Semua Bab Mendadak Dinikahi CEO Galak: Bab 21 - Bab 30
31 Bab
Bab 21
“Kenapa tadi enggak jadi makan siang di rumah Mama, Om? Padahal ‘kan ada Kakakmu juga yang udah jauh-jauh dari luar negeri.”Zidan sontak mendongak, menatap Reva dengan mata bulat. “Kamu udah tahu?”“Udah. Tadi, Mama Eva ke sini.”“Ya, ‘kan aku balik ke rumah karena kamu jatuh.” “Tapi ‘kan aku enggak ada minta kamu pulang. Itu aja Mbak Riri bukan aku yang nyuruh ngehubungi kamu.” Zidan sontak mengedip-ngedipkan matanya gugup. “Ayo, ketahuan ‘kan kamu peduli sama aku? kamu udah mulai suka sama aku ya?” sambung Reva menggoda suaminya. “Apaan sih kamu? itu tuh cuma karena aku masih punya hati nurani. Ngarep aku sukain?”“Udah lah enggak usah sok cool gitu Om, padahal kalau tidur aja ngorok dan suka buat gaya nyeleneh.”Baru saja ingin menyuap sesendok nasi ke dalam mulutnya, sontak ia urungkan. Ia kembali menatap Reva dengan mata melotot. “Apa katamu?!”“Ups, keceplosan,” ucap Reva seraya menutup mulutnya.“Kamu tahu dari mana?” Sebenarnya Zidan dengar yang Reva ucapkan tapi dia pura-p
Baca selengkapnya
Bab 22
Tok tok tok!“Cepat dong! katanya mau pergi!” seru Zidan di depan kamar Reva. Sesuai kesepakatan, malam ini mereka akan makan malam bersama di rumah orangtua Zidan dan orangtua Zidan pun tidak keberatan dengan itu. Zidan akhirnya menuruti permintaan Reva agar foto aibnya dihapus.Namun hampir jam 7, Reva belum juga keluar dari kamar sementara Zidan sudah siap dari tadi. “Sabar Om! sebentar lagi siap!” sahut Reva dari dalam. Zidan memeriksa jam di tangan kirinya yang telah menunjukkan pukul 7 kurang 10 menit. Ia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya padahal tadi mereka janji sama Mama Eva akan datang jam 7 tapi jam segini saja Reva belum siap. Tak kunjung dibukakan pintu, Zidan akhirnya menyerahkan dan lebih memilih menunggu di ruang tamu. Malam ini Zidan kelihatan tampan dan lebih muda karena pakaian yang dikenakan terlihat kasual dan trendi. Atasan turtleneck hitam dibalut dengan jaket kulit coklat dan bawahan celana jeans biru laut, rambutnya yang masih sedikit basah ditata
Baca selengkapnya
Bab 23
Hari ini adalah hari Senin, hari tersibuk telah datang kembali. Semua yang sekolah kembali sekolah, semua yang kuliah kembali kuliah dan semua yang bekerja kembali bekerja dan begitupula dengan Zidan, sang CEO muda yang hari ini memiliki perjalanan bisnis ke Surabaya.Setelah sarapan, Reva dan Riri mengantarkan Zidan ke depan. Riri juga membawakan koper Zidan karena kemungkinan Zidan akan berada di sana selama 4-5 harian.“Hati-hati ya,” ucap Reva. Zidan mengangguk. “Kamu juga jangan ceroboh selama aku enggak ada.” “Iya.” Reva lalu menadahkan tangannya untuk salim, Zidan memberikan tangannya. Riri yang sedari tadi menyimak hanya bisa tersenyum canggung. Menurutnya pasangan suami istri ini masih tampak canggung satu sama lain jadi membuatnya ikut canggung namun sesaat kemudian sesuatu terjadi yang membuat Riri sontak melebarkan matanya. Zidan mengecup kening Reva. Reva sebenarnya sama shocknya dengan Riri. Dia tuh masih kaget kalau dapat serangan mendadak gitu namun si pelaku alias Z
Baca selengkapnya
Bab 24
