Semua Bab Suami Berondongku Ternyata CEO Billionaire: Bab 151 - Bab 160
163 Bab
BAB 151 Peluru
"APAA?" Aliesha tentu saja terkejut. "Iya, Non. Sebaiknya Non Aliesha keluar sebentar untuk melihat keadaannya." Pesan dari seorang pengawal Kakek yang dikatakan kepada Aliesha. Wanita cantik itupun bangkit dari duduk dan keluar membuka pintu. Semua orang terkejut dan khawatir kalau terjadi sesuatu. "Aliesha, mau ke mana?" Papa mertuanya bertanya dan mendekat. Rupanya semua anggota keluarga duduk di depan ruang ICU untuk menjaga dan memantau keadaan Benedict. "Ayah... masuk ke IGD karena tertembak!" Ucapnya lirih. Betapa kasihannya ketika orang-orang melihat wanita itu, yang di saat suaminya terkena musibah kecelakaan dan tak sadarkan diri, sekarang Ayahnya juga mengalami kecelakaan tertembak. "Apa yang terjadi?" Tanya mertuanya. "Belum tahu, Pa. Saya masih mau ke sana. Mungkin memang hari ini adalah hari ujian dalam hidupku!" Badannya lemah dan berjalan menuju IGD diantarkan oleh pembantu yang selalu menyertainya. "Ricky, lihat kondisi Ayahnya. Siapa tahu parah!" Kata mertu
Baca selengkapnya
BAB 152 Takdir
"Tolong bawa pasien atas nama Martin Zhafir segera ke ruang operasi." Salah satu pegawai rumah sakit berseragam mengabarkan.Anak buah Tuan Martin bersiap untuk mengantarnya."Nona Aliesha, kami memahami perasaan Nona sekarang. Tapi, alangkah baiknya kalau saat ini Nona juga berdoa untuk keberhasilan operasinya Ayah Nona. Permisi, kami harus pergi dulu ke ruang persiapan operasi!" Anak buah Tuan Martin membawa perlengkapan tas dan dokumennya.Asisten Tuan Martin sudah berdiri di samping ranjang yang digunakan untuk berbaring pasien.Melihat rombongan orang-orang itu menjauh, Aliesha hanya bisa diam di tempat tanpa suara.Dia termenung memikirkan nasib suaminya yang sedang bergelut dengan maut. Apa jadinya nanti jika terjadi kemungkinan terburuk yang dikatakan dokter?Aliesha belum siap jika harus menjanda lagi. Tapi di sisi lain, kondisi Ben tidak ada jaminan kalau nanti saat sembuh akan kembali normal.Apakah dia sanggup merawat suaminya yang cacat dan tak sempurna lagi?Semua pikir
Baca selengkapnya
BAB 153 Memori Terakhir
Bunyi jam dinding membuatnya terusik dari tidur.Ada beberapa suara manusia yang sedang melakukan sesuatu. Suara yang sama sekali tidak ia kenal. Ada apa ini? Kenapa tubuhnya terasa sangat berat dan tak kuasa digerakkan. Bahkan ia tak mampu bicara untuk menceritakan apa yang sebenarnya sekarang ia rasakan.Matanya terasa berat dan tak mampu dia buka.Di mana aku?Sekuat tenaga dia menjerit tapi masih saja tak bisa mengeluarkan suara ke luar.Apa sekarang ini dia sudah mati dan berpindah alam? Rasanya belum.Aroma itu adalah aroma obat-obatan. Tak salah lagi, sejak tadi ia mendengar suara orang yang ada di sekitarnya namun rasanya mereka memang sibuk sedang melakukan sesuatu.Tubuhnya tak terlalu bisa merasakan apa-apa selain dingin. Rasanya dingin melebihi saat masuk ke dalam freezer. Tulangnya bagaikan membeku.Di mana ini sebenarnya. Rumah sakit? Seingatnya terakhir kali dia sadar, dia tak berada di sini.Kepalanya sakit luar biasa saat dia akan mengingat memori terakhirnya. Bukank
Baca selengkapnya
BAB 154 Melihatmu Pergi
