All Chapters of Suamiku Pewaris Kaya Raya: Chapter 31 - Chapter 40
230 Chapters
Bab 31 - Pada Kebingungan
"Silahkan salah satu dari kalian bisa menuju ke bagian administrasi sekarang untuk membayar biaya rawat inap Tuan Hermanto selama Tuan Hermanto dirawat di sini." Kata dokter itu sembari menyunggingkan senyum. Mendengar itu, semua orang mengernyitkan dahi, seketika saling pandang satu sama lain. Bertanya-tanya. Kenapa sang dokter tiba-tiba datang dan menyuruh mereka untuk melakukan hal demikian? Padahal ... mereka belum berniat membawa Hermanto pulang.Mereka merasa jadi seperti ... diusir! Selagi semua orang tengah kebingungan, dokter itu lanjut berkata sembari menunjuk beberapa petugas rumah sakit yang berada di belakangnya. "Dan ... mereka-mereka yang bersama saya ini adalah petugas dari rumah sakit Siola yang akan menjemput Tuan Hermanto untuk melakukan operasi di sana." Pandangan dokter itu lalu pindah menatap Hermanto seraya tersenyum. "Semoga operasinya berjalan dengan lancar di sana ya, Tuan Hermanto dan sudah tidak diragukan lagi, tingkat keberhasilan dan kesembuhan di rum
Read more
Bab 32 - Aditama Yang Membayarnya?
Akan tetapi, ekspresi wajah Bastian tiba-tiba berubah sendu dan kemudian keningnya berkerut. Ia menjadi bertanya-tanya.Bagimana Aditama melakukan hal tersebut?Padahal, dia hanya pergi sebentar saja tadi. Bastian sendiri juga tidak tahu ke mana perginya dan apa yang dilakukannya. Jadi, mana mungkin jika dia pergi ke rumah sakit Siola. Kalau pun Aditama menghubungi pihak rumah sakit Siola lewat panggilan telefon ... hal tersebut sangat lah mustahil! Lagi pula, mana mungkin pihak rumah sakit akan mempercayainya?Bastian mendecakan lidahnya, berpikir dengan keras. Lalu, siapa yang mungkin melakukan hal itu dari salah satu anggota keluarga Hermanto?Mendadak, kepala Bastian terasa begitu berat tatkala memikirkan hal itu. Pasalnya, kedatangan petugas dari rumah sakit Siola itu, berselang tidak lama setelah Aditama menyinggung hal tersebut. Jadi, sungguh aneh, bukan? Apakah ... hal tersebut hanya sebuah kebetulan saja? Pikir Bastian lagi. Bastian buru-buru menggeleng, mendongak dan
Read more
Bab 33 - Aditama Tidak Bicara Omong Kosong!
"Iya ... bukan Aditama 'kan?!" Sambung Stephanie yang ikutan berjalan mendekat. "Apa kata pihak rumah sakit ini, Pa?" Bella ikutan bertanya dengan alis tertaut. Dia kemudian menambahkan. "Tapi, siapa kira-kira anggota keluarga kita yang telah membayarnya kalau bukan Aditama? Kita semua kan tahu ... jika kita semua ada di rumah sakit tempat Kakek dirawat sebelumnya ... dan kalau pun ada salah satu diantara kita yang telah membayarnya ... pasti akan memberitahukannya, tidak mungkin akan diam-diam an seperti ini, 'kan?!" Mendengar hal tersebut, semua orang langsung menatap Bella, mencerna perkataan Bella dalam sepersekian detik. Lalu, mereka menganggukan kepala setuju. Benar apa yang dikatakan Bella! Sementara Vania tampak sedang mengigit bibirnya kuat-kuat, tak ikut berkomentar, memilih menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Mendapati sang istri bersikap demikian, Aditama segera menarik tubuhnya ke dalam dekapannya, bermaksud ingin menenangkan.Vania tidak protes dengan apa
Read more
Bab 34 - Mendatangkan Direktur Rumah Sakit
