Lahat ng Kabanata ng Ranjang Perselingkuhan: Terjerat Pesona Ipar Menawan: Kabanata 151 - Kabanata 160
188 Kabanata
Bab 151 OTW Pembalasan
Tatapan mata Celine mengarah pada sang suami yang sedang sibuk dengan laptopnya di sofa. Sean pun menoleh ke arah sang istri yang sedang menonton televisi di atas ranjang. Sedangkan buah hati mereka sedang tertidur nyenyak dalam box bayi yang terletak tidak jauh dari ranjang mereka."Tidak. Aku tidak tahu apa-apa, Sayang. Demi Tuhan aku tidak menyuruhnya datang ke sini, apalagi malam-malam seperti ini," tutur Sean dengan sungguh-sungguh.Celine melihat kejujuran dari mata suaminya. Hanya saja dia tidak bisa menerima kehadiran wanita selingkuhan sang suami yang selalu datang mengganggu kehidupan mereka. Dadanya kembali bergemuruh, mengingat semua perilaku mantan tunangan sang suami yang kini menjadi selingkuhannya.Melihat reaksi sang istri yang hanya diam saja tanpa menanggapi perkataannya, Sean beranjak dari duduknya, dan bergegas keluar kamar untuk menemui wanita yang saat ini dibencinya. Langkah kakinya memperlihatkan betapa marahnya dia saat ini. Bahkan melalui hentakan kakinya, d
Magbasa pa
Bab 152 Bertahan Untuk Melawan
Celine hanya diam, tanpa menjawab pertanyaan dari suaminya. Wanita cantik yang sedang melampiaskan sakit hatinya itu, menginginkan agar sang suami membaca isi dalam amplop tersebut secara keseluruhan, dan segera menandatanganinya. Akan tetapi, Sean hanya melihat dan membacanya saja. Sepertinya dia tidak berniat untuk membubuhkan tanda tangan pada kertas yang sedang dipegangnya."Apa kamu yakin dengan ini semua?" tanya Sean dengan mata yang berkaca-kaca.Anggukan kepala sang istri membuat bibir Sean bergetar, sehingga tidak mampu mengeluarkan kata-kata. Sedih dan kecewa yang sedang dirasakannya saat ini. Hatinya begitu hancur menerima surat perceraian dari sang istri yang bahkan sudah ditandatanganinya.Sean memejamkan matanya, dan menetralkan perasaannya. Setelah itu, dia kembali membuka matanya, dan menatap serius pada sang istri."Aku tahu jika kesalahanku sangat besar. Tapi, bukankah kamu bisa memaafkannya? Aku sudah berubah, Sayang. Aku sudah tidak bersama dia lagi. Bahkan aku sud
Magbasa pa
Bab 153 Tes Untuk Pengakuan
"Tidak. Aku tidak akan menunda atau membatalkannya. Aku tidak mau kamu kecewa lagi padaku. Bukankah aku semalam sudah berjanji padamu untuk mengikuti semua permintaanmu?" Tatapan mata Sean terlihat tulus di mata sang istri. Kali ini putra kedua dari keluarga Mayer tersebut memang benar-benar ingin memperbaiki kesalahannya. Tentu saja ada alasan dibalik semua itu. Akan tetapi, setiap dia akan kembali bersikap sesuai jalur lurusnya, maka saat itu juga akan ada batu sandungan yang siap untuk menjegalnya.Memang tidak mudah menjadi orang baik. Dia pun meyakini hal itu. Sayangnya, kesabaran hati seorang Sean Mayer tidak seluas samudera. "Baiklah. Lakukan semuanya sesuai petunjuk mereka. Semoga hasilnya seperti yang kamu inginkan," tutur Celine dengan dihiasi senyuman manisnya.Seketika dahi Sean mengernyit. Dia menatap serius pada sang istri, dan berkata,"Kamu? Bukannya kita? Jadi, keinginanku dan keinginanmu berbeda? Apa kamu tidak menginginkan jika Hero adalah anak kandungku?" Sonta
Magbasa pa
Bab 154 Hasil yang Ditunggu
