Semua Bab Hantaran Diminta Kembali: Bab 51 - Bab 60
95 Bab
Bab 51
Hantaran Diminta Kembali "Kalian menginap saja di sini, kapan lagi kita bisa berkumpul seperti ini!"kata ibu dengan nada memaksa. Lila merasa tak enak menolak permintaan ibu, ia juga masih sangat kangen dengan rumah dan keluarganya. "Iya, kalian menginaplah, kamu tidur di kamar depan saja, biar mbak pindah ke kamar kamu!" ucap Mbak Nita segera berdiri dari duduknya. "Nggak usah," Cegah Lila cepat. Ia tahu Azam, bayi kecil itu sudah tidur di dalam sana. Mbak Nita ingin memberikan kamarnya pada Lila, karena kamar depan lebih luas dengan ranjang lebih besar. Sementara kamar Lila yang terletak di tengah itu adalah kamar sederhana saja. "Enggak apa, aku akan mengemasi-" potong Mbak Nita berkeras, wanita itu akan beranjak untuk menyiapkan kamarnya. "Enggak usah, lagian rumah kami dekat. Kami pulang saja!"ucap Lila akhirnya, ia mencekal tangan kakaknya. Ibu nampak sedikit kecewa mendengar keputusan Lila. "Kamu ini kok buru-buru amat ingin pulang?" kata Rizal sambil melirik Lila.
Baca selengkapnya
Bab 52
Hantaran Diminta Kembali""Kamu ngapain?" tanya Lila terkejut. "Memberimu hukuman!" Sahut Rizal dengan nada rendah. Lila membuka matanya lebar, dadanya berdegub dan ia berdoa agar ia selamat malam itu. Rizal diam, memejamkan mata. Apakah ia dan Lila siap untuk ritual ini. Sebagai pria ia memiliki hasrat, tapi sebagai suami, Rizal ingin merasa bahwa ia sudah layak dan siap untuk Lila. Rizal ingin saat ia "bersama" Lila, tak ada bayangan wanita lain dalam pikirannya, tak ada nama wanita lain yang akan ia sebuat selain nama istrinya. Begitupun Lila, Rizal tidak tahu bagaimana perasaan Lila yang sebenarnya padanya. Apa ada nama Dimas di sana. Apalagi ia melihat Lila masih menyimpan foto Dimas di kamarnya. Rizal mengeratkan pelukan dan menempelkan dahinya pada kepala Lila. Rizal menghela nafas dalam. Lila merasakan kepala Rizal yang menempel pada kepalanya. Ada perang batin di hatinya. Kecemasan dan rasa takut. Pikirannya nyaris sama dengan Rizal. Ia tidak ingin membayangkan p
Baca selengkapnya
Bab 53
Hantaran Diminta Kembali Rizal melesakkan tubuhnya di kursi kerjanya. Hari itu terasa sangat sibuk buatnya. Tetapi hasil jerih payah itu sangat memuaskan. Sebanding dengan kerja yang dilakukan Rizal dan timnya.Mereka bekerja dengan loyalitas dan disiplin karena mereka juga mendapat gaji yang sebanding dengan usaha maksimal yang mereka lakukan. Yuda mengetuk pintu. Tak lama pria tinggi itu masuk dan membawa nampan. Yuda meletakkan nampan dengan secangkir teh panas dan sekotak buah potong sebagai cemilan Rizal. Rizal mengambil garpu dan menusuk sebuah kiwi dan memasukkan ke mulutnya. "Anda terlihat sangat lelah!" ucap Yuda sambil meletakkan cangkir di depan Rizal. "Iya, pekerjaan ini membuatku penat." sahut Rizal sambil melihat jam yang menunjukkan angka empat, sementara dirinya yang sebagai atasan masih berada di ruangan kerjanya."Ambil cuti saja, Pak!" ucap Yuda memberi saran dengan hati-hati. Rizal diam, ia menatap Yuda sekilas. "Kenapa?" tanya Rizal malas. Yuda
Baca selengkapnya
Bab 54
