Semua Bab Cinta Pertama Uncle Will: Bab 71 - Bab 80
158 Bab
71. desakan ibu William
Sebelum ke perusahaan ibu William memintanya untuk menemaninya di restoran hotel tempatnya menginap. Mau tak mau William pun datang karena itu adalah permintaan ibunya. Apalagi tidak setiap hari dia dapat bertemu ibunya seperti sekarang.William memeluk ibunya sebelum duduk di kursi sebelah ibunya. Ia tahu jika ibunya menagih janji William yang katanya akan bersedia bertunangan perempuan yang akan dikenalkan ibunya.“Lihat ini, dia cantik kan?” tanya ibunya sambil menunjukkan sebuah foto di ponselnya.“Cantik, dia kan wanita. Ibu juga cantik.”“William… ““Iya ibu aku tahu.”“Jadi kapan kalian mau bertemu? Seminggu lagi ibu harus kembali.”“Ibu saja yang atur.”“Kalau begitu besok malam. Di restoran ini, ibu akan pesankan tempatnya. Ibu akan awasi kamu dari kejauhan, kalau sampai kamu pergi dari restoran sebelum satu jam. Ibu akan muncul dan menyeretmu.”William menatap ngeri ibunya.“Bu …”“Aku mau melihat kamu menikah.”“Bisakah kalau aku saja yang memilih? Maksudku, bagaimana biark
Baca selengkapnya
bab 72. dipaksa menjauh
Jujur saja, Alexandra tidak begitu senang bertemu dengan neneknya. Maksudnya, dia lebih baik tidak bertemu dengan neneknya daripada tanpa sengaja melakukan kesalahan dan membuatnya menjadi buruk di mata neneknya itu.Selain karena masalah neneknya yang tidak menyukai ibunya bahkan sejak ayah dan ibunya belum menikah. Membuat Alexandra tidak nyaman untuk mengingatnya.Neneknya saat itu sedang menunggu Alexandra pulang sekolah. Karena dia ada jam tambahan pada hari itu.Alhasil neneknya harus menunggu cucunya itu satu jam duduk di ruang tamu.Alexandra tak ke kamarnya, dia langsung menemui neneknya di ruang tamu.“Nenek mau minum apa?” tanya Alexandra. Dia akan berlari ke kantin untuk mendapatkan minum untuk neneknya.“Nggak perlu, nenek nggak akan lama kok.”Alexandra duduk di sofa dengan canggung. Dia tidak akan memulai pembicaraannya karena tahu jika neneknya ingin menemuinya karena ada alasan tertentu.“Besok om mu William akan makan malam dengan calonnya,” kata neneknya dengan tena
Baca selengkapnya
bab 73. wanita pilihan ibu
Besok malamnya William benar benar menuruti apa yang diinginkan oleh ibunya untuk menemui wanita yang akan dijodohkan dengannya.Karena ada ibunya di restoran tersebut mau tak mau William bertahan selama satu jam dan tidak meninggalkan perempuan tersebut dalam waktu sepuluh menit seperti yang sudah sudah.Tiap kali William menoleh ke arah kejauhan, dia akan melihat ibunya yang seakan sedang memonitor pergerakan dirinya.“Tante Anna sudah memberitahuku,” kata wanita tiba tiba. “Beritahu apa?”“Masalah batalnya pernikahanmu dengan mantanmu kemarin,” jawabnya.“Oh itu …”“Aku nggak masalah, orangtuaku juga nggak mempermasalahkannya karena tante Anna nggak setuju pasti karena ada alasan tersentu.”William meneguk air putih untuk membasahi tenggorokannya yang kering. Dia benar benar tidak fokus dengan apa yang dikatakan oleh Lisa, wanita yang usianya masih dua puluh lima tahun itu.Lisa cantik, dia menarik dan tubuhnya seksi. Sebenarnya semua tipe yang William inginkan ada pada Lisa. Akan
Baca selengkapnya
bab 74. Alexandra menghilang
