Semua Bab Janda Milik Sang Aktor: Bab 31 - Bab 40
102 Bab
31. Menilai Perasaan
"Tara," Cell mendekat, melanjutkan perkataannya setengah berbisik. "Entah cuma firasatku atau enggak, tapi rasanya Noah nggak gangguin kamu sama sekali ya? Malah kesannya, hari ini sepertinya dia menjauhi kamu.""Iya, bagus kan? Akhirnya aku bisa hidup aman, damai, sentosa lagi?" Keduanya terkekeh pelan, melanjutkan perjalanan memasuki hotel. Setelah membersihkan diri, mereka keluar untuk membeli makanan di warung pinggir jalan. Selagi besoknya Tara harus bersiap-siap untuk menemani Julian pergi ke Korea Selatan, dia ingin menghabiskan sisa waktu yang ada untuk bersenang-senang.Hanya saja, dia tak paham bagaimana takdir mengarahkan langkahnya untuk menuju sebuah warung ayam geprek yang terkenal dan mempertemukannya dengan pemuda yang seharian ini tak mengganggunya barang sedetik. Ya—siapa lagi kalau bukan Noah Alejandro?Pemuda itu turut menyadari kedatangannya. Bersama rekan sesama aktor yang lebih banyak ketimbang pagi tadi, Noah hanya meliriknya sekilas, kemudian menghambur ke da
Baca selengkapnya
32. Kegundahan di tengah Syuting
"Oke! Cut! Break sepuluh menit dulu ya!"Noah mendudukkan dirinya bersama Radu. Manajernya itu bertepuktangan heboh, lantaran akting yang dilakoni Noah sangatlah memuaskan. Tidak banyak kesalahan yang diperbuat pemuda itu, sehingga sang sutradara beserta para kru memuji keprofesionalan seorang Noah Alejandro."Yep! Nggak salah kalau kamu dikenal sebagai aktor yang namanya sedang melejit, Noah. Aku akui, kemampuan kamu dalam berakting bukan cuma omong kosong belaka." Ujar Radu.Pemuda yang baru saja memejamkan mata itu manggut-manggut. Belum genap sore hari, dia sudah kenyang akan sanjungan dari orang-orang yang tak ada habisnya. Kalau bisa, dia hendak merekam semua pujian yang ada untuk dipamerkan ke hadapan Tara. Wanita muda itu pernah mengatakan aktingnya masih seperti bocah kemarin sore, yang tidak ada apa-apanya dibandingkan Julian Wiratmaja."Eh," Noah lekas tersadar. Mengapa pula dia harus memikirkan janda muda yang satu itu? Menggelengkan kepala, Noah berniat untuk mencari air
Baca selengkapnya
33. Kencan, Jull?
Jauh di Korea Selatan sana, Tara baru saja berjalan-jalan bersama dua aktor yang membersamainya dalam kegiatan berharga hari ini. Tidak hanya bertiga, tentu saja ditemani oleh manajer dua aktor tersebut yang sibuk memotret satu sama lain.Puas membeli beberapa jajanan, mereka memutuskan untuk kembali ke hotel. Tara tengah bertukar pesan dengan dua sahabatnya yang sudah bingung meminta oleh-oleh. Seharian itu pula, senyum wanita muda itu enggan luntur barang sedetik.Julian melangkah di sampingnya, turut tersenyum. "Sepertinya kamu lagi senang sekali ya, Tara? Mau membeli makanan lagi nggak?""Eh? Enggah usah, Jull. Perut saya sudah kenyang sekali ini." Tara menepuk perutnya, yang saat ditilik memang lebih membucit ketimbang sebelumnya. "Wah! Sepertinya aku nggak sadar kalau habis makan sebanyak tiga piring penuh seharian ini."Julian terkekeh pelan, "Itu belum terlalu buncit kok! Mungkin kalau kamu berjalan lagi, lama-lama kempis sendiri.""Wah, memangnya perut saya balon, Jull?""Mun
Baca selengkapnya
34. Rumah Tara
