All Chapters of JERATAN KONTRAK PEWARIS: Chapter 41 - Chapter 50
70 Chapters
Bab 41. Wajah di balik topeng
Selesai makan malam dan kini sedang menikmati waktu bersama Kia, Laura menahan diri untuk tidak mengingatkan Topan pada Emma. Laura pura-pura lupa, mengalihkan perhatian hanya pada Kia agar Topan tidak menemui orang tuanya untuk memaksa melepaskan Emma atau mencari keberadaan Emma. Itu akan sangat mengerikan jika Topan melakukannya. Dia akan benar-benar tersingkir jika yang Topan ketahui adalah Laura menahan Topan dari mencari Emma. "Tuan, Steve datang untuk bicara," kata Jeremy.Topan meninggalkan Kia bersama Laura. Kedatangan Steve memberi kabar, menjadi hal yang paling Topan tunggu untuk kabar pelaku yang meracuni anggur yang dia minum. "Kabar apa yang kamu bawa?" Topan bertanya setelah duduk di sebelah Jeremy. Ruang kerja Alex dikunci agar Laura tidak menguping. Jeremy melihat sesuatu yang berbeda ketika Laura mendatangi apartemen Erica untuk mencarinya–hanya untuk membahas data yang hilang, saat Topan di
Read more
Bab 42. Air susu dibalas air tuba
"Ahhhh!" Erica tersentak ketika tangannya ditarik seseorang menjauh dari parkiran kantor. Dia merasakan sakit di bagian lengan yang dicengkeram sangat kuat. Kaki Erica merasa sakit karena terseret-seret tersebab dia menggunakan sepatu high heels. Erica setengah terbanting ketika orang tersebut mendorongnya ke dinding basement dan memaksa tubuhnya bersandar di dinding. Dia kembali tersentak dengan mata mendelik dan napas tertahan, ketika melihat pelaku kekerasan padanya."Jeremy? Kenapa kamu menyeretku ke sini? Kenapa kamu bersikap kasar begini?""Apa yang kamu lakukan di mansion Nyonya Laura?"Seperti tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya, Erica terperangah Jeremy mengetahui kepulangannya dari rumah itu. Bagaimana dia bisa tahu?"Nyonya Laura tidak ada di sana. Sedang apa kamu di sana?" tanya Jeremy lagi. "Jawab aku, Erica.""Ak-aku me-mengantar proposal proyek pemerinta—""Kenapa kamu yang pergi ke sana untuk mengantar? Kamu sekretaris, bukan tugas kamu menemui klien seorang di
Read more
Bab 43. Konspirasi
Perempuan itu tersungkur di lantai dalam kondisi lemas dan melindungi wajahnya menggunakan kedua tangan. Erica masih berusaha untuk kuat dan berdiri meski sempoyongan.Erica tampak sangat memprihatinkan, mulai dari bibirnya yang pecah dan mengeluarkan darah, wajahnya terasa remuk dan berbekas serta merah, rambutnya berantakan dan dia merasa rahang giginya seperti akan rontok. Pandangan Erica juga menjadi kabur. "Kamu yang membuatku jadi begini, Topan." Erica masih tidak mau kalah. "Kenapa kamu marah padaku? Seharusnya kamu marah pada istrimu yang lumpuh itu. Dia bersekongkol dengan orang tuanya."Walaupun Erica merasakan kepalanya pusing karena dihantam tangan Topan, tetapi dia akan berhenti ketika tubuhnya benar-benar kehabisan darah."Dan kamu sendiri juga tahu mertua kamu menyekap Emma, tapi kamu tidak berbuat apa-apa pada mereka. Kamu dan mereka yang seharusnya yang dilenyapkan, bukan aku!""Kamu bersekongkol
Read more
Bab 44. Drama queen
