All Chapters of Misteri Rumah Nomor 13: Chapter 31 - Chapter 40
40 Chapters
bab 31
Sementara itu, di tempat lain, Andin dan Rusdi sedang menyusuri ruangan lain di rumah kosong yang sudah ditinggalkan selama berpuluh-puluh tahun silam.Andin dan Rusdi merasakan atmosfer mencekam begitu mereka melangkah lebih dalam ke dalam rumah kosong yang terabaikan. Cahaya redup masuk melalui jendela-jendela berdebu, mengungkapkan goresan-goresan waktu di dinding yang retak.Mereka merasa kebingungan di antara tumpukan barang yang terabaikan, seolah-olah waktu telah berhenti di sini. Tiba-tiba, mereka mendengar suara gemuruh dari lantai atas, seakan ada langkah-langkah yang melintasi lorong gelap.Andin berbisik pada Rusdi, "Kita tidak sendirian di sini, Rusdi. Apakah kamu mendengar itu?"Rusdi mengangguk, jantung mereka berdetak kencang. Mereka memutuskan untuk naik ke lantai atas, meskipun rasa takut yang mendalam menyelimuti mereka. Saat mereka mendekati tangga, lampu-lampu berubah menjadi cahaya merah samar, menciptakan bayangan yang menyeramkan di sekitar mereka.Saat mereka
Read more
bab 32
Tiba-tiba, suasana berubah. Cahaya merah yang mengepung mereka memudar, dan bayangan itu lenyap. Mereka merasa beban mencekam hilang dari ruangan, dan mereka bisa keluar dengan aman. Namun, mereka tahu bahwa rumah itu menyimpan rahasia yang lebih dalam dan menakutkan dari yang mereka bayangkan.Andin dan Rusdi keluar dari kamar dengan perasaan lega, tetapi rasa ingin tahu mereka menggelitik. Mereka berdua duduk di ruang tengah yang kuno, ditemani oleh cahaya temaram dari lilin yang mereka nyalakan.Rusdi bertanya dengan hati-hati, "Andin, apa yang sebenarnya terjadi di rumah ini? Mengapa kita merasa ada kekuatan gelap di sini?"Andin merenung sejenak sebelum menjawab, "Mungkin ini adalah rumah yang menyimpan kenangan yang tak pernah terselesaikan. Mungkin ada seseorang atau sesuatu yang masih terikat di sini."Mereka berdua merasa seperti ada yang memanggil mereka. Tiba-tiba, sebuah suara bisikan pelan terdengar di udara, "Kembalilah, kembalilah ke rumah ini..."Rusdi menelan ludah, "
Read more
bab 33
Dengan perasaan campuran antara harapan dan kekhawatiran, Andin berkata, "Rusdi, kita harus mencari Permata Kelam ini. Mungkin itulah kunci untuk menghentikan kekuatan jahat ini."Rusdi setuju, "Tapi kita harus berhati-hati. Kita tidak tahu apa yang akan kita temui dalam pencarian ini. Kami mungkin harus bersiap untuk menghadapi bahaya yang lebih besar."Mereka memutuskan untuk mengakhiri sesi penelitian mereka dan bersiap-siap untuk pencarian Permata Kelam. Dengan harapan dan keberanian, mereka merasa semakin dekat dengan mengungkap semua misteri dan mengatasi kekuatan jahat yang mengancam mereka dan rumah ini.Andin dan Rusdi memasuki ruang bawah tanah yang gelap dan penuh misteri di rumah kuno itu. Mereka membawa senter sambil mencari petunjuk untuk menemukan Permata Kelam yang konon tersembunyi di dalamnya. Suasana yang terasa semakin mencekam membuat detak jantung mereka semakin kencang."Kita harus tetap hati-hati dan selalu waspada, Ndin. Jangan terbuai dengan apapun yang kita
Read more
bab 34
