All Chapters of DISELINGKUHI SUAMI, DIKEJAR CEO TENGIL: Chapter 41 - Chapter 50
52 Chapters
Zoya Mengibarkan Bendera Perang
Usai kejadian yang membuat heboh resto, aku mengajak Kak Indri dan Mas Sean makan siang. Ada rasa bahagia membuncah melihat dua sodara saling bercengkrama, Mas Sean yang terlihat dewasa ketika bertemu dengan Kak Indri, sifat kekanak-kanakkan muncul."Sean, kamu harus ingat. Mulai sekarang jangan mengganggu Aira. Kamu harus fokus mengelola perusahaan keluarga kita. Masmu sudah semakin tua, besar harapan kami, kamu yang meneruskan dan mengembangkan perusahaan agar semakin sukses," ucap Kak Indri berpesan."Siap, Kak. Mulai sekarang aku akan fokus mengelola perusahaan apa lagi nanti kedepannya akan ada yang mendampingiku wanita cantik seperti bidadari," jawab Mas Sean membuatku melebarkan bola mata karena rayuan gombalnya yang garing."Kakak tidak mau setelah ini seketaris kamu mengadu, mengatakan kamu tidak masuk ke kantor dan menyerahkan semua urusan kantor ke Nisa. Kamu itu seorang pemimpin Sean, harus bisa mencontoh ke semua karyawan kamu," tegas Kak Indri menatap serius kearah adikn
Read more
Dampak Video Viral
Aku menghela napas berat. Kekhawatiranku terjadi, semakin malam resto bertambah sepi. Hari ini akhir pekan, biasanya banyak anak muda nongkrong bersama teman-teman genknya. Memang masih ada beberapa yang datang anak-anak motor, tetapi tidak seperti biasanya. Aku berusaha berpikir positif, mungkin saja mereka sedang ada kesibukkan lain bukan karena imbas video viral yang diunggah Zoya."Mbak, resto sepi, ya," ucap Susi menganggetkanku. Susi sudah berdiri disampingku seraya mengedarkan pandangan ke area resto. Gadis itu nampak lesu, karena biasanya di jam-jam seperti ini semua karyawan sangat sibuk melayani pengunjung resto."Mungkin, kita disuruh istirahat dulu, Sus," jawabku berusaha menghibur Susi dan diri sendiri."Ya, sih, Mbak. Tapi, kalau seperti ini terus bagaimana nasib karyawan, Mbak?" tanyanya seraya menatapku dengan sorot sedih."Doakan saja semoga ini tidak berlangsung lama, Sus. Apa kita coba membuat menu baru? Mungkin saja mereka bosan dengan menu itu-itu terus," kataku m
Read more
Sean Si Posesif
"Mbak Aira, apa yang terjadi?" tanya Laras setibanya aku di rumah diantar Mas Sean. Laras sudah berdiri di depan pintu, Susi mungkin sudah memberitahu Laras apa yang terjadi dengan resto."Ai, aku pulang dulu sudah malam," pamit Mas Sean."Iya, Mas. Kamu hati-hati, ya, Mas. Terima kasih ponselnya.""Ya, Ai. Untuk urusan Zoya kamu jangan khawatir, biar aku yang mengurusnya.""Iya, Mas. Terima kasih," sahutku lemas.Beruntung perumahan ini tidak ada ibu-ibu yang kepo atau julid. Kalau di perumahan ibu mertua hampir seluruh penghuninya tukang gosip. Apa lagi kalau mereka tahu aku diantar pria lain, pasti mereka gosipin yang tidak-tidak. Perumahan ini untuk tamu saja harus meminta izin dulu ke security depan, nanti security memberitahu si pemilik rumah apakah boleh tamu itu mendatangi rumahnya. Jika sang tuan rumah tidak mengizinkannya, si tamu tidak bisa bertandang ke rumah yang ingin mereka datangi.Selepas Mas Sean pergi, Laras mengajakku duduk. Wanita itu begitu penasaran apa yang se
Read more
Kelakuan Aneh Sean