“Kayaknya benar ini rumahnya,” gumam Kevin di dalam sebuah mobil sedan merah. Ia tampak sedang berhenti di depan pagar rumah Reva dan Zidan sampai membuat Pak Anton yang sedang duduk di pos berdiri celingak-celinguk ketika melihat ada mobil berhenti di depan pagar.Setelah yakin, ia keluar dari mobilnya sambil menenteng sebungkus plastik hitam yang berisi sesuatu. “Permisi!” “Ya, mau cari siapa Dek?” tanya Pak Anton. “Saya—“ ia sengaja menggantung ucapannya saat tak sengaja melihat ada sebuah motor di halaman rumah Reva yang enggak asing di matanya. “Hm, apa benar ini rumahnya Reva Queen Arabella?”“Iya benar Dek. Adek ini siapa dan ada perlu apa?” Setelah berpikir sejenak, Kevin akhirnya menyodorkan bawaannya pada Anton. “Saya temannya Reva, Pak. Boleh minta tolong berikan ini padanya? saya enggak bisa lama-lama di sini soalnya saya masih ada urusan lain.” “Ohh, boleh Dek. Ngomong-ngomong nama adek siapa? Biar kalau non Reva tanya, saya bisa kasih tahu.” “Bilang saja dari teman
Baca selengkapnya
Bab 25
Hari terus berganti, sudah 4 hari Reva tidak masuk kuliah dan sudah 4 hari pula Zidan di luar kota. Hari ini, Reva akan kembali kuliah, kakinya sudah sembuh dan bisa berjalan normal kembali seperti biasa.“Non, yakin kuliah hari ini? tanggung Non. Kenapa enggak Senin aja mulai kuliah lagi?” tanya Riri yang sedang menyiapkan bekal untuk Reva. Reva yang memintanya sendiri.“Enggak apa-apa Mbak. Saya udah sembuh kok, udah bisa jalan normal juga,” jawab Reva setelah meneguk air putihnya hingga habis.“Ya udah kalau gitu, tapi hati-hati ya Non.”“Iya, Mbak. Ya udah kalau gitu, saya berangkat.” Reva berdiri, menyimpan kotak bekal yang telah disiapkan Riri ke dalam tas totebagnya yang terbuat dari jeans.Riri ikut mengantar Reva sampai ke depan. “Hati-hati ya Non.”“Iya Mbak.” Reva pergi ke kampus menaiki motornya.Setibanya di kampus, Reva langsung menuju ruang kuliahnya yang berada di lantai 2. “Reva! sayangku! akhirnya kamu balik kuliah lagi!” seru Rosa yang langsung menghampiri Reva di
Baca selengkapnya
Bab 26
Tok tok tok! Tok tok tok!Sudah berkali-kali, Zidan mengetuk pintu namun tak ada satu pun orang yang membukakan pintu untuknya sampai ia sesekali menepuk lengan dan kakinya karena dikerubungi nyamuk.Tok tok tok!“Ke mana sih orang-orang.” Zidan mulai kesal namun orang rumah juga tidak bisa disalahkan mengingat ia baru tiba di rumah pukul setengah 4 pagi. Sudah pasti orang-orang masih terlelap sekarang.Zidan akhirnya mencoba menghubungi Riri dan akhirnya diangkat.“Halo! Tolong buka pintu, saya sudah di depan sekarang.”“Oh, Tuan Zidan. Maaf, saya tidak tahu, saya ketiduran.”“Ya, enggak apa-apa. Tapi sekarang tolong buka pintunya.”“Baik Tuan.”Tak lama setelah sambungan terputus, pintu rumah akhirnya dibuka dan Zidan bisa masuk.“Sekali lagi saya minta maaf Tuan.”“Ya, enggak apa-apa,” jawab Zidan lalu melewati Riri. Saat tiba di depan pintu kamar Reva, ia berhenti, meletakkan tangannya di gagang pintu dan menekannya perlahan, ternyata kamarnya tidak terkunci. Ia pun masuk, berja
Baca selengkapnya
Bab 27
Setelah semua orang pulang, Reva merasa kesepian lagi. Rumah kembali sepi dan anehnya suaminya, orang yang seharusnya ada saat perayaan ulang tahun istrinya malah belum menunjukkan tanda-tanda akan pulang. Jam telah menunjukkan pukul 9 malam, beberapa jam lagi sudah mau berganti hari.Ia menghela napas panjang, benar-benar sudah tidak ada harapan lagi. Ia beranjak dari sofa setelah mematikan tv, berniat untuk langsung tidur saja namun,Ting! Ting! Bel rumah berbunyi membuat Reva sontak menatap ke arah pintu depan. Kakinya tergerak melangkah ke depan.Ceklek! Ia bisa melihat suaminya sedang berdiri di hadapannya dengan kepala tertunduk dan tangan yang berada di dahinya.“Om, kamu kenapa? kamu baik-baik saja?"Zidan mendongak, matanya tampak sayu, pipinya merah seperti orang yang habis mabuk. “Aku baik-baik saja.” Zidan menerobos masuk, melangkah agak sempoyongan.“Kamu habis mabuk ya Om?” Zidan berbalik, menatap Reva lama lalu menggeleng. “Enggak. Aku enggak mabuk, aku cuma minum du