"Pak Fernando ... direktur rumah sakit ini," ucap Aditama dengan senyum penuh kemenangan.Secara spontan, Aditama menyebutkan nama tersebut kala tiba-tiba terlintas di benaknya.Mendengar itu, seketika Bastian melebarkan matanya, mencerna nama yang baru saja disebutkan oleh Aditama itu dalam sepersekian detik, diikuti tatapan keterkejutan dari anggota keluarga Hermanto yang lain setelahnya. Semua orang pun menjadi tak habis pikir dengan Aditama yang masih saja berkhayal tinggi. "Tama! Hentikan omong kosongmu itu!" "Cukup ya berhalusinasinya!" "Kuli bangunan sepertimu itu mana mungkin mempunyai kenalan orang-orang penting ... apalagi direktur rumah sakit elit seperti Siola Hospital yang baru saja kau katakan itu!""Mau aku datangkan Pak Fernando saja ke ruangan ini? Supaya kalian semua percaya?" Sambar Aditama tegas yang membuat semua orang terdiam dan seketika menatap Aditama tajam. Begitu pula dengan Vania. Selagi semua orang tengah melayangkan tatapan mematikan ke arahnya, Ad
Read more
Bab 35 - Kembali Mengejutkan
Fernando masih bergeming di hadapan semua orang yang ada di situ tanpa mempedulikan keterkejutan di wajah-wajah para anggota keluarga Hermanto untuk beberapa saat. Lalu, ia menyisir wajah orang-orang yang ada di sana lebih dulu sebelum kemudian pandangannya jatuh pada sosok Aditama.Namun, seketika pria itu terbeliak, menatap Aditama untuk beberapa saat seraya menelan ludah.'Tuan Muda Gandara ...' Pikir Fernando. Mendapati Fernando bersikap demikian, Aditama pun menyunggingkan senyum kecil, ia paham kenapa direktur rumah sakit itu begitu kaget saat melihat dirinya.Namun, ia buru-buru memberikan kode kepadanya. Sama seperti kejadian sebelumnya, jangan sampai Fernando keceplosan membocorkan identitas dirinya yang sebenarnya kepada anggota keluarga Hermanto. Menangkap kode yang diberikan Aditama, Fernando pun buru-buru menguasai diri. Di saat itu, ia juga langsung teringat dengan pesan Panji yang menuyuruhnya untuk bersikap selayaknya seorang teman terhadap Aditama."P-ak Fernando
Read more
Bab 36 - Keluarga Hermanto Tersudut
Fernando begitu terkejut melihat orang-orang menghina Aditama. Bagimana bisa orang-orang ini begitu berani melakukannya?! Tidakkah mereka tau siapa orang yang mereka hina itu?! Dengan mengepalkan tangan, Fernando langsung mendekat dan menatap tajam orang-orang itu satu persatu sebelum kemudian pandangannya jatuh pada Bastian. Lalu, Fernando berdiri di hadapan Bastian dengan tatapan mematikan. "Memangnya kenapa kalau Aditama bekerja sebagai kuli bangunan?!" ucap Fernando seraya mengangkat alisnya tinggi-tinggi. "Saya tak peduli dengan hal itu dan tidak mempermasalahkanya juga." kata Fernando lagi sambil menggeleng dengan rahang mengeras yang membuat Bastian seketika terdiam. Fernando lalu kembali menatap semua orang yang ada di situ satu persatu, lalu berkata, "Aditama adalah anak dari teman saya ... Ayah Aditama adalah teman saya ... jadi saya tidak suka jika ada orang yang berani menghina Aditama! Itu sama saja dengan kalian menghina Ayahnya Aditama! Mengerti?!" Fernando berser
Read more
Bab 37 - Sudah Tidak Akan Disalahkan Lagi
Aditama dan Vania tampak sedang berjalan di lorong rumah sakit Siola hendak pulang. Keduanya memutuskan pulang karena semuanya telah beres.Beberapa anggota keluarga Hermanto yang lain masih berada di kamar inap Kakek Hermanto untuk menemaninya. Namun, ada pula yang pulang duluan. Mereka akan bergantian menunggui Kakek Hermanto selama dirawat di rumah sakit. Rencananya, Aditama dan Vania pun juga akan ikutan menemani Kakek. Vania baru bisa menghela napas lega karena setidaknya sang Kakek telah mengijinkan dirinya menjenguknya dan ia juga merasa senang karena pada akhirnya penyakit jantung sang Kakek akan segera dioperasi. Akan tetapi, kepala Vania masih terasa penuh oleh banyak pertanyaan dengan kejadian tadi. Ia masih belum bisa mencerna semuanya. Terlebih sang suami yang selalu saja mengejutkan dan sekarang telah banyak berubah. Di sisi lain, Vania merasa tersentuh dengan apa yang dilakukan oleh sang suami terhadapnya. Sedangkan Aditama merasa begitu puas kala melihat anggo
