All Chapters of Godaan Jin Dasim: Chapter 21 - Chapter 30
91 Chapters
bab 20
“Ada apa, Roy? Kenapa kau menyuruhku datang kemari?”“Aku bantuanmu, Rin,”Gadis yang dipanggil Rini menyipitkan matanya.“Tumben,” sinisnya sambil menyesap minumannya sedikit demi sedikit.“Kau ‘tak memesan makanan? Tenang, biar aku yang bayar.”“Kau mau menyogokku? Kamu tahu sendiri aku tak suka uang haram!” Rini melotot pura-pura marah.Roy berdecih. “Tak suka uang haram, jika sedikit,”“Eh?”“Iya, sih”Keduanya tertawa dengan leluconnya sendiri.“Manusia, ‘kan memang begitu, tak mau yang haram jika sedikit, tetapi jika banyak, yang haram pun di buat halal.”“Ok, ok. Aku kalah, lalu? Apa yang bisa aku bantu?”Roy mencongkan wajahnya kedepan “Aku mau pinjam kunci salon Mbak Wirda sebentar” ucapnya berbisik.“Hah?!” Rini terkejut.“Pelankan suaramu! Apa aku harus memberikanmu pengeras suara, atau toa yang digunakan masjid sekalian? Biar semua orang dengar!”“Maaf, maaf. Tapi kau buat apa?”“Ada misi yang harus di selesaikan, dan misi ini sangat penting,”Rini juga mencondongkan tubuh
Read more
bab 21
“Di sini, tepat di bawah kakiku.”“Baiklah, aku akan menggalinya”“Tetapi kamu harus bebaskan temankku juga, dia samaa sepertiku, di tahan dalam pasak lalu dikubur di sebuah tempat.”“Wah .. setia kawan dia,” celetuk Rini tiba-tiba.Roy dan Arum menoleh ke arah Rini, Arum tersenyum sedangkan Roy menghela nafasnya berat, entah apa yang kini dia pikirkan tentang Rini.“Kami sudah tahu, kamu dan temanmu mengganggu dan selalu hadir kepada Arum, gadis yang memiliki kelebihan, dan dari dia kami tahu bahwa kau ditahan di sebuah benda.“Kami tidak mengganggunya! Kami menampakkan diri karena ingin meminta pertolongannya!” ucapnya tak terima.“Kalau minta tolong, jangan dengan wujud menyeramkan dong! Kalau kayak gitu siapa yang mau nolong? Bikin takut iya!” lagi, Rini kembali bersuara.Makhluk tersebut mengeram marah, tak terima dikatakan wujudnya mengerikan.“Sekali-kali, nampakin wujud dengan wajah Kim Taehyung, Suga, Jungkook, ataupun Jimin, kek.”Ustadz Hanif berdehem.“Baiklah, kita juga
Read more
bab 22
Setelah malam itu meruqyah tanpa sepengetahuan Ridwan dan menemukan dimana tempat benda itu ditanamkan, sekarang mereka bingung bagaimana mau mengambil tempat penyimpanan benda keramat itu sebelumnya, akhirnya ke esokan harinya mereka berkumpul untuk menyusun rencana menyelinap kerumah Ridwan dan akhirnya sang pembantu datang, lalu kejadiannya seperti scene awal yang telah kalian baca sebelumnya!Dan di sinilah merek sekarang, di depan resto yang sudah mau tutup, setelah menunggu karyawan bersih-bersih dahulu dan mereka pulang, akhirnya ustadz Hanif besrta Arum dan Rini langsung masuk menuju tempat kemarin malam yang mereka yakini tempat benda tersebut di kubur, iya, depan pintu tepat penyimpanan bahan-bahan makanan.Ustadz Hanif membaca dzikir seperti sebelumnya di salon Wirda, ketika mereka mencoba mengeluarkan jin tempat bersemayam pasak tersebut di sisi lain, Wirda dengan wajah angkuhnya melempar kertas tepat di depan wajah Ridwan yang hanya menatap kosong ke depan“Suami gila! Mu
Read more
bab 23