Baca selengkapnya
Bab 28
Zidan pulang sore hari ini. Hari ini tidak banyak kerjaan di perusahaan sehingga ia bisa pulang lebih cepat. Ting! Ting!Ceklek! Ketika Zidan masuk, ia bisa melihat Reva dan Riri sedang sibuk menggeledah ruang tamu. “Kalian lagi ngapain?” tanya Zidan.“Lagi nyari hardiskmu lah,” jawab Reva yang tampak ngos-ngosan, keringat tampak mengalir dari dahinya menetes hingga ke bawah. “Belum ketemu juga?” “Belum.” “Saya benar-benar tidak tahu Tuan, Non. Seingat saya, saya simpan hardisknya di laci meja nakas di kamar Tuan, tidak ada saya pindahkan lagi setelah itu,” ungkap Riri, Reva melirik Riri tidak percaya ketika ART itu menjelaskan pada Zidan. Bagaimana bisa Riri berkata seperti itu sementara Reva sama sekali tidak menyentuh hardisk itu, sudah pasti dia yang memindahkannya.“Terus kalian pikir hardisk itu punya kaki? Kalau di kamarku sudah tidak ada lagi, berarti di antara kalian berdua ada yang mindahin. Enggak mungkin ‘kan Pak Anton yang mindahin?"Reva semakin kesal ketika Zidan
Baca selengkapnya
Bab 29
“Oke. 1 kelompok terdiri dari dua orang ya. Ibu enggak mau 1 kelompok terdiri dari banyak orang karena kalau gitu pasti bakalan banyak yang enggak kerja. Ibu maunya semuanya bekerja jadi paham dengan tugasnya. Mengerti?” “Mengerti Bu!” “Oke. Sekarang Ibu akan bagi kelompoknya ya,” ucap sang dosen seraya memakai kacamatanya lalu menatap ke kertas absen.“Duh, kenapa enggak milih sendiri aja sih kelompoknya,” bisik Rosa ke Reva di sebelahnya. “Iya, enakkan milih sendiri. Tapi, ya udah lah.”“Di catat ya. Kelompok 1, Sinta dan Caca, kelompok 2 Rosa dan Nana."“Yes, kita barengan.” Rosa dan Nana berpegangan tangan sebentar, sementara Reva di tengah di antara mereka cemberut karena otomatis tidak sekelompok dengan salah satu temannya.“Kelompok 3, Gio dan Serli, kelompok 4 Brian dan Ali. Kelompok 6 Reva dan Kevin.”Mata Reva terbuka lebar ketika mendengar nama teman sekelompoknya lalu saling pandang dengan temannya yang berada di kiri dan kanannya. Setelah dosen membagi semua kelompok
Baca selengkapnya
Bab 30
“Enggak Tuan, sa-saya enggak apa-apa. Saya izin sebentar mau keluar. Permisi.” Tanpa persetujuan Zidan, Riri langsung menyelonong pergi bahkan dengan langkah terbirit-birit.Zidan berbalik, melihat Riri yang sudah tiba di depan pagar dengan dahi berkerut dan mata memicing. ‘Sepertinya ada yang tidak beres di sini.'Zidan bergegas masuk, memeriksa ke setiap ruangan termasuk kamar Reva. ‘Dia tidak ada di kamarnya. Apa dia belum pulang?’ Zidan memeriksa jam di tangannya yang telah menunjukkan pukul 4 lewat 15 menit. ‘Bukankah seharusnya dia sudah pulang sekarang?’ walaupun cuek dengan Reva, ia tetap mengetahui seluruh jadwal kuliah Reva.Setelah memeriksanya semua tempat di bawah, ia pun pergi ke lantai 2. “Astaga, Reva!” pekik Zidan ketika menemukan istrinya sudah tergeletak tak sadarkan diri di depan kamarnya. Ia memeriksa denyut nadi di tangan Reva dan ia masih bisa merasakannya, ia juga melihat ada lampu tidurnya di sebelah Reva, sepertinya alat itu yang digunakan pelaku sampai membu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status