Semua Bab JERATAN KONTRAK PEWARIS: Bab 31 - Bab 40
70 Bab
Bab 31. Anggur beracun
"Apa kekuranganku sampai aku tidak pantas melahirkan anakmu?" Erica meneguk minuman anggurnya dalam satu kali tenggak. Dia memutuskan pulang setelah beberapa waktu merasa tidak baik-baik saja. Erica pulang dalam keadaan menangis dan melempar tas dan sepatu di ruang tamu. Kali ini Erica menjadi tidak profesional seperti biasanya. Dia tidak peduli dengan kinerja buruk yang akan tersemat nantinya, karena tidak mampu melanjutkan pekerjaannya. Beberapa pekerjaannya menjadi rusak. Sekarang dia hanya ingin menyembuhkan luka hati karena lidah tajam Topan. Bahkan ponselnya pun dimatikan. "Apa kelebihan perempuan itu yang aku tidak punya?" lirih Erica dalam sorot mata kosong. Dia terpuruk di kamar berjam-jam sebelum merasa membutuhkan anggur untuk menenangkan diri. Namun, setelah tiga gelas wine ditelan, Erica belum juga merasa membaik."Pantas saja dia tidak menjawab teleponku selama di Berlin. Ternyata bukan hanya karena Laura yang sadar dari koma, tapi juga karena Emma," gumam Erica, keti
Baca selengkapnya
Bab 32. PA vs sekretaris
"Kami menemukan racun mematikan dalam tubuh pasien dan masih dalam pengawasan kami. Pasien terselamatkan, tapi kritis, jadi dia belum bisa dijenguk. Saya permisi, Pak Alex." Setelah berjam-jam menunggu hasil pemeriksaan dokter dan laboratorium, Alex dan Laura pada akhirnya bisa menarik napas lega ketika kabar baik itu datang. Namun, kenyataan buruk juga harus mereka terima.Sepengetahuan Laura dan Alex, saat seseorang diracuni dan mengeluarkan busa dari mulutnya, maka korban akan tewas tanpa sempat mendapat pertolongan. "Kakek sangat bersyukur dia selamat. Tuhan masih memberinya kesempatan hidup." Alex mengusap air mata karena menangis haru. "Tapi dia kritis." Laura menolak ungkapan perasaan Alex. Dia menangis karena pikiran buruk menakutinya selama Topan dalam penanganan dokter. Kritis menjadi kata menakutkan bagi Laura, yang bisa mengubah statusnya menjadi janda sewaktu-waktu. "Aku takut, Kakek. Aku tidak ma
Baca selengkapnya
Bab 33. Perempuan yang mencurigakan
"Kenapa Erica seperti bukan Erica yang saya kenal. Biasanya dia akan menjawab telepon walaupun kantor sedang libur," keluh Alex setelah gagal menghubungi sekretaris itu berulang kali. "Dia mengajukan cuti dua hari sebelum Pak Topan keracunan anggurnya." Jeremy mencoba berkilah dengan alasan yang masuk akal, agar insiden di ruangan Topan dan alasan Erica menghindar tetap terjaga dengan baik. "Mungkin dia benar-benar ingin menikmati masa cutinya tanpa ada gangguan, jadi tidak ingin diganggu.""Tapi ini berbeda, Jeremy. Setidaknya dia bisa membalas teleponku saat melewatkan panggilanku. Tapi belakangan ini dia seperti menghindar. Apa ada masalah dengannya? Sebelumnya dia tidak pernah seperti ini.""Benar, Pak, karena itulah mungkin dia tidak menelepon Bapak kembali. Karena dia benar-benar ingin bersantai dan bersenang-senang.""Saya khawatir dia mengalami sesuatu." Alex tampak cemas saat mengutarakan kekhawatirannya. Jeremy mengembus napas atas kepedulian Alex itu. Kalau saja Alex tahu
Baca selengkapnya
Bab 34. Jangan kabur