"Kamu dan orang tuamu menghancurkanku. Kalian membeli data perusahaanku. Kalian bekerja sama dengan Erica mencuri data perusahaanku!" Topan menggeleng. "Kamu tega, Laura. Kenapa kamu tega melakukan ini?" Laura tidak dapat menahan rasa terkejutnya mendapat tuduhan dari suaminya. Dia tertegun dengan mata menerawang, lalu menggeleng. "Tidak, itu tidak benar. Aku tidak mencuri data perusahaan. Ini perusahaanku juga. Kenapa kamu menuduhku seperti itu?""Aku tidak menuduhmu, tapi bukti perbuatanmu sudah ditemukan oleh Jeremy. Erica pun sudah mengakuinya!" Laura tidak berkutik ketika Topan menyebut nama Erica dan Jeremy. Dia bertanya dalam situasi terjepit itu bagaimana Jeremy bisa mengetahui perbuatan Erica?"Untuk apa aku melakukan kejahatan itu? Erica menjual informasi rahasia perusahaan pada orang tuaku, bukan berarti aku juga terlibat dalam kasus itu." Laura harus meyakinkan mereka bahwa keluarga tak selalu sejalan."Kamu juga tahu aku tidak setuju dengan perbuatan orang tuaku yang me
Read more
Bab 45. Kondisi Emma
"Cukup, Laura. Aku tidak ingin mendengar apa-apa." "Topan!" Laura memanggil setengah berteriak, saat Topan berdiri dan meninggalkan mereka. "Kembali ke kamarmu!" perintah Alex. "Bawa Nyonya ke kamar. Dia harus dihukum!""Kakek …." Laura menggeleng, lalu menolak para pelayan untuk membawanya ke kamar. "Saya tidak akan ke mana-mana." "Seret dia ke kamar!" perintah Alex. Jeremy mencari Topan setelah Laura dibawa paksa oleh pelayan. Dia menemukan Topan mengurung diri di kamar lain, bahkan saat Jeremy membuka pintu, Topan tidak bereaksi sama sekali. "Ceritakan semuanya, Jeremy." Alex tiba-tiba muncul di pintu. Dia tampak terpukul dari wajahnya yang keriput di sudut mata, kening dan pipi yang sangat jelas. Ketika mendengar permintaan Alex, Topan menoleh membawa beban berat di dada. "Kemarilah, Topan. Ayo, kita duduk mendengarkan penjelasan Jeremy."Mereka mengambil tempat duduk di sofa, sedangkan Alex di dekat sofa mereka. Jeremy sangat jelas menceritakan semua yang dia ketahui dan
Read more
Bab 46. Saat Singa turun tangan
Itu sangat benar. Permasalahan mereka akan melebar dan semakin pelik, jika Kia ditukar sebagai syarat transaksi dengan Emma. Topan pasti akan menjadi gila jika hal itu terjadi. "Malvino baru saja mengabari Kakek. Kita bicarakan itu nanti. Ayo, kita ke rumah sakit sekarang membawa Kia. Sepaya Laura atau komplotannya tidak bisa membawa Kia pergi." Permbicaraan mereka berhenti ketika Feni datang mengetuk pintu. "Tuan, Kia sedang tidur dan baru saja setelah lelah bermain.""Bawa saja kemari. Saya ingin menggendongnya."Tapi, Tuan … Kia belum lama tertidur. Beberapa hari belakangan dia kesulitan tidur dan sering menangis di malam hari.""Bawa saja dia ke sini. Saya yang akan menidurkannya kalau dia bangun." desak Alex. "Cepatlah."Feni menganggukkan kepala, lalu kembali ke kamar Laura untuk mengambil Kia. Dia kembali ke kamar Alex bersama Kia yang menangis. "Nyonya Laura tidak mengizinkan Kia saya ambil, karena itu saya agak lama membawa Kia.""Berikan Kia pada saya dan kamu bersiap s
Read more
Bab 47. Ikatan batin dan arti ketulusan
"Tidak, Kia anak yang kuat dan sehat. Dia juga sayang pada Anda, mana mungkin dia pergi meninggalkan ibunya?" sahut Jeremy."Di mana anakku? Di mana dia? Aku ingin bertemu dengannya!" Reaksi Emma membuat Jeremy kesulitan memberi jawaban. Perempuan itu sangat lemah, tertekan, dan merintih histeris setiap membicarakan anaknya. Cara Emma menatap sangat menyentuh hati Jeremy, hingga lelaki itu tidak tega mengabaikan permintaan Emma. Namun, dia tidak bisa membawa Kia masuk untuk mempertemukan mereka, sebab peraturan IGD yang melarang keras membawa anak-anak masuk ke IGD. "Saya harap Nyonya kuat melewati masa sulit ini. Kia baik-baik saja. Jangan gusar. Saya harus pergi sekarang." Jeremy segera berjalan keluar tanpa menggubris panggilan Emma.Perempuan itu memanggil dengan suara yang terdengar pilu dan menyakitkan. Dia berusaha bangun dan membuka selang infus, lalu turun dari kasur dengan usaha keras. Emma hampir terjatuh ketika berjalan memegang bankar, menuju ke pintu untuk mewujudkan
