All Chapters of JERATAN KONTRAK PEWARIS: Chapter 21 - Chapter 30
70 Chapters
Bab 21. Kegilaan pewaris
"Jangan dipikirkan. Lebih baik Nyonya nikmati masa-masa bahagia dan peran Nyonya sebagai Ibu. Nyonya harus bahagia agar si bayi juga bahagia."Emma tidak menggubris nasihat Jeremy. Setelah yang Emma alami beberapa hari di rumah sakit, Emma akhirnya membenarkan pikirannya kala Topan memaksanya menandatangani surat perjanjian pernikahan, bahwa pernikahan mereka bukan sekadar pernikahan biasa. Emma harus menyimpan banyak hal, menekan perasaan dan rasa ingin tahu yang begitu besar.  "Pak Topan sudah menyiapkan semuanya, karena dia tahu yang terbaik untuk Nyonya."Jeremy menutup pintu apartemen setelah Resti dan Feni masuk membawa perlengkapan dan Emma di kursi roda memangku bayinya.Sesuai jadwal yang sudah ditentukan, Emma dan bayinya akhirnya pulang ke apartemen. Semua berjalan lancar tanpa ada kendala.  Setelah melayani Emma dan bayinya, Resti kembali bekerja dan Feni mengurus Emma dan bayinya. 
Read more
Bab 22. Ricuh akibat ceroboh
"Siapa Anda? Apa maksud Anda berkata suami saya melakukan kesalahan?" Laura bertanya ketus dan mukanya sangat merah karena marah. Topan dan Alex tersentak melihat perempuan itu berdiri di pintu bersama Jeremy. Mereka gelagapan, saling melirik dan sulit menelan ludah. Alex dan Topan juga mencebik dan Topan ingin sekali menendang Jeremy, sebab keputusan Jeremy membawanya ke mansion malah akan memperumit keadaan.Perempuan itu menghampiri Laura dengan senyum ramah. Dia mengulurkan tangan sambil berkata, "Saya Dokter Tresna, spesialis kandungan dan kebidanan yang menangani persalinan Nyonya Emma. Dia pasien saya."Kening Laura mengerut tidak mengerti menatap dokter tersebut. "Siapa Nyonya Emma? Apa hubungannya dengan suami saya?"Dokter Tresna masih tersenyum saat melihat Topan dan Alex sangat tegang menatapnya ketika dia melirik mereka berdua. "Itulah tujuan saya kemari, untuk menjelaskan ap
Read more
Bab 23. Cinta dan kesetiaan
"Kamu pembohong! Pembohong!" Laura berteriak histeris setelah menutup telepon. Dia melempari Topan dengan benda-benda di sekitar.Selama dua puluh menit, Laura berbicara dengan keluarganya di Berlin yang menghubunginya.Lima hari setelah peristiwa itu terjadi, Laura sigap sekali mencari informasi tentang anak tersebut, hubungannya dengan Topan. "PENGKHIANAT!" pekik Laura lagi dengan air mata dan menepuk dada. "Saat aku berjuang antara hidup dan mati, kamu malah menikah lagi! Kenapa kamu lakukan itu, Topan?" Topan berdiri kaku beberapa meter dari Laura. Ekspresi wajahnya sangat rumit diartikan–bingung saat masuk ke kamar mendapat lemparan barang dari Laura. Dia menjadi lebih bingung karena Laura menyebutnya 'menikah lagi' sehingga Topan mematung dengan pikiran kosong. PRANGSatu gelas kristal jatuh berkeping di lantai karena Laura melemparnya ke arah Topan. Perasaan Laura sangat saki