Emma terkesiap ketika informan menyampaikan kabar tentang Topan yang kritis hampir dua pekan. Saat mendengar berita itu, Emma merasa ada kegembiraan di hatinya karena pembunuh ayahnya sudah sekarat, walau satu sisi rasa bersalahnya muncul di sudut hati yang lain. "Maaf, saya baru mengabari Nyonya sekarang. Saya ingin menelepon, tapi posisi saya dekat dengan lokasi. Saya tidak mau terdeteksi oleh alat pelacak mereka." Emma bertanya-tanya pada dirinya sendiri. 'Kenapa dia tidak mati saja? Kenapa harus masih hidup? Kalau begini rasanya usahaku sia-sia.'"Dan mengenai ayah Nyonya, kematiannya tidak ada sangkut pautnya dengan Pak Topan. Dia bertengkar dengan rentenir memperebutkan seorang pelacur.""APA?" Emma sedikit berteriak. "Pelacur? Rentenir?"Emma menggeleng. Tidak mungkin ayahnya berbuat seperti itu. Emma sangat mengenal ayahnya. Bagaimana mungkin dia ribut untuk merebut seorang pelacur jalanan?"Bohong, itu bohong. Ayah saya bukan orang seperti itu.""Nyonya mungkin saja benar, t
Baca selengkapnya
Bab 35. Penculikan Emma
Alex menahan senyum yang akan merekah, ketika melihat tangan Emma tertahan saat akan menutup pintu. "Pasti kamu yang meracuni Topan!" Alex harap dengan tuduhan itu, dia berhasil menahan Emma pergi karena melawan tuduhannya. "Kenapa kamu diam?" Alex kira Emma akan turun untuk membantah tuduhannya dengan menangis atau terkejut, tetapi dia harus menerima kenyataan melihat Emma terlihat cukup tenang menghampirinya. "Kakek, saya minta maaf. Saya pergi bukan karena melanggar kontrak yang sudah saya tandatangani, tapi karena perlakuan Topan dan Laura pada saya. Entah Kakek percaya saya atau tidak. Maafkan saya." Emma memegang tangan Alex. "Kakek jangan khawatir, Kia akan saya rawat dengan baik. Dia baik-baik saja selama ini." Emma memeluk Alex. Dia bahkan tidak sanggup berkata jujur tentang perbuatannya mencampur racun. Meski merasa bersalah membuat Topan kritis dan koma, Emma tidak berani mengakuinya. Di belakang m
Baca selengkapnya
Bab 36. Kabar mengejutkan
"Katakan, siapa yang meracuni cucuku?" "Pelakunya bukan bertempat tinggal di rumah Anda. Dia dibayar seseorang untuk menuang racun." Steve–Informan yang ditugaskan Alex menjawab setelah menarik napas. "Siapa yang membayarnya? Jangan bertele-tele!" "Dia belum bersedia mengatakannya, Tuan. Terus terang saya mencurigai seseorang di rumah Anda yang membayarnya." Ekspresi Alex berubah datar dan dingin saat Steve memberinya jawaban yang tidak diharapkan. Yang lebih mengejutkan, Steve memberikan kejutan padanya dengan dugaan pelaku kriminal berada di rumah Alex sendiri. "Lebih baik aku tidak mendengar apa pun!" Alex mendengus kecewa. "Setidaknya Tuan tahu perkembangannya dan bisa mengambil langkah yang ingin dilakukan." Kemudian dia berbisik, "Saya tidak bisa berlama-lama di rumah sakit, sebab dinding memiliki telinga yang siap menguping sehari penuh."Steve keluar setelah pamit. Di sini
Baca selengkapnya
37. Madu dan racun
"Jadi …?" Topan tidak bisa berkata-kata setelah mendengar penjelasan dari Alex. "Mereka pelakunya?"Alex mengangguk sambil berdehem untuk membenarkan pemikiran Topan tentang Laura. "Ya, Tuhan." Topan merasa tubuhnya hilang energi untuk sekadar bernapas. "Lantas apa motivasi mereka menculik Emma dan Kia, Kakek?" "Kamu harus hati-hati dan mungkin juga mencurigai Laura. Keluarganya bisa menculik Emma dan Kia yang tidak berdosa, Kakek yakin dia juga bisa melakukan sesuatu di belakang kita.""Laura tidak akan melakukan hal seperti itu pada kita. Dia sangat mencintaiku, Kakek. Aku percaya padanya," kata Topan sambil menggeleng."Kakek tidak ingin kamu menyesal karena kehilangan Kia." Alex membuat Topan tidak berkutik ketika menyebut nama cicitnya. Dia ingin Topan memandang permasalahan dari sudut pandang berbeda dan rasional untuk menguak tujuan dan motif mereka menusuk keluarga Danudara dari belakang.