"Mas Sean, kamu di sini?" tanyaku kaget. Jujur aku terkejut pria itu sudah disamping tengah tersenyum penuh arti kearahku."Mas Sean, keren. Aku sudah lihat video itu, beruntung Mbak Aira dicintai Mas Sean," puji Mbak Dian. Aku melirik tidak suka kearah Mas Sean karena aku yakin pria itu sedang kegeeran."Terima kasih pujiannya, Mbak Dian. Aku hanya ingin memperjuangkan cintaku," sahut Mas Sean seraya menyugar rambutnya."Mas Sean, warga kompleks perumahan ini akan selalu mendukung kalian.""Wah, terima kasih dukungan kalian. Aku janji tidak akan mengecewakan kalian dengan membahagiakan Aira," balas Mas Sean mantap.Aku menepuk keningku pelan mendengar obrolan mereka, Mas Sean seperti sedang berorasi mencalonkan diri sebagai ketua RT saja yang mencari simpati masa untuk mendukungnya."Mas, kamu mengikutiku?" tanyaku menatapnya penuh selidik."Semalam aku tidur di rumah Kak Indri, Ai," sahutnya santai. Suasana taman semakin ramai, ibu-ibu kompleks yang kebetulan melewati kami menyapa
Read more
Firasat Buruk
Aku menahan amarah melihat video yang aku tonton di ponsel Laras. Hawa panas sudah naik ke atas ubun-ubun. Kurang ajar! Zoya membuat video klarifikasi bersama Mas Aksa dan juga Ratu, ternyata mereka benar-benar bersekongkol untuk menghancurkan hidupku."Ada apa, Ai?" tanya Mas Sean mungkin melihat perubahan ekspresi wajahku."Kamu lihat sendiri, Mas." Aku menyerahkan ponsel Laras ke tangan Mas Sean.Aku tidak habis fikir, Mas Aksa melakukan hal serendah itu. Dia playing victim seolah aku istri durhaka. Di video itu Mas Aksa menjelaskan, dia terpaksa menikah lagi karena ibunya ingin menimang cucu dikarenakan ibu sedang sakit keras takut tidak ada umur. Mas Aksa juga mengatakan dia sudah adil denganku dan juga Selena, walau dia memiliki istri lagi namaku tetap nomor satu di hatinya.Mas Aksa juga mengatakan aku ingin berpisah dengannya karena dia sudah jatuh miskin, lalu aku berselingkuh dengan pria kaya. Apa lagi Ratu juga ikut menjatuhkanku dengan mengatakan aku tidak mau mengurus Mas
Read more
Liburan Romantis
Selama perjalanan menuju puncak, aku memilih menutup mata agar perasaan gelisah hilang. "Ai, bangun sudah sampai," bisik Mas Sean. Aku membuka mata sambil menguceknya, ternyata selama perjalanan aku tidur nyenyak."Sudah sampai, Mas," gumamku seraya meregangkan otot pinggang yang terasa kaku."Mbak tidur nyenyak sekali, kami tidak tega bangunin, Mbak Aira," sela Laras yang sudah bersiap turun dari dalam mobil sedangkan aku sudah tidak melihat Bik Surti.Aku menatap ke depan, ternyata benar sudah sampai. Di depanku sebuah Villa mewah dengan dua lantai berdiri kokoh, aku mengedarkan pandangan kesamping melihat pemandangan luar semua hutan pinus. Bis rombongan karyawanku juga sudah sampai."Mbak, aku masuk ke dalam dulu, ya," ucap Laras. "Iya, Ras," jawabku.Mas Sean masih duduk dibalik kemudi, dia masih setia menungguku mengumpulkan nyawa karena baru bangun tidur."Mas, ini villa kamu?" tanyaku sedikit tidak percaya. "Iya, bidadari surgaku. Villa ini sengaja aku beli, untuk kita nant
Read more
Salah Kamar
"Daging barbequenya enak sekali, baru kali ini aku makan daging seempuk dan semanis ini," celetuk Susi."Ini daging wagyu, Sus. Mas Sean membeli daging ini dengan kualitas nomor 1 dan kamu harus tahu harga daging wagyu sekilo saja ada yang mencapai harga satu sepeda motor," jelas Roni."Apa? Jadi, daging wagyu ini mahal. Pantas saja rasanya berbeda dengan daging sate sapi yang sering aku beli," balas Susi."Kamu norak banget, Sus. Masa daging wagyu disamain sama daging sapi yang dibeli pinggir jalan," timpal Iqbal."Enak saja kamu bilang norak, gini-gini aku sering makan daging sapi sama kambing," ketus Susi diiringi gelak tawa karyawan lain.Mas Sean ikut tertawa mendengar obrolan karyawanku. "Mbak, Mas Sean ganteng, ya," bisik Laras yang kebetulan duduk disampingku. Sedangkan Mas Sean duduk berhadapan denganku hanya terhalang meja."Biasa saja, tuh," sahutku."Serius, biasa saja. Kalau Mas Sean diambil si Zoya itu, apa mbak rela," goda Laras."Udah, ah, jangan sebut-sebut wanita it