Keluarga Mayer merupakan salah satu keluarga terhebat di negara ini. Tak ayal di rumah sakit pun mereka mendapatkan perlakuan khusus sebagai pasien VVIP. Ketika Sean dan keluarga kecilnya sedang melakukan tes kesehatan, pihak dari rumah sakit pun secara langsung memberikan fasilitas satu kamar VVIP untuk ruang istirahat mereka, meskipun Sean dan keluarga tidak memintanya. Bukan hanya itu saja, bahkan direktur rumah sakit tersebut merupakan dokter ahli bedah, secara langsung menemui Sean dan keluarga kecilnya di kamar yang telah mereka sediakan. Sambutan dan prioritas seperti inilah yang sangat diinginkan oleh Raisa. Sebelum dia memutuskan tali pertunangannya dengan Sean, dia telah mengetahui hal-hal semacam ini secara keseluruhan. Tentu saja dia sangat bangga menjadi calon istri seorang Sean Mayer, karena keluarganya tidak pernah mendapatkan prioritas seperti itu, meskipun tidak dalam keadaan bangkrut. Saat ini, dokter wanita yang telah menangani segala macam tes kesehatan Sean, te
Magbasa pa
Bab 155 Sebuah Kesalahan
Dokter pria paruh baya yang berada di sebelah sang dokter wanta tersebut menatapnya dengan penasaran, seraya berkata, "Kenapa, dok? Apa ada yang salah?" Dokter wanita itu tersenyum kaku, sehingga terlihat sekali jika dia sedang memaksakan senyumnya, sembari melihat ke arah sang direktur, Sean dan Celine secara bergantian. Dalam hatinya berkata, "Bagaimana ini? Apa yang harus aku katakan pada mereka? Bagaimanapun aku harus mengatakan yang sebenarnya. Tapi, bagaimana jika nantinya malah terjadi masalah dalam keluarga mereka, dan aku yang disalahkan? Keluarga mereka bukan keluarga biasa. Apa aku harus menutupinya?' "Dok! Dokter Mona!" panggil dokter pria paruh baya tersebut dengan suara yang tertahan, seraya menatap ke arah sang dokter dan beralih ke Sean dan istrinya. Seketika dokter wanita tersebut terkesiap. Wajah ramahnya ditutupi dengan lembaran kertas yang dipegangnya. Dia menggigit bibir bawahnya, dan memejamkan mata, untuk menetapkan keputusannya. Setelah beberapa detik
Magbasa pa
Bab 156 Prioritas Kelas Atas
Brak!Tulisan papan nama direktur rumah sakit yang berada di atas meja kerjanya, di banting dengan sangat keras oleh dokter pria paruh baya si pemilik ruangan tersebut. Dia menatap marah pada dokter perempuan yang baru saja keluar dari kamar pasien VVIP bersamanya. "Kamu bercanda, hah?!" "Sejak kapan seorang dokter bisa menjatuhkan harga diri rumah sakit tempatnya bekerja dan menjatuhkan tim medis yang bekerja dengannya?!" Sang dokter wanita itu beringsut ketakutan. Tubuhnya gemetar, kepala menunduk, dan kedua tangan mencengkeram jas putih yang masih dipakainya. Kedua bibir tertutup rapat, seolah enggan mengatakan apa pun untuk menanggapi kemarahan sang direktur tempatnya bekerja."Kamu bodoh atau sengaja, hah?!" serunya kembali dengan kemarahannya yang menggebu-gebu."Maaf. Maafkan saya, dok. Saya tidak bermaksud seperti itu. Saya hanya mengatakan kebenaran dari hasil tes tadi," ucap sang dokter wanita dengan suara yang bergetar.Dokter pria paruh baya tersebut menyeringai, dan b
Magbasa pa
Bab 157 Antara Hasrat dan Hati Nurani
Dokter Mona keluar dari ruangan dengan lemas. Di depan ruangan tersebut, dia berdiri dan menatap pintu yang bertuliskan nama dokter Fabian lengkap dengan titel sebagai dokter ahli bedah dan lengkap dengan jabatannya sebagai direktur rumah sakit tersebut.Helaan nafas dokter wanita itu terasa berat dalam dada, mengingat nasibnya yang sedang berada di ujung tanduk. Dengan wajah sedihnya, dia bersandar pada dinding, dan membentur-benturkan kepalanya, seraya berkata lirih,"Bagaimana nasibku sekarang? Apa yang harus aku lakukan? Kenapa aku sok-sokan bertaruh dengan pekerjaan? Bagaimana jika aku gagal dan dipecat? Bagaimana aku harus membayar semua cicilanku?"Beberapa perawat yang sedang lewat melihat ke arahnya. Mereka menatap aneh pada dokter wanita muda yang telah menjadi idola pasien VVIP saat ini. "Dokter kenapa? Apakah ada yang sakit dengan kepala dokter?" tanya seorang perawat yang selalu menjadi asistennya.Sontak saja dokter Mona menatap ke arah sang perawat yang berada di depan
