All Chapters of BAJU ADIKKU DI RANJANG ISTRIKU: Chapter 41 - Chapter 50
87 Chapters
BAB 41
Marni menghampiri bungsunya yang tengah bercengkrama hangat bersama istri sembari tersenyum, sesekali diselingi tawa kecil. Mereka berhenti mengobrol melihatnya datang. "Ibu?" "Satria ... sepertinya Ibu harus pulang." "Kenapa? Ibu baru datang sore tadi." Satria tampak kecewa mendengarnya. Bukannya tidur ibunya malah ingin pulang, padahal belum sehari menginap.Marni mendekat duduk di hadapannya. "Ibu mau lihat Haris. Ibu mau memastikan keadaannya, setelah tadi ... kamu tahu sendiri." Satria terdiam menghela napas pendek. Rupanya ibunya menghawatirkan sang kakak. Marni tidak tenang sejak peristiwa itu. "Ibu tidak tahu apa yang terjadi setelah tadi dia dan Tisa ribut di sini. Dan Ibu juga tidak tahu apakah Tisa kembali ke sana. Bagaimana Haris memperlakukannya. Bagaimana dengan bayi mereka?"Mereka sama-sama terdiam teringat akan dampaknya. "Bagaimana kalau terjadi sesuatu lagi? Dari itu Ibu mau melihatnya dulu. Bukan hal mudah yang menimpa Haris." Satria pun mulai terpikirkan ap
Read more
BAB 42
"Maafkan aku, Ayra ... sudah jahat sama kamu." Haris meneteskan air mata. Memohon maaf setulus-tulusnya. Dia terus dihantui rasa bersalah terhadapnya. "Aku udah maafin kamu, Mas. Semoga kamu cepat sembuh." Haris menangis sesenggukan mendengar itu, dengan rasa sesal kian dalam, telah menyia-nyiakan perempuan sebaik dirinya. Ayra tidak menaruh dendam. Saat ini semua hal menyakitkan itu mencoba diiklaskan. Haris sudah menyadari kesalahan tersebut dan tampak tersiksa telah mendapatkan balasannya. Ayra menatap iba. "Terimakasih, Ayra." Semakin erat tangannya dia genggam. Haris tidak mau melepaskan. Marni terharu juga dilema, ingin menghentikan sikap Haris telah menyentuh lama Ayra yang sudah bukan siapa-siapanya, tapi juga takut keadaannya drop. Pun dengan Ayra, mematung merasakan hal sama. Haris sangat memprihatinkan dan terus menangis. Yang ada dia ikut sedih melihatnya seperti ini. Marni melirik bungsunya lagi yang membelakangi, tak sanggup melihat kedekatan mereka. Tidak rela tapi
Read more
BAB 43
"Terimakasih, Sayang. Aku jadi senang," ucap Satria setelah kegiatan memadu kasih selesai. Kepala Ayra berbantal lengannya. Mereka sama-sama berbaring berselimut lembut menutupi tubuh telanj-ang. "Sebelumnya kamu marahkan, Mas? Tidak senang karena aku di rumah sakit nemenin Mas Haris. Apalagi kejadian pagi tadi, aku tau itu menyakitimu, Mas.""Iya, aku cemburu dan kesal. Rasanya ingin memaki Mas Haris yang lebay. Tapi aku pikir, dia memang sedang tidak stabil. Aku berusaha memakluminya dan berusaha meyakinkan diri semua akan baik-baik saja, walau sebenarnya cemas. Takut kamu berpaling." Dia takut Haris nekat dan berbuat apa saja untuk mengambil Ayra dari sampingnya. Lelaki itu keras kepala dan ambisius terhadap sesuatu. "Mas Haris hanya masa lalu aku. Kamu tidak usah hawatir." Ayra mengusap lembut pipinya. Menenangkan dan meyakinkan. Dia sudah jatuh pada pesona Satria yang baik hati dan luluh atas perjuangannya selama ini. "Kamu harus janji tidak akan ninggalin aku, Ayra." "Aku ti
Read more
BAB 44