Read more
Bab 38 - Mencoba Percaya
"Karena aku akan melamar kerja di tempat lain yang lebih baik dan gajinya juga lebih besar, Van." ucap Aditama memotong kalimat Vania yang membuat Vania seketika terdiam. Mendengar itu, Vania memicingkan matanya. "Kamu mau bekerja di mana, Tam? Kerja apa?" tanya Vania dengan alis tertaut. Rahang Aditama mengeras, lalu berkata. "Ada, Van. Tapi aku belum bisa cerita sekarang. Tapi aku janji, begitu semuanya telah selesai kuurus, aku akan langsung cerita kepadamu. Jadi, aku minta kepadamu untuk bersabar menunggu ya." Dia kemudian menambahkan. "Dan jangan mencemaskan apa pun ... yakin lah ... semua akan baik-baik saja, Van ... percaya padaku."Vania bergeming di tempat sambil masih menatap sang suami dengan lekat, tengah mencerna perkataannya. Akhirnya, setelah terdiam sesaat seraya menghembuskan napas berat, Vania mengangguk pelan dan berkata. "Baik lah. Aku akan menunggu dengan sabar dan akan mencoba percaya padamu, Tam."Mendengar ucapan Vania tak elak membuat Aditama tersenyum. "T
Read more
Bab 39 - Menghajar Evan
Evan langsung mencengkram kerah baju Aditama sambil mendelik. "Jelaskan kepadaku ... kenapa kau bisa membuatku dan Boss Chris dipecat?!" Evan berseru marah.Mendengar hal itu, mata Aditama melebar. Begitu juga dengan Vania. Detik berikutnya, terbit senyum di bibir Aditama. Sementara Vania langsung menatap Aditama dengan tatapan tidak percaya, refleks membekap mulutnya, mencerna apa yang baru saja Evan katakan dalam waktu sepersekian detik. Apa!? Vania pun tercengang. Bahkan, suaminya kali ini bisa membuat seorang mandor dan atasanya dipecat?Bagimana mungkin!? Selagi Vania tercengang, Aditama angkat bicara. "Benar kah ... kalian berdua ... dipecat?!" Aditama mengulangi perkataan Evan. Memastikan ia tidak salah dengar. Aditama juga berpura-pura terkejut mendengar hal itu. Padahal, memang dirinya lah yang membuat mereka berdua dipecat. Evan pun mendengus dingin. "Tidak usah berlagak tidak tau kau, Aditama!" ucapnya dengan gigi gemeretak, suaranya meninggi dan wajahnya mengeras,
Read more
Bab 40 - Aditama Diserang Oleh Rombongan Pemotor Yang Tak Dikenal
Aditama mengerutkan kening mendapati Vania terana."Van ... " panggil Aditama. Namun, panggilan itu tak menyadarkan Vania dari lamunannya. "Vania ... ayo kita masuk ke dalam." kata Aditama lagi yang membuat Vania baru tersadar pada akhirnya, gelagapan untuk sesaat sebelum kemudian langsung menatap Aditama. Lalu, Vania mendekat, berdiri tepat di hadapan Aditama, memegangi pipi sang suami seraya menatapnya lekat. Dia kemudian berkata. "Kamu ... beneran Aditama 'kan?" tanya Vania dengan hati-hati. Seperti hendak memastikan bahwa sosok pria yang sedang berdiri dihadapanya itu adalah benar-benar suaminya. Mendengar itu, Aditama menautkan alis. "Memangnya kenapa?" Aditama balik tanya. Dia kemudian menambahkan. "Aku Aditama ... suami kamu, Van." Vania terpana lagi. "Benar kah?" ucapnya dengan terbata. Aditama tak elak geleng-geleng kepala mendengar itu sembari tersenyum. "Aku beneran Aditama, Van." Dia kemudian menambahkan. "Memangnya kenapa sih?""Dulu, kamu tidak akan seberani ini,
Read more
PREV
123456
...
23
DMCA.com Protection Status