Batin siapa yang tak teriris ketika melihat sosok itu tiba-tiba saja pergi tanpa pamit? Aliesha hanya bisa menangis dan menjerit.Rasanya baru kemarin Ben hadir dalam hidupnya dan ia muncul di saat dirinya tak memiliki siapapun untuk bersandar.Lelaki tampan itu seolah menjelma menjadi manusia berhati malaikat saat mendekatinya. Tanpa pikir panjang, saat itu dengan mudah Aliesha bisa menerimanya.Entah niatan apa yang membuat Ben mendekati dan menerima Aliesha, yang jelas ketulusan dan cintanya itu bisa menembus batas di dinding tinggi yang telah Aliesha buat setelah dikhianati oleh Noah.Saat terpuruk dan tak ada siapa yang bisa dia jadikan sebagai sandaran tangis, Aliesha beruntung saat itu mendapati sosok sebaik dirinya.Tak banyak menuntut meski tetap saja ada onak dan duri yang menjadi bumbu romantisme hubungan mereka."Ben..." Aliesha memeluk jasad itu dengan penuh cinta.Seakan suaminya itu sekarang sedang tertidur dan tak terjadi apa-apa. Aliesha mengelusnya seakan menunggunya
Baca selengkapnya
BAB 155 Pergi
"Aku tidak mau tahu, suruh perempuan itu pergi dari ini!" Suara kakek menggelegar sehari setelah Ben dimakamkan.Tangannya sampai gemetaran saat mengucapkan hal itu pada pengawal dan beberapa orang pembantunya."Tapi, Tuan..." Itu kalimat yang ingin disampaikan oleh pembantu, tapi tetap saja dia tak berani berkata apa-apa karena majikannya lah yang menggaji setiap bulan.Untuk sementara dia harus berdiam diri dan tidak menyanggah apapun yang diperintahkan oleh sang majikan."Cepat kemasi barang-barangnya dan aku tidak mau melihatnya keluyuran di sini lagi!" Kakek semakin membabi buta dan marah sejadi-jadinya."Ba-baik Tuan, kami akan membawanya pergi dari sini.""Jangan sampai ada satu barangnya yang tertinggal. Aku tidak mau di rumahku bau keringat dan jejaknya tersisa di sini. Cepat lakukan!" Kakek bertitah dan kemudian masuk kembali ke ruang kerjanya untuk menyendiri.Baginya kehilangan Ben seperti kehilangan nyawanya sendiri. Seumur hidupnya, cucu yang satu ini teramat menurut dan
Baca selengkapnya
BAB 156 Celah Rujuk
Aliesha mengaitkan kedua lengannya dan melipatnya di depan dada.Ada rasa berat saat dirinya meninggalkan rumah ini sekarang. Dulu, dia bersikeras ingin segera pergi dari sini dan meneruskan hidupnya di rumah yang berhasil ia bangun dengan mimpinya sambil membesarkan usaha yang dia rintis.Kini, entah sejak kapan rasa memiliki itu mulai muncul.Rasanya berat saat Ben sudah tak ada lagi. Apakah dia masih bisa menyebut sebuah bangunan itu sebagai sebuah rumah? Rasanya tidak saat Ben tak ada lagi di dalamnya.Dan tempat terakhir yang Aliesha rasakan sebagai rumah adalah rumah Kakek, yang dirinya akhrinya terusir juga untuk pergi.Memang tak ada yang abadi di dunia ini.Aliesha tahu itu."Apa kamu baik-baik saja?" Suara Noah yang lagi-lagi membuatnya kembali menjejakkan angannya ke bumi.Wanita berbaju hoodie yang ukurannya oversize itu hanya mengangguk dan sorot matanya kosong.Saat ini, Noah juga sama-sama hancur tapi satu hal yang dia pegang yaitu kalimat Ben yang menitipkan Aliesha se
Baca selengkapnya
BAB 157 Mengenangmu
Setelah mendengar permintaan Aliesha untuk membiarkan Noah menemaninya di rumahnya, tentu saja Tuan Martin semakin meradang.Matanya melotot dan menunjuk-nunjuk anak perempuannya itu."Apa maumu? Kamu sudah memasukkan kembali racun dan duri ke dalam rumahku!" Tuan Martin tidak terima.Baginya kalau boleh memilih, hanya Benedict saja yang ia anggap sebagai menantu. Meski dia juga sama-sama berasal dari keluarga musuh bebuyutannya."Aku tidak salah dalam meminta, Ayah. Aku ingin Noah tinggal bersamaku di sini." Aliesha menyeret kopernya dan dibawanya masuk ke dalam dengan susah payah."Noah, kenapa kamu diam saja? Ikuti aku!" Noah hampir tak percaya dengan apa yang baru saja dia saksikan. Baru beberapa detik yang lalu Aliesha seolah menjadi singa yang kepalaran dan hampir mati dengan tak punya tenaga melawan.Kini, tiba-tiba mantan istrinya itu sudah menjelma seperti singa wanita yang pemberani dan siap melawan apapun yang menghadangnya.Noah melihat sekilas wajah Ayah Aliesha yang mas