"Gak usah kaget, Mas. Tiga milliar itu belum seberapa dengan pengorbananku!" Lagi, Tisa hanya tertuju pada mantan suaminya yang mematung shock."Aku hamil sembilan bulan, aku mual muntah setiap hari dan pusing. Badanku berat, juga sakit. Aku sudah bertaruh nyawa untuk bayi itu, sampai perutku disayat lebar. Tiga milliar hanya angka kecil. Kamu harus membayarnya, Mas!" "Gila, kamu!" Dua kata itu pun terucap dari bibir Haris. Karena tidak tahan mendengarnya. Semua yang telah dia lalui diperhitungkan dan menuntut ganti rugi. Tisa malah tertawa. "Kamu mau anak 'kan? Aku udah kasih. Tapi kamu malah membuang Ibunya. Aku tidak terima kamu mengambilnya begitu saja. Jangan kamu sia-siakan pengorbananku, Mas!" Haris jadi pusing dia terus mendesak seperti itu. Tapi badannya juga masih lemas untuk sekedar memarahi tidak berdaya rasanya. "Kamu harus menyanggupinya. Aku juga akan menuntutmu di pengadilan agama!" Haris bungkam. "Jawab, Mas, jangan diam saja." Tisa jengkel. Memperhatikan lelak
Read more
BAB 45
Haris tenang sudah ada di rumah. Bisa bersama putra kecilnya lagi. Bebas menyentuh dan dekat-dekat seperti ini. Dia terus memperhatikannya yang anteng, matanya tampak berbinar melihat kesana-kemari, tubuhnya kadang tidak diam ingin tengkurap. Haris membenarkan posisinya yang miring menjadi telentang lagi. Dan memberikan mainan. Terus menatapnya dalam diam. Sayang sekali bayi tampan itu tidak punya mama. Tisa sama sekali tidak menanyakan, sekalinya datang meminta uang sebagai ganti rugi dia di sini. Perempuan itu hendak menjual anaknya pada ayahnya sendiri. Sungguh, ironi.Bayi itu menggeliat karena kesal, Haris pun mengangkat hati-hati menggendongnya turun dari ranjang. Menimang-nimang. Tiba-tiba ingat Ayra, jika perempuan itu masih di sisinya dan ini adalah anaknya tentu hidupnya akan bahagia dan terasa sempurna. Tapi dia hanya mempunyai salah satunya. Memiliki bayi ini dari rahim perempuan lain, sementara Ayra menghilang dari hidupnya. Haris menggeleng nelangsa, tidak boleh sepert
Read more
BAB 46
Sepulang check-up dari rumah sakit, Ayra terus terdiam melamun dalam kamar. Memikirkan apa yang disampaikan dokter. Tentang opsi program hamil bayi tabung. Kata dokter inilah alternatif terbaik untuknya. Kecil kemungkinan terjadi pembuahan alami di rahim setelah dua saluran tuba fallopi non paten. Kenyataan menyakitkan saat tahu organ reproduksinya mengalami gangguan. Dan harus melalui serangkaian tindakkan medis. Satria membuka pintu melihatnya seperti itu, menghampiri duduk di hadapannya. "Kamu nyesel, Mas, nikahin aku? Setelah tahu aku tidak subur?" Dia menjadi rendah diri. Satria meraihnya dalam pelukan. Mengusap-usap lembut kepala dan mengecup satu kali. "Sayang ... dengar, aku tidak menyesal sedikitpun. Tidak usah hawatir, kita masih bisa memiliki keturunan. Kamu tetap bisa hamil.""Program bayi tabung mahal, Mas." Dan memakan banyak waktu bolak-balik cek up ke rumah sakit."No problem. Demi kamu, demi kita, apapun akan aku lakukan." "Aku juga harus menjalani tindakkan medi
Read more
BAB 47
"Apa? Ayra hamil?" Haris terkejut mendengar kabar yang disampaikan ibunya. "Iya, jalan satu bulan usia kandungannya. Program bayi tabung mereka berhasil." Lelaki itu terdiam. Andai dia benar-benar mau berusaha lebih, seperti yang dilakukan Satria, tidak sayang mengeluarkan uang sampai ratusan juta, dia mungkin sudah memiliki anak bersama Ayra. Nyatanya, cintanya tidak sekuat Satria untuk perempuan itu. Dia malah mencari alternatif lain ketimbang mengurus benar-benar istrinya yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya. Malah mencari wanita lain. Lebih menuruti nafsu syahwat demi tubuh yang baru. Lalu berdalih untuk dapat anak. Yang kenyataannya malah membuat hidupnya sulit dan sama saja menggelontorkan uang tidak sedikit. Lalu berakhir hidup sendiri. Menjadi seorang duda. Dulu menjandakan Ayra demi perempuan yang tidak baik. Sekarang dia merasakan bagaimana itu kehilangan dan kesendirian. "Syukurlah, akhirnya dia bisa punya anak. Aku tidak becus mengurusnya, tidak mau tahu ada kend