Hantaran Diminta Kembali Lila mendorong dada Rizal dan melepaskan diri. Tapi tangan kekar itu menahannya. Lila membeku menatap manik mata lembut yang mengintimidasi itu. Rizal kembali mengikis jarak dan mengulum bibir itu. Pelan dan kembali merangkum bingkai mungil itu. Lila mendorong pelan, menjauhkan wajahnya yang memerah. "Kau menolakku?" tanya dengan Rizal dengan suara memburu, ia telah diliputi gairah. Lila bungkam, tatapan mereka terkunci. Dengan sekali gerakan, Lila telah berada dalam gendongan Rizal dan dengan ringan Rizal melemparkan tubuh Lila ke ranjang. Lila memekik tertahan, saat dengan tiba-tiba Rizal menjatuhkan tubuhnya di atas Lila dan menarik begitu saja baju yang dikenakan Lila. Lila hanya membatu saat pria yang telah diliputi gairah itu mengajaknya tenggelam dalam pelukannya. Rizal menarik selimut dan menyelimuti tubuh Lila. Gadis itu tetap memunggunginya. Pelan Rizal mendekat dan mengecup puncak kepala itu pelan. Rizal mengecup bahu terbuka Lila d
Baca selengkapnya
Bab 55
Hantaran Diminta Kembali Rizal menatap jam di pergelangan tangannya. Suasana diluar ruang kerjanya mulai riuh, beberapa kali terdengar langkah kaki hilir mudik atau mulai terdengar gurauan diantara para pegawainya di luar. "Dimas! ditelpon bini lu! Katanya ponselmu nggak aktif!" seru Mela, sang resepsionis itu dengan suara lantangnya.Seketika suara riuh menyoraki dan mengejek Dimas. "Istrinya posesif, ya!" Suara Bram menanggapi. Pria lajang itu tampak menatap Dimas miris. "Wajar sih, istriku juga selalu menelpon atau sekedar chatting untuk mengingatkan makan siang atau shalat, gitu!" sahut Pak Edo santai. "Nih, ia sudah mengirim pesan agar aku segera makan siang!" sambung pria itu menunjukkan ponselnya ke udara. Seketika para pegawai wanita bersorak riuh."Uuh romantisnya Bu Edo, kayak pengantin baru!" Seru Astrid sang teller itu. "Tapi risih juga, telat dikit aja, telepon udah puluhan kali," sahut seorang yang lain. "Wajar, sih, mereka kan perhatian, khawatir sama kita
Baca selengkapnya
Bab 56
Hantaran Diminta Kembali Reni membuka pintu pagar sesegera mungkin. Mobil mewah itu segera saja masuk melewatinya. Mobil terparkir begitu saja di depan garasi dan sang pemilik berjalan tergesa-gesa memasuki rumah. Reni mendekat dan menutup pintu mobil itu. Rizal segera berjalan cepat menuju kamar utama.Kosong. Ia tidak melihat Lila ada di kamar itu. Rizal segera keluar kamar. "Non Lila kemana?" tanya Rizal begitu berpapasan dengan Reni di kuar kamar. "Non Lila di atas, mungkin sedang olahraga!" sahut Reni sambil menunduk. "Olahraga?"Rizal mengerutkan kening. Rizal memang mempunyai treadmill dan homegym yang ia letakkan di lantai atas.Rizal segera menaiki tangga menuju lantai atas dengan langkah lebar. Ia merasa tak sabar menemui Lila. Langkahnya kembali melambat. Ia harus stay cool dan berwibawa.Ketika hampir mencapai ujung tangga, Rizal sudah mendengar tawa cekikikan itu.Rizal bergeming. Rizal melihat Lila tertawa tergelak sambil duduk di atas matras. Sementara Putr
Baca selengkapnya
Bab 57
. Hantaran Diminta Kembali "Kenapa menelpon?" tanya Rizal dengan suara menekan. "Lah, siapa dulu yang tadi menelpon dan mengirim banyak chat?" sembur suara di seberang balik bertanya. "Maaf, aku sedang di luar bersama Lila!"jawab Rizal sambil menoleh ke tempat Lila berada. Gadis itu tampak sibuk dengan ponselnya. Mungkin ia sedang mengambil foto dari semua makanan yang ada di hadapannya itu. "Pantes saja kamu bolak balik meriject panggilanku," sahut suara itu sewot. "Begini, Hen, tulis pesan saja tentang yang kita bicarakan tadi, nanti aku baca!" ucap Rizal dengan suara setengah berbisik. "Oke, Tuan!" Terdengar suara jawaban malas dan segera saja sambungan telepon itu terputus. Rizal kembali mengantongi ponselnya dan gegas kembali ke meja Lila. "Kenapa tidak makan?"tanya Rizal ketika ia melihat Lila masih sibuk dengan ponselnya. "Aku sedang mengambil foto makananku!" sahut Lila sambil tersenyum. Rizal mengamati Lila kembali menikmati makanannya. Sementara ponzel itu masi
