kalau pun Puspita hamil, bukannya malah bagus? Kan, dari Bu Lidya belum dapat anak," gerutu Dian dalam hati. Meski tinggal di kota besar, dengan pergaulan bebas yang sudah dianggap biasa. Dian ini tetap menjaga kehormatannya, dia masih perawan ting-ting. Belum terjamah. Jadi Dian merasa ternoda kalau harus beli kon**m, meskipun bukan untuk dirinya sendiri. "Ini baju apaan, Dian? Baju kok tipis banget gitu? Percuma dipakai, masih kelihatan juga. Itu baju apa saringan teh?" Protes Puspita, tak terima saat Dian mencobakan lingerie pesanan Dana. "Ini namanya lingerie, Nyo
Baca selengkapnya
Bab 16
"Pak, bisa cepetan dikit, nggak?" ucap Dian dengan wajah cemas. "Ini sudah cepet, Neng! Saya nggak berani ngebut, jalanan lagi rame. Sabar ya, Neng. Sebentar lagi kita sampai," jawab Pak Hudi. "Sabar, sabar! Pak Hudi sih enak tinggal ngomong sabar! Saya yang kena marah, Pak. Kayak nggak tahu Pak Dana seperti apa?""Daripada kita kecelakaan? Mending pelan-pelan asal sampai tujuan, Neng," balas Pak Hudi dengan entengnya. Kalau nggak ingat umur Pak Hadi ini lebih tua darinya, rasanya Dian ingin menjitak kepala sopir paling uzur di kantor itu. Sekata-kata dia ngomong! Udah bawa mobil kayak keong, susah dibilangin lagi. "Duh .... Pak Dana bisa marah-marah, nanti," gumam Dian. Tangan dan kakinya sampai mengeluarkan keringat dingin saking takutnya. Dia benar-benar takut kena omel si Bos, karena hari sudah gelap tapi dia dan Puspita masih di jalan. "Kalian kemana saja! Kenapa jam segini belum pulang!" Omelan Dana di telefon tadi terngiang-ngiang kembali di kepala Dian. "Maaf, Pak. Kami
Baca selengkapnya
Bab 17
"Nyo --- Nyo ---Nyonya?" Seketika tubuh Puspita gemetaran, melihat Lidya sudah berdiri di depan pintu dengan wajah garang. Terakhir kali datang, Lidya marah-marah karena Dana mengajaknya shoping. Kali ini pasti Lidya akan semakin marah, kalau tahu berapa uang yang sudah dihabiskan Puspita untuk belanja dan perawatan. Lidya memindai tubuh Puspita dari atas ke bawah, matanya membulat sempurna setelah melihat penampilan Puspita. Bukan karena Lidya kagum melihat perubahan Puspita yang mirip girl band Korea itu, bukan. Mata Lidya melotot dengan mulut menganga, karena melihat beberapa tanda merah di leher Puspita. Siapa lagi pelakunya, kalau bukan Dana suami Lidya. Apalagi pakaian Puspita terlihat kusut, dan berantakan. Membuat Lidya berasumsi kalau Puspita dan Dana baru saja melakukan hubungan badan. "Mana, Mas Dana!" sentak Lidya. Dia menerobos masuk, dan mendorong kasar tubuh mungil Puspita, hingga gadis itu hampir terjatuh kalau saja Dana tidak sigap menahannya. "Ada apa mencariku?"
Baca selengkapnya
Bab 18
"Kamu nggak seharusnya memperlakukan aku seperti itu, Mas!" raung Lidya disela isak tangisnya. "Harusnya kamu pulang bersamaku, bukannya malah meniduri perempuan itu. Aku sakit hati, Mas! Kamu pilih kasih!"Dana menjengah, tak sedikitpun ada keinginan mendebat Lidya. Dia membiarkan istri tuanya terus meracau, mengeluarkan semua unek-uneknya. Biar dia puas. Kalau dipikir-pikir, Lidya ini lucu juga. Dia sendiri yang menawarkan pernikahan, dia sendiri yang punya ide gila ini, dia yang maksa-maksa agar Dana menuruti. Kenapa sekarang wanita ini merasa tersakiti? Jangan-jangan Lidya ini menderita Multiple personality disorder, Suatu gangguan yang ditandai dengan adanya dua atau lebih status kepribadian yang berbeda. Dan itu ada pada Lidya. Disisi lain Lidya begitu menggebu-gebu ingin punya keturunan dari wanita lain, tapi disisi lain dia merasa tersakiti karena kehadiran perempuan lain itu. "Apa sih, kelebihan Puspita, Mas? Nggak ada, dia itu nggak ada apa-apanya dibanding aku! Aku lebih
Baca selengkapnya
Bab 19
"Lho, Pak Dana kok balik lagi kesini?" Puspita terkejut melihat Dana datang menjelang tengah malam. Dan lebih terkejut lagi, laki-laki datang membawa koper besar. Bukannya dia tidak suka atau keberatan, tapi peristiwa beberapa jam yang lalu masih menyisakan trauma di hati Puspita. Takut Lidya ngamuk lagi, takut warga berdatangan lagi. Sungguh Puspita malu luar biasa. Apalagi cercaan Ibu-ibu komplek, yang menuntut penjelasan atas peristiwa yang terjadi. Dengan alasan biar tidak terjadi huru-hara lagi. "Kenapa? Nggak boleh?" ketus Dana. Hatinya sedikit kecewa mendapat reaksi tak terduga dari Puspita, padahal dia berharap Puspita langsung memeluk menyambut kedatangannya. Saat ini Dana butuh pelukan, butuh tempat berbagi segala keresahan yang membelenggu hatinya saat ini. "Nggak boleh, gimana? Ini kan, rumah Bapak dan Nyonya Lidya. Saya hanya pinjam, terserah Pak Dana mau datang kapan saja," balas Puspita dengan wajah cemberut. Dana tak mempedulikan istrinya yang tengah merajuk itu,
Baca selengkapnya
Bab 20
"Pak! Pak Dana!" Puspita mengguncang pelan kaki suaminya. Sudah beberapa hari ini, pekerjaan Dana hanya makan tidur dan sibuk dengan ponsel dan laptopnya, tidak pernah ngantor. Membuat Puspita jadi bingung. "Pak .... Bangun, dong ....!" Ingin sekali Puspita menyeret Dana turun dari tempat tidur, kemudian melemparnya ke jalan. Tapi sayangnya dia sama sekali tak punya keberanian, salah-salah dia yang dilempar Dana ke jalan. "Oah ...." Dana menguap lebar, bukannya bangun dia malah menarik tubuh Puspita, hingga menimpa tubuhnya. "Paaak .... ! Apaan, sih?" pekik Puspita manja. "Ck! Diam kamu, Puspita!" Dana memeluk tubuh itu seolah guling. "Ih, Pak! Bangun! Ini sudah siang, Pak Dana nggak kerja!" Puspita masih berusaha melepaskan pelukan suaminya. "Kamu mau aku kerja?" Dana bertanya sambil menyembunyikan wajahnya di lekuk leher Puspita, membuat wanita itu kegelian. "Iya, Pak! Cepat mandi sana!" "Oke, aku kerja sekarang." Diluar dugaan, Dana justru menyerang Puspita. "Paak!" Dana
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status