Baca selengkapnya
BAB 158 Terbongkar
Noah berjalan keluar dari kamar Aliesha.Pikirannya masih kalut dan berkabut. Antara diri dan nafsunya saling bertarung. Tak seharusnya di saat-saat berkabung begini dia mencari-cari kesempatan untuk mendekati adik iparnya itu."Noah, kamu belum tidur rupanya..." Bi Lastri tampak kaget ketika keluar dari kamar Tuan Martin dan bertemu dengan Noah yang juga baru saja keluar dari kamar Aliesha."Aku? Aku tidak mungkin tidur jam segini. Lagipula Aliesha sudah tertidur jadi aku pikir lebih baik aku keluar dan... sebenarnya aku ingin bicara denganmu!" Kata Noah.Bi Lastri langsung meletakkan telunjuknya di antara dua bibirnya."Sebaiknya jangan di sini. Ayo, kita turun ke bawah saja!"Bi Lastri mengajaknya untuk segera mencari tempat yang lebih privat untuk bicara. Noah tentu saja menurut dan mengikutinya.Setelah mereka sampai di pavilion bawah, Bi Lastri memastikan tidak ada orang yang mengikuti mereka.Lalu dia membuka dan masuk ke dalamnya."Aku sebenarnya ingin mengatakan sesuatu!" Bi
Baca selengkapnya
BAB 159 Teror di Hari Bahagia
"Kesalah pahaman bagaimana?" Noah mulai terlihat menegang. Dia tak yakin akan siap dengan apa yang akan dia dengar nanti."Saat itu seingatku memang Tuan Martin sudah mengincarmu..." Bi Lastri masih menunggu reaksi Noah.Jika dia rasa nanti Noah akan bereaksi hiper, maka Bi Lastri akan berhenti bercerita."Mengincar?" Noah bertanya namun terlihat kalau dia masih ingin mendengarkan cerita selanjutnya."Setidaknya itu yang bisa aku ceritakan padamu sekarang..." Bi Lastri masih belum mau menceritakan lebih lanjut.Sepertinya memang ada hal yang masih dia tutup-tutupi. Dia ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya."Kumohon ceritakan saja sekarang, Bi. Aku tidak yakin apakah setelah ini kita memiliki waktu atau tidak untuk bertemu." Noah sengaaj menakuti Bi Lastri agar dia memang membuka semua yang ia tahu saat ini juga."Apa maksudmu? Apa setelah ini kamu mau pergi dari sini?" Bi Lastri tentu terkejut."Iya..."Langit yang tadi gelap kini sudah berubah lebih mencekam karena badai yang dira
Baca selengkapnya
BAB 160 Fakta Lain
"Noah, apa yang terjadi?" Aliesha bertanya sambil merangkul sosok di depannya itu.Tangannya gemetar karena membayangkan hal yang tak diinginkan."Cepat jaga Nona Aliesha!" Noah mendengar suara beberapa orang yang berlarian di lantai dua namun dia belum berani membuka pintu."Nona Aliesha, ini kami. Jangan keluar dulu karena di luar masih berbahaya." Rupanya itu adalah pengawal ayahnya."Apa yang terjadi?" Noah bertanya dari balik pintu namun masih menjaga jarak agar tak langsung berada di depan pintu. Khawatir kalau-kalau terjadi hal yang tidak diinginkan."Orang yang dulu disuruh menembak mobilmu, Noah, dia membalas akan menembak Tuan Martin. Tapi beruntunglah tembakan itu meleset dan dia sudah ditembak di tempat oleh pengawal lain..." Jelasnya."Saat kami berdua naik ke atas tadi, dia memang akan melarikan diri ke sini, jadi kami berinisiatif untuk mengamankan Nona Aliesha..." Jawab yang lain."Baik, terima kasih. Kami baik-baik saja. Tolong jaga kami selagi... kami masih di dalam
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status