Read more
Bab 24. Sakit tak berdarah
"Saya bisa membantu Nyonya untuk mendapatkan informasi lain.""Jadi kamu tidak punya berita lain selain kabar yang tadi?"Erica menggelengkan kepala. "Saya mendengar Jeremy menyebut mendiang ayah mertu—""Mendiang ayah mertua?" sela Laura terkejut, dengan muka yang tampak seperti orang bodoh.Erica mengangguk yakin kali ini. "Benar, Nyonya.""Berapa yang kamu minta?""Saya tidak minta bayaran. Saya hanya ingin membantu Nyonya.""Setiap perbuatan akan didasari sebuah alasan. Katakan alasanmu membantu saya."Setiap kali bicara dengan Laura, Erica merasa bahwa Laura menunjukkan posisi lawan bicaranya, mampu mengendalikan lawan bicara dan membuat mereka dalam genggaman.Menurut Erica, Laura sosok yang mampu menurunkan rasa percaya diri orang lain ketika dia berbicara. Dari gaya dan cara bicara, serta intonasi, Laura menunjukkan dirinya paling menonjol di antara y
Read more
Bab 25. Musang berbulu domba
"Kamu membawa bayi itu ke sini dan kamu termasuk Kakek tidak menjawab pertanyaanku!" Laura masih menunjuk-nunjuk Topan.Laura menyadari kejadian demi kejadian saling terkait ketika merenung di kamar tamu Erica. "Kamu dan Kakek berbohong! Kalian semua menipuku!" teriak Laura lagi. Gejolak amarah Laura membuat napasnya tidak teratur. Mata Laura nyalang menantang Topan dan merah karena rasa sakit hati menyeruak lagi. Laura mengusap mata dan pipi saat air mata mulai jatuh. Dia masih berusaha kuat–menutupi kesakitan dan kelemahan sebagai perempuan yang terluka karena cinta dan pengkhianatan. "Siapa yang mengatakan itu padamu?" Topan akhirnya bertanya setelah diam cukup lama. Suaranya datar, tetapi wajahnya sangat terkejut."Dinding juga punya telinga. Pergi! Aku tidak sudi melihatmu!""Siapa yang memberitahumu?" Topan mengulangi pertanyaan dan terdengar memaksa."Orang yang
Read more
Bab 26. Ditekan istri sah
Sesuai kesepakatan, pertemuan Laura dan Emma untuk saling mengenal terjadi di rumah Topan. Topan dan lainnya sudah menunggu Emma dan Kia yang dijemput Jeremy. Alex tampak sangat antusias menyambut cicitnya akan datang untuk pertama kali di mansion mewah milik Kakek buyutnya."Saya Laura Johnson, istri Topan." Laura tampak angkuh dan elegan ketika menjabat tangan Emma. Dia juga sengaja menyebut 'istri Topan' untuk mengukuhkan posisinya di keluarga Marselait pada Emma. Emma tidak bisa menyembunyikan ketegangan dalam dirinya, meski dia berusaha terlihat mampu menguasai diri. "Saya Emma Rahandi," sahut Emma tersenyum canggung. Kemudian tangan mereka terlepas.Untuk pertama kalinya Emma melihat Laura dari dekat; berwajah blasteran, sangat kurus, kulitnya bersih, tidak berbinar, sisa kecantikannya yang tergerus masih terlihat. Emma mengakui Laura memiliki daya pikat sebagai perempuan kaya. Walaupun kurus dan terlihat tidak bahagia, Laura tetap saja memancarkan kekuasaan dalam dirinya."