Noah jadi sensitif seharian ini. Memang pemuda itu tampak hebat saat berakting. Hanya saja tanduknya akan muncul begitu sutradara memberi waktu untuk beristirahat meski lima menit saja. Radu senantiasa mengambil ancang-ancang, barangkali terdapat sesuatu yang dibutuhkan oleh pemuda itu. Masalahnya, dari sekian banyak gerutuan yang menyapa, Radu tidak tau hal semacam apa yang berhasil mengundang kekesalan Noah hingga meluap-luap seperti itu."Butuh camilan nggak, Noah?" tawar Radu, berhati-hati.Noah melirik Radu sekilas. Tersisa satu adegan akhir sebelum syuting hari ini selesai. "Ngapain? Bentar lagi kan pulang."Radu mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Untuk sementara ini, dia akan membiarkan aktor sableng yang satu itu menyelesaikan syuting. Setelah ini, pastinya Noah akan makin mengomel jika dia tak kunjung menentukan rumah makan yang akan disambangi.Sembari melihat Noah bekerja dengan baik bersama lawan mainnya, Radu mendapatkan pesan dari Cell.[ Tara aja seharian ini senyam-seny
Baca selengkapnya
35. Tengah Malam
Tepat tengah malam, Noah keluar dari kamar tamu. Pemuda itu harus berjinjit agar dapat melewati Radu yang tertidur di kasur lipat yang berada di bawahnya. Begitu keluar, Noah nyaris berteriak dikarenakan dia menangkap siluet seseorang yang duduk di meja makan.Noah mengembuskan napas perlahan, menenangkan diri lantaran menyadari siapa seseorang yang kini menoleh ke arahnya itu. "Nggak bisa tidur, Noah? Duh! Maaf ya, pasti kasurnya kurang nyaman."Itu si pemilik rumah tempatnya menginap untuk malam ini. Noah menggelengkan kepala, "Enggak kok! Kebetulan aku lagi haus.""Oh, yaudah itu ambil aja airnya!" Tara mempersilakan, sementara dirinya kembali terduduk, menatap layar ponselnya yang menjadi penerangan satu-satunya di tengah kegelapan malam. Dalam keheningan yang menguasai, tiba-tiba saja Tara mendengar satu ringisan dari Noah yang baru memasuki dapur."Noah? Kamu kenapa?" Panik, Tara menghampiri pemuda itu. Jangan sampai aktor yang sedang naik daun itu mengalami insiden yang bisa m
Baca selengkapnya
36. Sahabat tapi ....
Tok Tok Tok "Tara?!"Noah menggeliat ke sana-kemari. Seseorang yang mengetuk pintu agak brutal itu telah mengganggu tidurnya. Pemuda itu membuka mata secara perlahan, lantas menyadari bahwa dirinya sudah kembali berbaring di kasur yang berada di kamar tamu rumah Tara. Perlahan-lahan, pemuda itu bangkit.Di bawahnya, Radu setengah mengorok, masih tertidur pulas. Suara ketukan yang berasal dari depan rumah itu masih menggema dalam rungu. Menuju ke kamar mandi terlebih dahulu, Noah mencuci muka meskipun kaus yang dikenakannya jadi setengah basah.Selagi pikirannya belum utuh, Noah langsung menuju ruang tamu untuk membukakan pintu kepada seseorang yang sudah mengacaukan paginya itu. Entah mengapa, tiga orang lainnya juga belum ada yang bangun.Tok Tok Tok"Ta—"Pintu dibuka oleh Noah. Seseorang yang datang serta mencari Tara itu mengernyit, memindai penampilan Noah dari atas sampai bawah. "Siapa kamu? Kenapa kamu bisa ada di rumahnya Tara?""Lha kamu sendiri siapa? Kenapa mengganggu tid
Baca selengkapnya
37. Tak Mau Menyerah
Rendi dan Noah adalah musuh alami yang ditakdirkan untuk bertemu oleh semesta, hanya dengan pertemuan pertama mereka pagi ini. Setelah Rendi menyulut emosi Noah dengan panggilan kekanakan berupa bocil, keduanya nyaris mengacaukan dapur Tara bila tak cepat dipisahkan.Beruntung, lima menit kemudian keduanya sudah terdiam. Duduk berhadap-hadapan di meja makan dengan tatapan tajam yang tak ada lelah-lelahnya meradang. Radu berada di antara keduanya, menjadi penengah. Sedangkan, para wanita muda sibuk mempersiapkan sarapan di dapur."Mata kalian nggak capek, melotot seperti itu terus?" tanya Radu keheranan.Tak ada jawaban.Radu mendengus lelah. Mobil mereka yang berada di depan gapura perumahan pun baru ditilik oleh orang-orang bengkel. Radu sempat mendapatkan kabar dari sang sopir yang semalam memilih untuk tidur di mobil saja. Syuting masih akan dilaksanakan sekitar dua jam lagi. Tentunya bila Noah ingin pulang untuk mengambil pakaian baru setelah sarapan di sini, masih sempat dan tak