“Nanti malam jangan sampai nggak datang,” kata Anna pada William yang siang itu mengajak makan siang anaknya.“Kan kemarin udah makan malam sama Lisa, Bu?”“Malam ini makan malam keluarga. Orangtua Lisa mau melihatmu langsung. Mumpung ibu ada di sini, jadi jangan lepasin kesempatan ini, mengerti.”“Tapi …”“Kamu ada acara?”William tercenung, dia kepikiran dengan telepon Emily tadi pagi di mana dia mencari Alexandra padanya. Padahal seharusnya gadis itu sedang di sekolah tapi mengapa Emily bertanya padanya?Karena menganggu pikirannya akhirnya William mengirimkan pesan pada Emily dan bertanya ada apa dengan ALexandra.Namun balasan dari Emily membuatnya langsung kalang kabut.Dia sontak berdiri karena terkejut.“Kenapa William?” tanya Anna.“Bu… “ William memandang ibunya. “Aku pergi dulu, nanti malam … Will nggak janji bisa datang.”“Kamu mau ke mana?”“Ada urusan mendesak.”“Kalau kamu nggak datang, aku bawa Alexandra bersama ibu. Suka nggak suka, ibu bawa dia.”William menghela na
Baca selengkapnya
bab 75. making love
“Kenapa kamu lama sekali?” tanya Anna ketika dia melihat anaknya itu baru datang ke kediaman rumah orangtua Lisa.“Cuma telat setengah jam. Di jalan macet.”“Kenapa nggak angkat telepon ibu?”“Ponsel tadi ada di jok belakang jadi nggak tau kalau ibu telpon.”“Ya sudah kalau begitu, cepat masuk mereka sudah menunggu.”William berjalan dengan Anna masuk ke dalam rumah orangtua Lisa. William yang berdandan ala kadarnya membuat Anna sedikit kesal karena anak itu seakan tidak ada niat untuk menemui orangtua Lisa.Mereka pun makan malam bersama sambil membahas masalah perusahaan masing masih. William lebih banyak ditanya daripada bertanya karena dia sama sekali tidak tertarik dengan Lisa.Sampai akhirnya topik mengenai pernikahan pun dibahas dan William mulai malas untuk menanggapi.“Mungkin sebaiknya pertunangan dipercepat. Lagi pula kabar kemarin sudah dijelaskan jika mantan tunangan William memang bukan wanita baik baik,” kata Anna.“Kami sih setuju, tapi bagaimana dengan kamu Lisa?”Lis
Baca selengkapnya
bab 76. after making love
William terbangun ketika merasakan udara dingin menyentuh kulit tubuhnya. Dia merasa seperti tak mengenakan pakaian pada waktu itu hingga harus menarik selimut.Namun, ketika dia menarik selimutnya, ia terkejut saat mendapati bayangan seorang gadis ada di sampingnya sedang meringkuk memunggunginya.William menajamkan penglihatannya, memastikannya berkali-kali jika apa yang dia lihat adalah salah. Namun, ketika dia menyentuh bahu gadis itu, William yakin jika gadis itu adalah Alexandra.William terkejut setengah mati, kemudian dia melihat dirinya sendiri yang tidak mengenakan pakaian apapun, demikian pula Alexandra. Kesadaran William langsung terkumpul begitu mengetahui kenyataan bahwa tadi malam dia tidur dengan Alexandra. Saat dia menyelimuti keponakannya itu, dia melihat bercak merah di spreinya yang berwarna putih.Seketika William mencoba mengingat apa yang tengah terjadi tadi malam. Dia kesulitan mengingatnya, apalagi semalam dia banyak minum hingga membuatnya mabuk.“Tunggu dul
Baca selengkapnya
bab 77. masalah besar
“Kenapa om jahat padaku,” kata Alexandra dengan airmata yang berurai.William terkejut melihat Alexandra tiba tiba menangis di depannya. Gadis itu menangis sampai bahunya berguncang, william tak pernah melihat hal itu sebelumnya.“Alex, kamu kenapa?” tanya William. Dia memeluk Alexandra, tapi didorongnya dada William sampai lelaki itu kaget.“Alex?”“Om.. om mau menikah? Om serius mau menikah?”William menggeleng. “Kamu salah dengar Alex, siapa yang mau menikah. Kamu tau sendiri nenek kamu memang suka menjodohkan aku dengan wanita.”“Tadi malam, om ingat kan? Pasti om tahu kan om Will sudah melakukan apa padaku?”William menelan ludah keringnya. Tentu saja dia tahu, sampai sprei bekas Alexandra pun menjadi bukti betapa bejatnya dia karena meniduri Alexandra.“Aku tau, aku tau Alex.”“Lalu? Om melakukannya karena mabuk, kan? Karena om.. karena om menganggapku sebagai pelampiasan.”Mata William membulat sempurna. Tak menyangka kalimat itu keluar dari mulut Alexandra.“Daripada aku mengg
