All Chapters of KKN Di Desa Metanoia: Chapter 41 - Chapter 50
125 Chapters
41. Pergi Melaut
[10 Jam Sebelumnya]"Oi, Afrian!" seru seorang pria di atas kapal memanggil."Ya." Pria muda berambut cepak yang mulai tumbuh secara acak menyahut, berlari ia menghampiri orang yang memanggilnya, "kenapa?""Mau ikut berlayar atau urus tugas kuliah lo?" tanya pria dari desa Metanoia, tidak banyak penduduk membuat mahasiswa dengan mudah mengetahui setiap orang dari desa hanya dari fisik."Dekat atau jauh?" tanggap Afrian dengan pertanyaan juga."Dekat kayaknya, cuma mau ambil udang saja," jawab pria bertubuh kurus itu."Entar deh, gue tanya yang lain dulu," kata Afrian bergegas turun dari kapal itu lalu menghampiri Erwin yang berada di dalam lubang galian, "Win!" panggil Afrian pada temannya yang identik dengan rambut kribo khas."Ha?" sahut Erwin mendongakkan kepalanya untuk melihat orang yang memanggil, "kenapa?""Naik dulu sini," titah Afrian kembali berjalan menuju Angga, yang sudah pasti sedang bersama laptopnya di bawah pohon rindang.Ketua kelompok mahasiswa itu duduk bersila dan
Read more
42. Galih? Agus? Galuh?
Sudah biasa, katanya. Apa yang sudah biasa? Terlalu ambigu untuk dimengerti. Sudah biasa anak diasuh orang lain, atau sudah biasa berhubungan badan dengan orang lain?Afrian memejamkan matanya kuat, desa ini terlalu rancu untuk dimengerti dan diwajarkan. Lantas, apa lagi yang harus dipahami?"Sudah biasa gimana maksudnya?" tanya mahasiswa itu setelah lama terdiam untuk mencerna, walau telah memakan waktu namun tidak ada juga hal yang bisa dipahami."Sudah biasa kita tukar istri dan teman, seru banget. Mau coba?" jawab Galuh diakhiri tawaran mengejutkan bagi Afrian, "kenapa kaget gitu? Memangnya anak kota enggak pernah begitu? Pernah pasti, gue pernah diajak juga kok."Meringis pria berambut cepak kala mendengarnya, ia sangat tahu golongan orang di kota seperti itu, tapi sejauh yang ia tahu juga orang di kota tidak bisa berbangga seperti orang dari Desa Metanoia bahkan melakukannya cenderung bersembunyi, "kaget saja kalau sampai punya anak, soalnya setahuku walau di kota ada begitu juga
Read more
43. Laporan
"S-serius mereka mau produksi film dewasa dan disetujui kepala desa? Sinting!" sentak Liona penuh tekanan pada setiap kata yang terucap, napasnya memburu seolah baru selesai maraton, "level gilanya sudah enggak ada obat," lanjutnya menggelengkan kepalanya dan berucap pelan.Terdiam Vina sambil memejamkan matanya dan menunduk, sedangkan Desry meletakkan kamera lalu menunduk dan bertumpu pada kedua tangannya, "terus kita harus apa? Mereka maniak dan kelainan," ucap Desry tanpa mengangkat kepala atau melirik ke arah teman-temannya."Tadi siang gue langsung kasih tahu Angga dan Erwin, gue berencana buat enggak usah kasih tahu kalian biar tahu saja sendiri dari mulut para perempuan desa. Erwin berencana buat kasih tahu kalian lewat tulisan di buku khusus kita, tanpa kasih tahu sumbernya. Dan menurut Angga, rencana gue sama Erwin terlalu brutal dan bisa bikin pecah kepercayaan," ujar Afrian menjelaskan situasi di antara mereka, sebagai bagian dari komitmennya untuk mempertahankan komunikasi
Read more
44. Diskusi dengan Erina
Malam kian berlarut dengan segala desiran ombak pada hari yang gelap, menemani setiap langkah tiga wanita yang bergegas menuju rumah sementara para mahasiswa. Keberuntungan bagi wanita dengan kamera di tangannya dan wanita berkalung liontin sabit, sosok yang dijemput dan diperlukannya belum terlelap.Meski keadaan seringkali gelap gulita saat malam karena terbatasnya akses listrik, tidak melunturkan tekad mahasiswa untuk benar-benar menyelesaikan tugas akhir kuliah mereka. Walau satu sampai dua orang dalam kelompok sempat ingin menyerah, pernah ingin kabur dari desa, dan menyatakan gagal dalam menyelesaikan tugas akhir. Tetapi tekad kebersamaan untuk menyelesaikan pada akhirnya lebih kuat, dari pada sekadar ego dan ketakutan saat menyadari keanehan desa."Tadi kenapa kak Erina belum tidur?" tanya wanita berkalung liontin sabit saat mereka telah berada di jalan setapak depan rumah.Berbekal satu senter saja, ketiganya kembali ke rumah mahasiswa dengan selamat dan damai, "enggak tahu," j