Baca selengkapnya
Bab 58
Hantaran Diminta Kembali"Lilaa!" Lengkingan penuh amarah itu menggema memenuhi ruangan. Dengan berang Selvi membanting ponselnya. Ponsel itu hancur berserak di lantai. "Ini ponsel ke tiga yang kau hancurkan," ucap Elsa dengan nada dingin. "Kau seharusnya sadar kemarahanmu itu merugikan!" ucap Elsa sambil menyilangkan kedua kakinya. "Percuma kau meladeni gadis kampungan itu," sambung Elsa sambil meneguk diet cokenya. "Lalu aku harus apa? menyerah?" seru Selvi marah. "Aku tidak bisa membiarkan orang lain merebut Rizal dariku!" ucap Selvi dengan nafas memburu. "Kalau begitu bermainlah yang benar, yang anggun," seru Elga kesal. "Jangan bertindak kampungan dan kasar seperti tadi," nasehat Elga sambil menatap Selvi. Selvi memicingkan mata. Ia kini menatap tajam Elsa sambil menyilangkan tangan di dada. "Dia wanita kampung, dia tidak terlalu peka dengan semua peringatan kasarmu itu. Ia hanya menganggap kamu itu wanita yang kalah!" ucap Elsa dengan nada dingin. Selvi mulai tert
Baca selengkapnya
Bab 59
Hantaran Diminta Kembali Aiza segera memasuki mobil. Tangannya sigap melajukan mobil keluar dari halaman rumah Lila. Ia melambaikan tangan sekali lagi pada Lila yang masih berdiri di halaman rumahnya. Aiza tertawa lebar. "Kenapa tertawa?" tanya Bu Anggraini sambil menutup kaca mobil. "Entah, Aiza merasa kasihan sama mbak Lila,"ucap Aiza sambil menahan senyum. "Duh, iya, ya. Gimana kalau ia minum air itu dan Rizal belum pulang, kan dia bisa tersiksa itu!" sahut Bu Anggraini miris. "Kita dosa, nggak sih?" Tanya Bu Anggraini sambil menoleh pada Aiza. "Ya, iya!"Aiza berkata sambil menahan senyum. "Rasanya kita tidak usah ikut campur lagi, Bu!" ucap Aiza sambil menahan senyum. "Lo, kenapa? Ibu bermaksud baik, kok," Sanggah Bu Anggraini heran."Tapi ibu tahu enggak vitamin yang diminum mbak Lila tadi?" tanya Aiza dengan mata tetap fokus mengemudi. "Enggak, apa itu pil KB? Tapi sepertinya bukan?" ucap Bu Anggraini ragu."Ibu sama saja dengan mbak Lila, polos!" sahut Aiza sam
Baca selengkapnya
Bab 60
Hantaran Diminta Kembali Para gadis cantik berpenampilan rapi dan menarik telah berdiri berjajar menyambut tamu. Sekuriti berbaju hitam membawa HT berkeliaran untuk mengamankan acara dan mengawal para tamu penting. Para wartawan dan reporter dari stasiun televisi juga sudah memasuki tempat acara. Selvi melihat tenda mewah itu, beberapa pejabat yang penting bahkan hadir di acara itu. Hal itu menunjukkan bahwa Rizal sosok yang cukup diperhitungkan di kota itu.Selvi dengan langkah mantap menuju tempat acara itu. Ia ikut kagum melihat karier Rizal yang semakin menanjak. Ia juga mendengar berapa rumor tentang berapa omset dan bisnis sampingan apa yang dimiliki pria itu sekarang. Hal itu yang membuat Selvi menyesal telah melepaskan pria yang ia nilai terlalu mengungkung kebebasannya. Pria posesif yang Selvi pikir akan menghambat kariernya, namun kini Rizal justru semakin cemerlang tanpanya. Selvi dengan langkah mantap mendekati meja penerima tamu itu. "Kartu undangannya, Bu?" t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status