Naya melempar hasil pemeriksaan dirinya tepat di depan keluarga suaminya yang sedang berkunjung kerumahnya.“Baca! Hasil pemeriksaan mengatakan saya tidak mandul, dan saya subur! Hasil pemeriksaan tersebut akurat!” ucapnya sinis.Sebelumnya diluar tadi dia tak sengaja mendengar, Ibu mertua adik ipar dan kakak iparnya mengatakan dia mandul, Naya meradang dan langsung menerobos masuk untuk melempar hasil pemeriksaan tersebut kepada keluarga sang suami!Setelah mengucapkan hal tersebut dia langsung pergi meninggalkan keluarga sang suami.“Kamu dari mana? Pergi gak bilang-bilang, lihat! Ibu, Adik, sama Kakak aku ada di depan sana!”“Lalu urusannya dengaku apa? Aku baru pulang, capek! Aku habis tes kesuburan dan hasil pemeriksaan mengatakan aku subur! Mungkin Mas yang mandul!” ucapnya sinis.“Kurang ajar, ya kamu! Aku gak mungkin mandul! Kakak sama adik aku saja subur, aku pasti juga subur.”“Terserah! Yang penting aku sudah membuktikan kalau aku itu tidak mandul seperti yang keluarga kamu
Read more
bab 24
“Kalau suami ngomong itu dengerin. Paham!”“Enggak! Aku gak paham sama jalan pikir kamu dan juga keluargamu itu!”“Apa maksudmu?!”“Kamu pura-pura bodoh atau memang bodoh!”“Naya, jaga bicara kamu!”“Kamu yang harus jaga sikap kamu! Bisa-bisanya mengklaim properti milik orang lain.”Imron mulai paham apa yang di bicarakan sang istri.“Bukannya apa yang milik istri akan jadi milik suaminya juga? Toh itu berarti rumah ini milikku!”Naya berdecih, “Dasar tak tahu malu!”Naya beranjak dari duduknya dan pergi kembali ke dalam kamar, tak ia hiraukan nasi yang berserakan di lantai dan piring pecah berhamburan.‘Bukankah istrimu itu sudah bertindak kurang ajar? Dia sudah menyakiti hati Ibumu, dan sekarang malah berani meninggikan suara tepat di depanmu, lebih baik kamu bertindak lebih tegas, agar istrimu tak lagi bisa seenaknya, buktikan kalau kamu bisa memiliki keturunan, maka dari itu semua akan terbukti jika istrimu itu benar-benar mandul! Terima saja tawaran Ibumu! Jangan jadi anak durhak
Read more
bab 25
“Mbak Naya, Mbak! Is kemana orangnya ini, kenapa gak ada yang buka pintu?” gerutu Weni.Tetangga samping Rumah Naya keluar karena suara berisik dari Weni adik Imron tersebut.“Ada apa, Wen? Siang-siang sudah berisik gedor-gedor pintu rumah orang gak jelas!”Lita tetangga Naya yang tidak terlalu suka dengan keluarga Imron, bertanya dengan ketus.“Eh Mbak Lita, ini, nyari Mbak Naya. Tapi gak ada, pergi kemana ya, Mbak?”“Mana ku tahu!”“Is, padahal punya suami tapi keluyuran tak jelas.” Gerutunya.Lita yang mendengar itu menjadi kesal.“Abangmu yang sudah jelas-jelas memiliki istri kenapa nikah lagi? Tanpa sepengetahuan istri sah lagi!” sinisnya,Weni yang mendengar sindirin itu menjadi kikuk, dia tak pandai adu mulut, tetapi ikut-ikutan julid seperti Ibu dan Kakaknya.“Anu .. aku kesini di suruh Ibu buat ngasih kue-kue ini buat Kak Naya!”“Biar apa? Biar Naya tahu kalau disana melakukan hajatan?”Weni menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, bingung mau menjawab apa.“Lagian sesama wani
Read more
bab 26
Keluarga Imron kembali kerumah di desa sebelah dengan wajah kesal. Ira yang bermaksud memanas-manasi madunya juga sangat kesal dengan kejadin tadi, bahkan ketika Naya sudah berangkat kerja meninggalkan mereka semua, Lita tetangga Naya mengejeknya.“Ira, kamu wanita yang cantik, kok mau sih sama suami orang? Gak bisa dapat perjaka atau duda, ya? Kasian! Oh iya, minta nafkah, jangan mau hanya ditiduri saja tapi gak dikasih nafkah” ejeknya kala itu.Ira menghampiri suaminya dan mengadahkan tangan.“Mas, minta uang, aku mau beli sabun dan shampoo”Imron mendongak.“Mas belum punya uang, Dek. Adek ‘kan tahu sendiri, Mas masih besok yang di susruh kerja, pakek uang Adek dulu lah” ucapnya.Ira melengos dan menghentakkan kaki dengan kesal.Ira yang tengah mencuci baju di hampiri oleh suaminya—Imron, Imron meneguk salivanya saat melihat paha mulus Ira yang tersingkap, kelakiannya di bawah sana sudah berdiri, Tak menunggu lama Imron langsung memeluk sang istri dan menggerayanginya, Ira yang jug