Baca selengkapnya
bab 78. pilihan yang sulit
William terkejut ketika mendapati bayangan Lisa muncul bersama dengan ayahnya siang itu. Ia tidak menyangka jika pemilik saham yang berpengaruh adalah Lisa.Ketegangan pun terjadi di antara keduanya. Lisa dengan percaya diri mengatakan bahwa dia akan menanam saham di perusahaan kembali jika William mau bertanggungjawab padanya.“Tunggu dulu, bertanggungjawab atas apa?” tanya William tak mengerti. Pun dengan seluruh orang yang ada di dalam ruangan rapat tersebut.Hingga Lisa pun meminta asistennya untuk menyalakan layar yang ada di belakangnya kemudian muncul foto yang memperlihatkan bahwa William hendak melakukan hal tidak senonoh padanya.Seluruh orang yang ada di sana saling berbisik dan penuh tanda tanya. Mereka juga mulai meragukan kepemimpinan William yang akhir akhir ini membuat skandal yang merugikan perusahaan.“Ini bisa menjadi pengaruh buruk, dan jalan satu satunya adalah pernikahan,” kata Lisa.“Mana mungkin aku menikah denganmu?” William bertanya frustrasi. Ternyata undang
Baca selengkapnya
bab 79. pernyataan cinta
Lima tahun kemudian …“Panggil suamiku sekarang juga, aku mau dia yang membawaku pulang.” Lisa meletakkan gelas kosong di atas meja, tak sampai lima detik kepalanya sudah terjatuh menimbulkan suara DUG yang lumayan keras.Bartender yang di depan Lisa menggeleng-gelengkan kepalanya seolah sudah terbiasa dengan sikap pelanggan di depannya malam itu.Setelah setengah jam menunggu seorang lelaki dengan kemeja biru pucat menghampiri meja Lisa. Dia memapah Lisa membantunya untuk pergi dari sana.“William?”“William nggak akan datang, Lisa. Sadarlah,” katanya sambil memapah Lisa menuju mobilnya.“Kenapa kamu yang datang? Bukan William?”“Karena William nggak akan datang. Dia berada di luar kota sekarang.”Lisa mendecakkan lidahnya. “Luar kota lagi, aku benci dengan kata kata keluar kota. Dia pergi ke luar kota hanya untuk menghindariku.”Lisa dimasukkan ke dalam mobil, sementara lelaki itu di kursi kemudi dan bersiap meninggalkan area parkir.“Kenapa tiap malam harus minum? Aku tahu kamu sed
Baca selengkapnya
bab 80. berharap bertemu kembali
Malam itu Rafael mengantarkan Alexandra sampai depan hotel, setelahnya ia kembali ke rumah dengan perasaan yang hampa.Dia berpikir apakah dirinya terlalu cepat menyatakan perasaannya pada Alexandra? Namun, dirinya sudah menunggu kesempatan itu sejak Alexandra masih duduk di kelas tiga SMA. Lima tahun berlalu, dan perasaan itu masih ada apalagi ketika dia bertemu lagi dengan gadis itu.Alexandra sudah berubah. Dia lebih dewasa dan tidak banyak bicara seperti dulu. Wajahnya yang remaja perlahan berubah menjadi wanita dewasa, caranya bersikap dan bicara, membuat perasaan di dalam hatinya membuncah.Namun, perasaannya ditolak oleh Alexandra malam itu. Rafael tak tahu, apakah Alexandra masih berharap pada William, atau memang gadis itu tak pernah menyimpan perasaan padanya hingga sekarang.Di sisi lain, Alexandra yang sejak bertemu Rafael selalu menampakkan senyumnya yang manis. Saat Rafael sudah tak ada di sisinya, raut wajah itu berubah menjadi beku. Dia tak memiliki alasan untuk tersen
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
16
DMCA.com Protection Status