Read more
45. Buka, Pembunuh!
Pertanyaan demi pertanyaan terdengar bersahutan, disusul dengan langkah bergerak cepat mendekat dari dalam rumah. Seruan mahasiswi jurusan Psikologi Kepribadian dan Sosial itu memicu kecemasan semua orang dalam rumah, tidak cukup keras namun cukup memekakan telinga yang sedang menikmati kesunyian malam."Kenapa, Vin?""Vina ... Vin, kenapa?""Ada apaan sih teriak-teriak?"Dan berbagai sahutan pertanyaan lainnya, sedangkan wanita bersetelan baju tidur itu masih saja menunjuk pada orang yang tergeletak di teras. Lemahnya pencahayaan membuat orang-orang menjadi bingung dan takut, reaksi keras Vina memecahkan kebingungan itu jadi seutuhnya ketakutan."Sini, Vin." Pria berkulit putih dengan garis rahang tegas menarik tangan Vina yang menunjuk, dibantu pria berambut kribo untuk menuntun Vina ke pinggir ruang utama rumah kayu.Dibiarkan Vina untuk duduk lemas di pinggir sambil meluruskan kakinya, didampingi wanita berambut ikal yang memilih untuk duduk di sampingnya dan mengelus-elus punggung
Read more
46. Dilabrak Warga
"Eh?""Pembunuh?""Siapa yang pembunuh?"Mendengar seruan keras di balik pintu menuding kasar, membuat lima mahasiswa bertanya-tanya. Mahasiswa berambut kribo berinisiatif untuk menyalakan senter dan menyorot secara tak langsung ke arah teman-temannya, mempertanyakan respon yang harus diberikan.Tak lama kemudian, listrik menyala yang disusul gerakan seorang mahasiswa berambut kribo yang biasa disapa Erwin untuk mematikan senternya. Mata mereka mengerjap guna menyesuaikan pandangan dengan cahaya, "oi, buka pintunya! Jangan sampai kita dobrak ini."Teriakan penuh amarah terdengar bergantian dengan gedoran di pintu, sesekali terdengar pula suara orang menangis di antara keramaian di depan rumah. Sedangkan kondisi dalam rumah kayu begitu hening, semua mata tertuju pada seorang pria berkaus oblong, "sebentar dulu, menurut kalian siapa yang membunuh Pak Ujang?" tanya ketua kelompok itu pada setiap anggotanya, "kalian kenal suara orang-orang yang teriak, kan? Setidaknya pasti bisa mengenali.