Read more
bab 27
Setelah mendapat kespakatan, akhirnya Lita mau menerimama tawaran Naya yang menyuruhnya untuk berjualan hasil makanannya, sedangkan Naya yang akan mempromosikannya di tempat dia kerja, bukan hanya kue dan dessert, Lita juga ingin menjual mie gacoan dan juga ayam geprek jika ada orang yang memesannya.“Kenapa ‘tak sekalian kau buka kathering” goda Naya.“Idemu terlalu jauh,”“Kalau seumpama ada yang mesen kue box bagaimana?”“Kalau kue box berarti harus banyak ya?”“Ya enggaklah Lit, kan bisa di isi 3 sampai 4 kue di dalamnya,”“Malas kali lah aku!”“Kau ini!”“Hitung-hitung nambah pengalaman, kau besok kirimlah foto makanan yang dulu pernah kau buat, lalu nanti aku uploada di semua story sosmedku.”“Ku kirim sekarang aja,ya.”“Yaudah, sok monggo atuh”Lita meraih ponselnya dan langsung mengirimkan beberapa gambar makanan dan kue-kue yang pernah dia buat, untungnya dulu saat setelah membuat kue ataupun makan lainnya dia mengebadikannya lansung dalam bentuk foto. Ternyata foto-foto ters
Read more
bab 28
Naya mengetuk pintu rumah Lita, tak ada sahutan ia pun masuk ke dalam, lagi pula pintunya tak di kunci, tidak seperti rumahnya yang kerap kali dia kunci karena saudara Imron atau bahkan Ibunya sering nyolong masuk tanpa permisi.Naya duduk manis di sofa, sedangkan di atas meja sudah ada bunusan yang ia yakini pesana teman-teman kantornya, Naya sedikit gerah, tetapi dia sungkan menghidupkan AC di ruang tamu milik Lita tersebut.Memang, perumahan tersebut rata-rata dari kalangan orang menengah ke atas, apalagi Lita sang istri tentara militer, mobil di garasi ada dua tetapi dia lebih suka naik sepeda motor maticnya. Sedangkan Naya, jangankan mobil, sepeda motor pun taka da. Dulu, dia pernah memiliki sepeda motor sisa uang membeli rumah tersebut, tetapi di jual karena Imron tidak bekerja, sedangkan keperluan dapur sudah menipis.Setelah insiden penjualan motor, akhirnya Naya mengambil jahitan dari orang-orang yang membutuhkannya, lagi pula di perumahan yang kebanyakan dari orang-orang ber
Read more
bab 29
“Dek, minta uangmu dulu.”“Buat apa?”“Ira mau beli Skincare, tetapi gajiku sebagai kuli bangunan satu hari gak cukup” rengeknya.Lita yang kebetulan berada disana memandang Imron dengan jijik.“Laki-laki gak modal, gak tahu malu, gak tahu diri, bisa-bisanya dia mau minta uang untuk pelakor sama istri sah! Laki-laki seperti ini halal untuk di santet” makinya dalam hati.Dia gregetan, rasanya tangannya gatal ingin menyiksa suami tetangganya ini.“Aku gak pegang uang!” balas Naya.“Jangan bohong lah, kamu kan kerja”“Eh, aku kerja gak ada seminggu, sudah kau pinta saja gajiku, ‘tak sadar kau Mas? Sudah cukup kau dulu kutampung, sudah cukup dulu kau jarang menafkahiku! Sekarang jangan jadi benalu!” teriaknya kalap.Lita sampai terkejut mendengar dan melihat Naya yang berteiak melampiaskan kekesalannya. Bagaimana tidak kesal, baru saja pulang dan belum selesai rasa penatnya bekerja seharian yang satu hari ini memakan banyak energinya, sudah di minta uang, untuk madunya lagi.“Aku ini mas
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status