Baca selengkapnya
38. Semangat Membara
Syuting hari itu telah memasuki istirahat makan siang. Radu hanya mampu menggelengkan kepala. Semangat yang menguar dari diri aktor muda bernama Noah Alejandro itu meledak-ledak bagaikan rodeo. Radu sampai kewalahan untuk mengikuti Noah yang melangkah sembari melompat kecil seperti bocah berbahagia setelah mendapatkan sebungkus permen beraneka rasa."Noah! Jangan lari seperti anak kecil dong! Astaga, apakah ini efek dari semalam tidur di rumah Tara, hah?" Radu terengah-engah, lantas menghampiri Noah yang mendudukkan diri di bawah salah satu pohon rindang. Pemuda itu menyandarkan punggungnya pada batang pohon, lantas memejamkan mata sembari tersenyum senang."Hei, Noah!" Radu duduk di sebelahnya. "Gimana kalau nanti malam kita menginap di rumahnya Tara lagi? Mau?""Mau!"Plak!"Aduh! Kok digeplak lagi sih, Bang?!"Radu mencibir. "Ternyata memang itu yang bikin kamu semangat seharian ini, Noah. Tapi enggak ya—kita nggak mungkin menginap lagi di rumahnya Tara dan bikin kekacauan di sana.
Baca selengkapnya
39. Obrolan Malam
Syuting hari ini selesai hampir tengah malam. Walaupun lebih padat dari kemarin, entah mengapa Noah tak merasa lelah barang sedetik. Pemuda itu masih tetap mengumbar senyum meskipun tubuhnya membutuhkan istirahat. "Udah semua kan, Noah? Kalau begitu, sekarang kita pulang, Pak!" Titah Radu pada sang sopir. Begitu Radu duduk, Noah mencekal tangan pria muda itu, lalu melayangkan tatapan terheran-heran. Radu jadi bingung. "Kenapa, Noah? Ada masalah? Kamu mau ke suatu tempat?""Kita pulang ke mana? Pulang ke rumahnya Tara?" tanya Noah tanpa merasa berdosa.Radu menghadiahi geplakan lagi. "Tolong dong, Noah! Kamu pikir Tara lagi nggak istirahat di rumah? Jam segini, dia pasti udah tidur. Lagian buat apa kamu pulang ke rumahnya Tara? Memangnya kamu itu apanya Tara? Pacar aja enggak, apalagi suaminya Tara yang bisa pulang ke sana kapan aja. Kamu kan bukan siapa-siapanya, Noah. Iya kan?"Noah mencebik kesal. Dia tak bisa protes, sebab yang diutarakan Radu memang benar. Bahkan, sebenarnya dia
Baca selengkapnya
40. Jangan Kencan!
"Noah? Kalau mau ngelawak, tolong jangan sekarang, oke? Aku mau tidur."Tara mematikan sambungan telepon secepat kilat, sekaligus mematikan daya ponselnya. Sebab sebelum itu, terdapat panggilan masuk susulan dari pemuda tengik itu. Namun Tara memutuskan untuk memasuki kamar dan mencoba tidur. Berbaring memandang langit-langit kamar, isi kepalanya malah dipenuhi dengan pernyataan dadakan Noah yang memberikan sensasi baru pada hatinya. "Hahaha!" Tara menggelengkan kepala, tertawa hambar. "Enggak mungkin aku baper cuma karena omongannya si musang yang nggak ada serius-seriusnya itu kan? Hahaha~"Tara berusaha mengabaikan Noah dan segala keanehannya. Walaupun kali itu, dia tak mampu menyembunyikan degupan jantungnya yang sedang bermain trampolin di dalam sana. Degupan itu pula yang mengantarkan Tara menuju ke alam mimpi. Mendebarkan, namun memberi satu kenyamanan yang tak disadari barang sedetik.Pagi harinya, Tara telah nenaiki mobil dan bersiap pergi ke Hacer. Saat itu dia tak sengaja
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status