Read more
Salah Pegang
Mas Aksa benar-benar keterlaluan, dia ingin mengajak perang. Aku yakin Zoya yang membantu Mas Aksa menyewa pengacara untuk membatalkan gugatan ceraiku. "Lalu, apa yang harus aku lakukan, Mas?" tanyaku."Kamu harus berikan bukti baru, Ai. Agar Aksa kalah," sahut Mas Sean."Selama 3 bulan Mas Aksa tidak memberiku nafkah, Mas. Dia terlalu sibuk dengan Selena. Apa itu bisa menjadi bukti?" "Itu bisa menjadi bukti, untuk kamu menggugat balik Aksa, Ai. Kalau sudah tiga bulan tidak memberi nafkah, sama saja Aksa sudah menalak kamu secara agama, Ai. Dan, kamu bisa menuntut Aksa dengan pasal menelantarkan istri.""Mas Aksa juga pernah menalakku, Mas. Apa secara agama sah, waktu itu kami bertengkar hebat karena Mas Aksa selalu pulang malam. Saat itu aku protes, tapi dia bilang kalau aku melarangnya, kamu aku talak. Apakah itu jatuh talak?" tanyaku."Itu sudah jatuh talak, Ai. Jika Aksa mengucapkannya dalam keadaan sadar, Ai. Kamu kenapa tidak pernah cerita sama aku, Ai?""Dia sadar, Mas. Ada i
Read more
Rasa Yang Aneh
"Ai, kamu tidak apa-apa?" tanya Mas Sean yang sudah selesai berbicara dengan Ardi. Aku terduduk lemas di lantai karena seluruh persendianku seketika lemas. Resto yang susah payah orang tuaku bangun terbakar.Mas Sean berusaha mengangkat tubuhku lalu mendudukkanku di atas ranjang. "Mas, resto gimana?" tanyaku setelah keadaanku sudah sedikit tenang. Aku terlalu shock mendengar berita itu."Kamu tenang saja, Ai. Kebakarannya hanya melahap bagunan resto bagian samping saja. Hanya sedikit yang perlu diperbaiki, beruntung saat itu ada Ardi yang belum pulang dari toko Koh Acong melihat ada pria sedang menyiram bensin lalu membakar resto. Jadi, kebakarannya tidak sempat meluas kemana-mana. Ardi meminta tolong warga yang lewat untuk membantunya memadamkan resto sebelum menjalar masuk ke dalam," terang Mas Sean.Samping kiri dan kanan resto masih kebun kosong milik warga, sedangkan depan resto beberapa deretan toko salah satunya toko elektronik milik Koh Acong yang telah berdiri lebih dulu dari
Read more
Ciuman Pertama
Keheningan beberapa saat menyelimuti kami. Helaan napasnya mengenai ceruk leher ini. Sesaat aku menikmati pelukkan hangat yang dihasilkan dari atmosfir tubuh kami.Mas Sean mengurai pelukkannya, dia membingkai wajah ini. Jarak kami begitu dekat. "Ai, aku janji tidak akan menyakiti kamu," ucapnya seraya membelai rambut hitam panjangku.Aku seperti terhipnotis, menatap iris hitam dengan bulu mata tebalnya. Suara adzan subuh berkumandang menyadarkanku dari wajah tampannya. Jika ada suara adzan berarti ada surau di dekat sini dan pasti ada rumah warga. Kupikir hanya villa ini saja yang di kelilingi hutan pinus."Mas, sudah waktunya sholat subuh." Aku berusaha melepaskan tangannya di pinggang rampingku demi menghindari dari hal yang tidak seharusnya. Kami sama-sama sudah dewasa, suasana seperti ini bisa saja terjadi sesuatu tidak diinginkan. "Sebentar, Ai." Aku kembali dibuat kaget ketika dia mendekatkan wajahnya.Cup!Sebuah kecupan mendarat di pipi, kulebarkan kedua bola mata menatapny
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status