Read more
Bab 48. Nasib Laura
Laura terkejut ketika mendengar suara pintu dibuka dengan keras. Dia melihat Topan masuk dengan wajah sangar ketika menoleh ke pintu. Di belakang Topan ada tiga orang pelayan mengikutinya. Mereka mulai mengambil koper dari tempat penyimpanan di kamar Topan, lalu memyusun pakaian Laura tanpa bicara sepatah kata."Kenapa kalian mengeluarkan pakaian saya dari dalam lemari? Siapa yang menyuruh kalian?" Laura bertanya dengan suara keras. "Aku! Kita harus pergi sekarang." Topan memutar arah kursi roda Laura, lalu mendorongnya keluar kamar."Pergi ke mana?" Wajah Laura terlihat heran dengan sikap yang tiba-tiba dan aneh dari Topan. "Tiara, bereskan barang-barang Nyonya yang lain!" perintah Topan sesaat setelah keluar dari pintu."Aku tidak mengerti ini, Topan. Apa maksud kamu?" "Kita akan menemui orang tuamu.""Orang tuaku? Kenapa? Ada apa? Kenapa kamu membawaku ke rumahku? A
Read more
Bab 49. Rubah bertemu ular
"Liburan yang menyenangkan." Erica tersentak ketika mendengar suara lelaki dari jarak dekat. Matanya mendelik dan tubuhnya menegang saat melihat Jeremy tersenyum misteri di dekat tiang pintu. Setelah memutuskan kabur dari Indonesia, Erica memutuskan tinggal di hotel dekat bandara sebelum melanjutkan penerbangan. Dia sedang menikmati hidangan setelah renang ketika Jeremy mengamatinya sejak tadi. "Pasti healingmu sudah membaik," sindir Jeremy lagi. Kamu pecundang, Erica."Erica mengumpat pedas dalam hati karena Jeremy berhasil menemukannya. Dan lirikannya menjadi tajam karena disebut pecundang. "Aku perlu bicara denganmu." Jeremy mengeluarkan borgol dari saku celana, lantas mengikat satu tangan Erica dengan tangannya. "SHIT!" Erica menarik tangan yang diborgol dan berusaha lari. Namun, Jeremy sigap menarik Erica ke dalam mobil. Steve sudah menunggu dengan sebatang rokok, langsung me
Read more
Bab 50. Para pendosa yang licik
"Saya tidak tahu bukti apa yang kamu maksud. Kamu sekretaris cerdas, bisa jadi bukti itu hanya buatan kamu untuk memojokkan saya." Laura melakukan bantahan agar dia tidak terseret arus permainan Erica, sebab dia tidak yakin pernyataan Erica tentang bukti yang dimiliki adalah benar. Meskipun, Laura merasa kekhawatiran menyelinap dalam dirinya. Bisa jadi Erica mengatakan hal yang benar. "Termasuk cek dari Tuan Albert adalah palsu?" Dia terus menggiring Laura ke situasi yang membuat Laura tidak bisa membantah setiap serangan yang dia lakukan. Erica tertawa sumbang dan geli atas tuduhan Laura tentang bukti palsu dan wajah Laura yang berubah pucat."Cek itu dari ayah saya untukmu, bukan dari saya." "Itu benar, karena Anda juga terlibat, Nyonya. Saya hanya mengingatkan Anda bagian-bagian yang mungkin sengaja Anda lupakan." "Bagaimana kamu membuktikan tentang bukti itu?" tanya Alex pada Erica. "Saya menyimpan file itu dengan sangat baik. Jangan mencarinya di apartemen saya, karena tidak
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status