Read more
Bab 27. Mesin penghasil bayi
Agar tujuannya tidak gagal, Laura merayu Topan untuk meminta Emma tinggal di mansion mereka. Alasan yang Laura kemukakan cukup masuk akal sehingga Topan menyetujui permintaannya itu."Kurasa dia akan jenuh beberapa bulan ke depan. Kalau tinggal di sini bersama kita, dia bisa punya teman cerita."Namun, Topan menghadapi jalan terjal meyakinkan Emma bahwa Emma bisa lebih aman dan mudah diawasi. Alasan lain agar bisa membangun hubungan antara Kia dan Laura, tidak Topan katakan pada Emma. Penolakan Emma sangat beralasan, karena Kia akan dipisahkan darinya dan Laura yang menekannya secara terang-terangan di pertemuan pertama. Emma akhirnya menyetujui permintaan Topan, setelah melewati debat alot selama dua bulan.Di mansion Danudara, Emma dan Kia diperlakukan sangat baik. Namun, Emma hidup seperti burung di dalam sangkar emas, seperti ketika dia tinggal di Berlin. Dia dilarang keluar rumah melewati gerbang mansion dan diberikan pel
Read more
Bab 28. Dewi Fortuna
"Emma dinikahi secara sah, karena kita butuh pewaris sah dari pernikahan. Dia bisa menuntut kita atas Kia karena keegoisanmu!" bentak Alex sambil menunjuk-nunjuk Topan. "Kakek, yang terjadi di luar rencana kita. Tiba-tiba Laura sadar dari koma, sejak itu rencana kita berantakan.""Kamu yang membuat rencana jadi berantakan! Kamu memulai petaka ini semua dari keinginanmu mengambil Kia dari Emma sebelum waktunya. Apa kamu pikir Emma akan menyerah begitu saja?" Napas Alex terdengar keras, keningnya mengerut, dan wajah marahnya tampak merah. "Kamu lihat tadi bagaimana reaksinya 'kan? Kamu dengar apa yang dia ucapkan pada Laura 'kan? Kalau saja kamu tidak memutus sepihak susu Kia secara tiba-tiba, maka semua ini tidak akan terjadi!"Alex memukul permukaan meja saat bicara, lalu menghela napas. "Laura dan Emma tidak akan terluka karena saling melukai! Kamu menganggap enteng Emma, Topan, padahal kamu setengah mati meyakinkan dia untu
Read more
Bab 29. Derita seorang Ibu
"Kia wangi sekali, sekarang giliran Mama mandi. Tunggu di sini, ya?" Emma mencium Kia, lalu meninggalkan Kia sendiri di kotak tempat tidurnya. Setelah melahirkan, Emma hanya menghabiskan waktu tiga menit untuk mandi. Laura masuk ketika Feni bermain bersama Kia. "Bersiaplah dan bawa dia keluar. Kami akan pergi sebentar lagi." "Apa aku boleh ikut?" tanya Emma di pintu kamar mandi. Dia baru saja selesai berpakaian. "Tidak, kami akan menemui kerabat. Apa kamu mau dianggap baby sitter Kia?" Mata Emma bergerak-gerak, tampak berpikir, tetapi dia memiliki raut muka yang sedih. "Tidak apa, aku memang mengasuh Kia." "Feni sudah cukup menjaga Kia dan tugasnya memang untuk mengasuh Kia." Laura menyela ucapan Emma. "Ayo, Feni, kita harus pergi sekarang.""Tidak, Kia tidak akan kemana-mana, kalau aku tidak ikut. Aku ingin bersamanya hari ini sepanjang hari." Emma sudah mendekat pada Feni. Tas berisi perlengkapan Kia sudah siap di ujung kasur. "Kamu ingin orang-orang tahu bahwa kamu ibunya Kia
Read more
Bab 30. Harga diri perempuan
"Saya sudah mencari Nyonya ke banyak tempat, tapi tidak menemukannya. Nyonya sempat ke apotek mengambil obat Kia, setelah itu menghilang. Saya menunggu berjam-jam sebelum mencari mereka." "Bagaimana kamu bisa lengah sampai kehilangan mereka?" amuk Topan dengan muka tegang dan kening mengerut. Napas Topan juga tidak teratur."Maaf, Tuan, saya menunggu Nyonya di parkiran. Dua jam Nyonya masuk ke gedung, saya menyusulnya ke poliklinik anak dan kata suster, mereka sudah keluar sejak tadi. Saya juga ke apotek, saya pikir mungkin mereka sedang mengantri di sana, ternyata Nyonya juga sudah mengambil obat Kia."Topan menghampiri sopir dengan cepat dan memukulnya di bagian wajah. Karena tanpa persiapan, sopir terhuyung ke belakang dan nyaris menyenggol sudut kaca meja di ruangan kerja Alex. "HENTIKAN, TOPAN!" teriak Laura terkejut. Topan tampak seperti tidak waras ketika membabi buta memukul sopir, hingga sopir mengalami luka lebam dan berdarah di bibir. Kemarahan Topan seketika tidak ter
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status