"Rus, ini semakin aneh. Apakah kamu merasa bahwa kita berada di jalur yang benar?" tanya Andin dengan ketidakpastian.Rusdi mengangguk, "Iya, Andin. Ada sesuatu di sini yang memandu kita, tapi kita harus tetap waspada."Mereka melanjutkan langkah mereka, semakin dalam ke dalam ruang bawah tanah yang gelap. Cahaya senter Rusdi mengungkapkan lebih banyak misteri di sekitar mereka, seperti simbol-simbol aneh di dinding dan lorong-lorong yang tampaknya tak berujung.Ketika mereka berjalan, tiba-tiba suara gemuruh terdengar dari kejauhan. Rasanya seperti bumi berguncang. Andin dan Rusdi saling memandang, jantung mereka berdebar kencang."Apakah itu gempa, Rus?" tanya Andin dengan nada khawatir.Rusdi merasa udara semakin panas, "Aku tidak yakin, Andin, tapi kita harus mencari tahu. Ini bisa jadi kunci dari semua misteri ini."Mereka terus berjalan menuju asal suara gemuruh tersebut, dengan harapan bahwa mereka akan menemukan jawaban atas semua pertanyaan yang menghantui mereka. Akan tetapi,
Read more
bab 35
Andin berusaha keras memisahkan diri dari Rusdi tetapi semuanya sia-sia belaka, sebab bukannya terlepas, mereka berdua malahan semakin menempel satu sama lain, milik Rusdi seakan terhisap begitu kuat oleh inti tubuh Andin. Mereka berdua bergerak ke sana-ke mari berusaha melepaskan inti tubuh masing-masing, tetapi hisapan itu semakin kuat seolah tidak ingin melepaskan milik Rusdi. Kedua manusia berbeda jenis kelamin itu terus bergerak liar maju mundur, ke atas dan ke bawah berharap bisa terlepas. Erangan, desahan, dan desisan bercampur baur menjadi satu dengan keringat yang mengalir di tubuh mereka berdua. Keinginan untuk melepaskan diri, timbul tenggelam oleh kenikmatan haram yang mereka reguk bersama-sama. "Ugh, gila, Ndin. Kenapa ini rasanya enak sekali, meskipun agak sedikit sakit tapi rasa nikmatnya sungguh luar biasa," ucap Rusdi dengan napas tersengal oleh kenikmatan duniawi. "Huh, iya, Rus. Enaknya sungguh tak terperikan," jawab Andin. "Gerakan pinggulmu sedikit lebih cepa
Read more
bab 36
Alma, Aldi, dan Baim terus menyusuri ruang bawah tanah rumah mewah itu, mencari tahu keberadaan Andin dan Rusdi. Di tengah gelapnya lorong, suara aneh bergema di sekitar mereka, dan udara terasa semakin dingin. Mereka merasa bahwa sesuatu yang jahat mengintai di sana.Terdengar suara langkah mereka bergema di koridor gelap ruang bawah tanah. Lampu redup bergetar, menciptakan bayangan yang menakutkan di dinding. Alma, Aldi, dan Baim terus berjalan, hati-hati memeriksa setiap sudut ruang.Saat mereka mendekati pintu yang terbungkus oleh aura misterius, Baim merasa bulu kuduknya merinding. "Apa yang kita cari di sini?" tanyanya, suaranya gemetar.Aldi yang mencoba menjaga ketenangan menjawab, "seperti rencana awal, kita mencari di mana Andin dan Rusdi. Kita sudah terlalu lama terpisah dari mereka berdua, semoga saja tidak terjadi apa-apa pada mereka berdua."Mereka meraih gagang pintu dengan perasaan waspada. Saat pintu terbuka, mereka dihadapkan pada pemandangan yang mengejutkan. Di dal
Read more
bab 37
Alma dan Aldi spontan memelototkan mata mereka ke arah BaIm yang masih tertawa konyol. Tatapan tajam kedua sahabatnya, rupanya mampu membuat tawa Baim hilang dari bibirnya. Pemuda yang terkadang gemar bergaya seperti wanita itu kontan menunduk dan meminta maaf karena kekonyolan yang sudah baru saja dia lakukan. "Sekarang bukan waktunya bercanda, Im. Kami tau kamu pasti merasa tertekan dengan semua tekanan ini. Kami pun sama sepertimu tapi tolong jangan pernah menganggap remeh dunia tak kasat mata jika kau ingin selamat," tandas Alma. "Maafkan aku, Al. Aku hanya ingin kita bertiga tidak terlalu tertekan dengan semua ini, apalagi jika nantinya kita menjumpai Andin dan Rusdi dalam keadaan tidak seperti yang kita inginkan," ucap Baim lirih. "Maafkan aku, ya.""Huft, ya. Maafkan kami juga, Im. Sekarang lebih baik kita kembali fokus mencari Andin dan Rusdi, semoga saja mereka berdua dalam keadaan selamat."Baim dan Aldi mengangguk setuju, sebelum masuk ke dalam ruang bawah tanah lebih j