Baca selengkapnya
Bab 38. Musuh dalam selimut
"Good job." Alex tersenyum puas melihat hasil kerja Malvino yang tidak ada dalam rencana yang mereka susun. Rekaman suara yang dilakukan oleh Malvino setelah Alex keluar restoran, membuktikan kebenaran foto dan daftar panggilan masuk dan keluar di nomor Bianca."Bagaimana jika dia benar-benar melaporkan kita ke polisi?" "Dia tidak akan bisa melakukannya, Bianca, insiden itu terjadi bukan di Berlin, jadi dia tidak bisa melaporkan kita ke polisi di sini." "Maksudku polisi di Indonesia. Tkp ada di negara itu, daftar panggilan telepon juga dia dapat dari operator telepon Indonesia, dia membuat laporan ke polisi, dan polisi di sana akan bekerja sama dengan polisi di Berlin. Apa itu tidak terpikir olehmu?" "Biar aku yang urus. Kau tenang saja. Yang penting Emma dan putrinya masih hidup."Malvino menyimpan kembali rekamannya. Tak menunggu lama, Alex memutuskan pulang ke Indonesia setelah mendapatkan apa
Baca selengkapnya
Bab 39. Kenyataan pahit
"Jadi alasanmu mengakhiri kerjasama proyek besar itu karena kami menculik Emma dan anakmu?""Bukan hanya itu, Papa, tapi juga pembelian material." Topan kembali ke sofa dan duduk. "Aku bisa menerima keputusanmu jika itu berkenaan dengan pembelian material proyek, tapi aku tidak terima karena alasan menculik istri keduamu dan anakmu.""Perkataanku sudah sangat jelas, Papa. Sekarang katakan, di mana Emma dan anakku?" Sudah banyak waktu yang terbuang untuk mencari dan bicara, kini Topan tidak menginginkan negosiasi alot yang tidak memberikan hasil seperti keinginannya."Mereka berdua baik-baik saja, aku akan membebaskan mereka kalau kau membatalkan keputusanmu dan melanjutkan kerja sama kita," celetuk Bianca tiba-tiba. "Itu sudah cukup adil."Tindakannya menarik perhatian serius dari Alex dan Topan, ketika Bianca memutar situasi menjadi pihak penentu permainan. Ini menjadi tekanan tersendiri bagi Topa
Baca selengkapnya
40. Rubah licik
Harapan Laura untuk menjauhkan Emma dan Kia dari pikiran Topan tidak terwujud. Dia tidak bisa menahan diri lagi setelah Topan menolak bicara tentang bisnis. Topan benar-benar mengubah suasana hatinya yang tadi sedang bahagia. Tidak ingin situasi dirinya semakin memburuk, Laura meminta Topan membawanya kembali ke kamar. Dia mengabaikan Topan yang merasa bersalah ketika menyadari telah merusak suasana romantis Laura.Kini setelah Topan pergi, Laura menemui ibunya sebelum mereka kembali ke Berlin. "Di mana anak itu, Mama? Jangan persulit posisiku di rumah itu. Topan bisa membuangku sewaktu-waktu, karena ulah Mama."Bianca menyilangkan kaki sambil membuka lembar-lembar majalah bisnis. Dia terlihat sangat antusias pada berita yang menjadi sub tajuk di halaman tengah. "Topan menolak membahas bisnis saat aku berbicara dengannya, Mama tahu? Dia bahkan masih mengingat Emma dan Kia saat kami bersama. Itu ancaman buatku,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status