Read more
BAB 48
Ayra siuman tepat saat mendengar suara Satria yang sedang mengadzankan anaknya. Pada telinga bayi laki-laki setelahnya pada bayi perempuan, dengan dibantu ibu mertua dan ibu kandungnya yang menggendong. Begitu syahdu membuat indah suasana.Menetes haru air mata Ayra. Tak henti mengucap syukur dalam hati atas karunia ini yang tak tanggung-tanggung diberi dua anak sekaligus. Dan sepasang. Dia jadi merasa sudah mempunyai anak sejak dulu tetapi baru sekarang diberikan. Program hamil IVF sering terjadi kembar. Bahkan tidak sedikit orang sengaja direncanakan mengikuti program ini untuk mendapatkan anak kembar meski tanpa gangguan medis seperti yang dialaminya. Anak laki-laki lahir pertama sebagai kakak dan anak perempuan terakhir dikeluarkan sebagai adik. Sangat pantas. Lengkap sudah hidup Ayra dan ia bisa merasakan menjadi wanita seutuhnya sebagaimana yang sering orang-orang bicarakan dulu. "Mas ...." Ia menyapa pelan saat kedua bayinya selasai diadzankan. Satria menoleh. Tersenyum sumr
Read more
BAB 49(Season2)
"Silakan, masuk." Haris mempersilakan Mutia ke dalam rumahnya. Gadis itu melangkah dengan sungkan. Sepasang matanya sibuk memperhatikan sekitar, tempat asing baginya. Sementara Haris di belakang mengikuti pelan sembari menahan senyum. Berhasil membawa gadis incarannya ke rumah. Mulai hari ini Mutia beralih kerja menjadi baby sitter anaknya. Tidak di kantor lagi. Dia bersedia menggaji dua kali lipat untuk membuat putranya akrab dengan calon mamanya. Mutia sendiri sudah ijin pada orang tuanya dan disetujui. "Silakan duduk." "Terimakasih, Pak." Gadis itu menurut duduk meski canggung. "Mbak An, tolong ambilkan minum." Haris meminta pembantu untuk menjamu. "Baik, Pak." "Tidak usah, Pak." Mutia menolak merasa tak enak. "Tidak apa-apa, Tia." Gadis itu lalu diam menunduk sambil memainkan kuku tangan. Tidak tahu harus bicara apa dan malu rasanya. Bagaimanapun Haris atasannya dan dia baru pertama kali ke sini. Haris memperhatikan dengan senyum samar yang terus menghiasi bibir. Suka sek
Read more
BAB 50
"Jadi, nama baby sitternya Mutia dipanggil Tia? Masih gadis dan Mas Haris menyukainya?" Pagi-pagi saat menemani Satria sarapan, Ayra tiba-tiba ingin membahasnya. Setelah semalam dia memberi tahu. "Iya. Kenapa, kamu cemburu?""Engga." Ayra menggeleng cepat. Justru dia bersyukur kalau Haris sudah menemukan wanita idaman lain. Dia berhak bahagia bersama yang lain untuk bisa melupakannya. "Seperti apa orangnya, Mas?" Ayra penasaran. Arka dan Arsya ada di dekatnya. Bayi tiga bulan itu masing-masing berada dalam kereta dorong. Darmi tengah mengerjakan tugas mencuci baju dalam mesin. Dia tersenyum kecil mendengar percakapan sepasang pasutri itu. "Kata Ibu dia seperti kamu, tertutup auratnya. Masih muda, dan baru lulus kuliah," jawab Satria. "Dia kuliah? Kok mau jadi baby sitter?" Ayra heran. "Dia awalnya kerja di kantor Mas Haris, karyawan baru. Lalu diminta untuk jadi baby sitter saja di rumahnya dengan gaji dua kali lipat.""Pantas mau.""Karna sebelumnya juga pernah jadi baby sitter
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status