Read more
bab 38
Aldi yang berada paling depan otomatis bergerak mundur dengan perlahan, diikuti oleh Alma dan Baim yang sempat terhipnotis dengan sosok bayangan hitam tersebut"Al, kita balik aja, yuk. Aku takut," bisik Baim pada Alma yang berada di depannya. "Ssstt, aku juga takut, Im. Tapi, kita tidak bisa balik lagi, kalau kita balik bagaimana nasib Andin dan Rusdi," kata Alma yang juga berbisik. Baim menghela napasnya dalam, di dalam hatinya membenarkan apa yang dikatakan oleh sahabat karibnya itu. "Ya, sudah kalau begitu. Ayo, kita lanjutkan lagi," sambung Baim masih dengan berbisik. "Sabar, kita tunggu dulu sampai bayangan itu menghilang, baru kita bergerak lagi." Kali ini Aldi ikut menimpali. Alma dan Baim menganggu, mereka kembali bergeser mundur dengan sangat perlahan hingga akhirnya makhluk tak kasat mata yang mengerikan itu menghilang dari pandangan.Setelah memastikan makhluk astral itu benar-benar tidak ada lagi, barulah mereka bergerak maju kembali dengan langkah tak kalah pelan de
Read more
bab 39
"Astaga, Al! Lihat ini, kalian harus melihat ini sekarang! Kalian tidak akan mempercayainya!" Baim berteriak memanggil Alma dan Aldi, sementara Rusdi terkulai lemas di atas jasad Andin dengan darah yang terus mengucur keluar dari luka menganga di lehernyaAlma dan Aldi yang sempat saling pandang satu sama lain langsung mendatangi Baim yang masih heboh menunjuk ke sebuah arah, lebih tepatnya ke bawah tubuh kedua teman mereka tersebut. Kedua remaja tujuh belas tahun itu tersentak kaget, Andin bahkan berteriak lalu menangis saat dirinya melihat apa yang terpampang di depan matanya. "Astaga, Rusdi! Kenapa kamu dan Andin bisa melakukan hal semenjijikan ini di sini, bahkan kalian berdua menjadi gancet dan tidak bisa dipisahkan lagi." Aldi mengusap wajahnya kasar sambil mengentakkan kaki kanannya geram. "Terus bagaimana ini, Al? Apa yang harus kita lakukan untuk memisahkan mereka berdua?" tanya Baim pada Alma yang masih terlihat syok dengan apa yang sudah dilakukan kedua sahabat mereka.
Read more
bab 40
Melihat hal itu, Baim tidak dapat lagi menahan rasa mual yang dia rasakan. Di detik berikutnya, Baim memuntahkan semua isi perutnya yang sudah tidak terlalu banyak. Setelah berhasil menguras habis semuanya, dengan tenaga yang hanya tersisa sedikit, pemuda itu mengajak Alma dan Aldi keluar dari tempat itu. "Tunggu, apa itu? Kalian berdua keluar saja terlebih dahulu, aku menyusul. " Aldi yang melihat beberapa buah gulungan di bawah tumpukan pakaian Andin dan Rusdi pun bergegas mengambilnya dan membawanya keluar menyusul adik dan sahabatnya sambil menatap nanar ke arah mayat kedua sahabatnya yang begitu mengerikan. Setelah Aldi dan dua temannya bergegas keluar dari rumah nomor tiga belas, mereka merasa gemetar dan cemas. Aldi memegang gulungan-gulungan tersebut, dan begitu mereka berada di luar, dia membukanya. Gulungan-gulungan itu berisi sejumlah dokumen dan catatan rahasia. Dalam catatan-catatan itu, terkuaklah rahasia besar yang selama ini tersembunyi di dalam rumah tersebut.Merek
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status