Read more
47. Diduga, bukti Pembunuhan
Kreett ....Lemari berukuran sedang yang sepanjang malam menghalangi pintu bergeser perlahan usai terdengar suara dosen memanggil, begitu pula dengan suara petugas dari kepolisian yang cukup familiar di telinga mahasiswa. Menunduk Vina mengintip dari lubang kunci untuk melihat keadaan di luar kamar, terlihat beberapa warga desa sedang berdiri dan menyandarkan dirinya di dinding sambil berbincang kecil dengan beberapa petugas kepolisian berseragam."Aman," kata Vina mengacungkan ibu jari sambil berbalik ke arah teman-temannya yang menunggu, "ada beberapa polisi juga," lanjutnya kemudian melangkah mundur dan membiarkan Afrian sebagai ketua kelompok mengambil alih keputusan."Kita harus selesaikan ini dengan baik dan tenang. Kalian masih mau lanjut di sini dan tuntaskan sisa tiga puluh hari terakhir kita di sini, atau cari tempat baru dan mulai dari awal?" kata pria bernama lengkap Afrian Firmansyah itu bertanya pada kelompoknya."Gue sih lanjut saja, gue masih merasa ada kemungkinan kit
Read more
48. Hasil Periksa Bukti
Sudah hampir dua puluh empat jam lamanya berdiam diri di rumah seluas kurang lebih dua ratus meter persegi, dikunci dari luar dan jendela pun dipasang kayu menyilang pada bagian luar. Setelah polisi dan dosen menerima barang bukti berupa baju dengan cipratan darah dan pisau berlumuran darah, warga desa sepakat untuk mengurung enam mahasiswa di rumah sementara mereka."Biar aman desa ini dari pembunuh sambil kita tunggu polisi," ujar sang kepala desa, Danang Harja.Banyaknya orang yang setuju dengan pendapat Danang, membuat polisi dan dosen terpaksa mengabulkan permintaan warga untuk membantu mereka mengurung mahasiswa. Walau sebenarnya mengganggu nilai kemanusiaan dan praduga tak bersalah, tetapi kembali lagi setiap tempat memiliki kebiasaan yang mungkin berbeda.Duduk bersandar di dinding sambil meluruskan kaki dan menatap kosong ke arah jendela yang tertutup gorden, "kok polisi belum kasih kabar, ya?" kata wanita dengan anting magnet yang selalu dipasangnya lagi setiap bangun tidur,
Read more
49. Kejahatan dalam rumah tangga
"Oh iya, ini uraian tugas yang harus kalian kerjakan dari pihak kampus," ujar dosen Herdi saat beberapa warga desa, enam mahasiswa, dan petugas berwenang berada di gerbang desa.Gerbang tinggi besar dengan kesan tertutup, gerbang yang menjadi akses masuk dan keluar semua orang berdasarkan kontrol dari Danang selaku kepala desa, dan gerbang yang berada di antara barisan tembok tinggi mengelilingi perbatasan desa dengan jalanan. Begitu tertutup dan perilaku warga desa pun seolah memang sengaja menutup diri, "kok tugas lagi sih, Pak?" protes Erwin yang diikuti dengan hela napas penat dari Angga.Jika sudah berkaitan dengan tugas yang akan terhubung langsung dengan laptop, maka itu otomatis akan menjadi tugas Angga walau tetap dibantu. Padahal bagi Angga, tugas laporan berisikan proses program di tempat KKN tiap pekan, dan jurnal hasil pengamatan terhadap perilaku desa sudah cukup melelahkan.Mengetahui kondisi mahasiswa yang sudah jelas terancam jiwa dan raga, fisik dan mental, kesehatan
Read more
50. Ibu ada yang beli
"Kak Erina!" panggil Vina setelah melihat kepergian Agus dan Erna yang sudah menjauh dari area rumah, "Des, kalau ke rumah kita kira-kira aman, enggak? Kotak obat di rumah, kan?"Mendengar pertanyaan itu, Desry berlari ke luar halaman rumah Erina dan menoleh ke sisi jalan kiri dan kanan. Berbalik arah wanita muda itu dan berjalan lagi memasuki area rumah Erina sambil menggeleng, "di sana banyak orang," kata Desry menunjuk jalan setapak ke arah dermaga."Ck, shh ...," decak dan desis Vina saat dirinya mulai merasa pusing dan pikiran jahat mulai mengintai benaknya, rasa kegagalan menyelamatkan nyawa orang dan penyesalan telah bertindak seenaknya perlahan merambat lagi dalam ingatan. Sebelum tubuh merasa lemas sebab melawan pikiran buruk itu, Vina sadar bahwa dirinya harus bertindak cepat."Gue bantu kak Erina ke dalam, terus lo ke rumah buat ambil kotak obat," ucap Vina dengan wajah memerah.Menyadari kelemahan Vina dalam mengatasi rasa takut berlebih pada darah yang banyak, Desry berla
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status