Magbasa pa
Bab 158 Resolusi
Wanita berambut panjang terurai dengan penampilan elegan yang sedang duduk di hadapan dokter Mona itu, kini terdiam, dan terlihat gurat kekecewaan pada paras cantiknya. "Maaf, Bu. Sebenarnya saya ingin memberitahukan secara langsung pada kalian berdua. Tapi, saya takut jika suasananya akan seperti tadi. Jadi, saya--""Saya tahu, dok. Saya mengerti ke mana arah pembicaraan dokter. Saya berterima kasih pada dokter karena telah memberitahukan terlebih dahulu pada saya. Dokter tidak perlu khawatir. Biar saya saja yang mengurusnya," sahut Celine dengan tegas, dan berusaha tersenyum, meskipun hanya senyuman tipis yang tersungging di bibirnya.Sang dokter wanita itu memaksakan senyumnya. Jujur saja, dia tidak biasa melakukan hal ini, karena sangat bertentangan dengan hati nuraninya."Saya mewakili rumah sakit ini sangat berterima kasih sekali pada keluarga Mayer. Karena yayasan dari perusahaan Mayer membuat rumah sakit kami lebih besar, serta lebih lengkap untuk sarana dan prasarananya. Jad
Magbasa pa
Bab 159 Khawatir
Dokter Mona menoleh ke arah Celine yang berjalan di sebelahnya. Dia menunggu persetujuan dari wanita yang menjadi partner dalam misinya kali ini.Wanita yang berjalan sangat anggun dan berkelas itu, tersenyum tipis pada dokter wanita yang bersamanya. Dia menghampiri sang suami, dan berkata dengan lembut padanya."Sayang, ada satu tes lagi yang harus kamu lakukan. Setelah itu, kita pulang. Untuk hasilnya, kita akan diberitahu setelah semuanya selesai."Seketika dahi Sean mengernyit. Dia menatap curiga pada sang dokter, dan berkata,"Tes apa lagi? Bukankah semua tes sudah saya lakukan, dok?""Benar, Pak. Memang tinggal satu tes lagi yang belum dilakukan. Maaf, saya lupa mengatakan pada Bapak. Memang harus ada jarak antara tes yang sebelumnya dengan tes yang akan Bapak lakukan sekarang ini," jawab sang dokter wanita tersebut dengan sopan."Tes apa itu, dok?" tanya Sean kembali dengan menatap curiga pada sang dokter.Sang dokter wanita tersenyum untuk menenangkan pasiennya agar tidak mera
Magbasa pa
Bab 160 Takut dan Bimbang
Seketika dahi Sean mengernyit. Dia terkesiap mendengar pertanyaan dari sang mama, seolah tahu apa yang telah terjadi di rumah sakit. Dengan gugupnya dia pun menjawab,"A-apa maksud Mama?""Mama tanya padamu, Sean. Kenapa kamu malah bertanya pada Mama? Mama hanya ingin tahu saja apa yang sebenarnya terjadi di rumah sakit, hingga kalian hampir seharian berada di sana? Apa kalian pikir Mama tidak akan khawatir pada cucu kesayangan Mama?" tanya sang nyonya besar Mayer dengan meluapkan semua kekhawatirannya pada sang putra.Sean dan Celine pun tersenyum mendengar kekhawatiran dari sang mama. Mereka terlihat lega karena nyonya besar tersebut tidak mengetahui apa yang terjadi di rumah sakit."Sudahlah, Ma. Tidak ada yang terjadi pada kami. Terutama pada Hero. Cucu kesayangan Mama baik-baik saja. Begitu pula dengan kami berdua," ujar Sean sembari terkekeh."Bagaimana Mama tidak khawatir pada Hero? Kalian mengajak cucu kesayangan Mama ke tempat yang berbahaya," ujar wanita paruh baya tersebut
Magbasa pa
PREV
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status