All Chapters of Dikejar Mafia Posesif: Chapter 31 - Chapter 40
96 Chapters
#31. Emosi Labil Ibu Hamil
Marcus menyadari, kehamilan Cecilia membuat emosi wanita itu lebih labil daripada biasanya.Kadang Cecilia bersikap dingin terhadap Marcus sepanjang hari, dan jika Marcus bertanya bagaimana perasaannya, Cecilia tidak mau jawab.Atau Cecilia hanya akan mengatakan, “Jangan khawatir, aku baik-baik saja,” dengan nada datar seperti mesin.Dia jelas tidak baik-baik saja. Morning sickness-nya cukup parah. Tidak ada nafsu makan.Bibi pengurus rumah tangga kerap mendengar Cecilia menangis sendirian di kamar. Hana, sekretaris Marcus, selalu berkunjung setiap siang untuk memeriksa kondisi Cecilia. Dan sesuai laporan bibi pengurus, Cecilia selalu mengurung diri di kamar.Dr. Choi menyarankan Marcus membawa Cecilia berlibur ke tempat yang Cecilia sukai. Maka, Marcus mengambil cuti. Dia pun menyiapkan sebuah kejutan untuk Cecilia.“Sayang, bangunlah!” Marcus menepuk pipi Cecilia.“Pukul berapa sekarang?” tanya Cecilia lirih dengan mata yang masih terpejam.“Pukul enam,” jawab Marcus bersemangat.“K
Read more
#32. Kenikmatan yang Menjerat
Perjalanan dengan kereta itu makan waktu dua jam.Selama satu jam, Cecilia berusaha menaklukkan pikiran-pikiran yang berteriak rusuh di dalam benaknya dengan menikmati pemandangan sambil mendengarkan musik.Setelah amarahnya benar-benar padam dan hatinya sudah tenang kembali, Cecilia menengok ke arah Marcus yang juga terus mengawasinya.Pandangan mereka bertemu.Cecilia menghela napas berat melihat wajah Marcus yang tampak suram. Mata Marcus dipenuhi penyesalan dan kekhawatiran.Bunga yang biasanya mekar dengan percaya diri itu kini terlihat layu.Cecilia pun merasa iba. Cecilia bangkit dan kembali ke kursinya di samping Marcus.“Sayang …” bisik Marcus sedih. “Maafkan aku …”Cecilia tersenyum dan mengangguk.“Aku juga minta maaf. Pemandangan di luar sana bagus sekali.” Cecilia meraih tangan Marcus, lantas memulai obrolan ringan. “Hatiku jadi tenteram melihatnya. Mau mendengarkan musik bersamaku?”Marcus mengangguk. Cecilia memasang earphone nirkabel di telinganya dan di telinga Marcus
Read more
#33. Selagi Masih Hangat
Setelah empat hari tiga malam liburan di vila, mereka kembali ke apartemen mereka pada hari Minggu pagi. Pekan liburan mereka yang penuh kejutan dan gairah telah berakhir. Pada hari Senin, Marcus kembali bekerja, sementara Cecilia harus bertemu Dr. Choi untuk melakukan pemeriksaan rutin.“Hmmm, aneh. Anda tampak lebih lelah dibanding minggu lalu. Apa Anda dan suami Anda mengikuti saran saya?” tanya Dr. Choi.“Sebenarnya, Dokter, pekan lalu kami melakukan hubungan intim beberapa kali.”“Hm.” Dr. Choi bergumam. “Memang bukan itu penyebab Anda mengalami kelelahan yang cukup parah seperti ini. Menurut saya, Anda bekerja terlalu keras. Bukan secara fisik, tapi mental Anda.”Cecilia mengangkat alis dan menatap Dr. Choi bingung.“Sepertinya … Anda memaksakan diri melakukan hal-hal yang tidak Anda senangi … dan berpura-pura menyukainya,” ujar Dr. Choi.Tebakan Dr. Choi tepat sekali, membuat Cecilia tersentak.“Jika dilihat dari betapa berbedanya karakter Anda dan suami Anda, pastilah awal-awa
Read more
#34. Pesta Terakhir Kita
Perjamuan akbar itu dihadiri dewan komisaris dan pasangan mereka pada jam makan malam. Ada pula beberapa tamu yang bukan komisaris Wong Enterprise yang diundang sebagai upaya Marcus meluaskan jaringan sosial serta bisnis.Pada dasarnya ini adalah sebuah pesta gastronomi kaum sosialita. Ada tiga chef ternama yang diberikan tanggung jawab menyediakan hidangan istimewa, yakni chef khusus masakan Asia, chef khusus masakan Barat, dan chef khusus pastry (pattisier).Kedua sekretaris Marcus, Hana dan Daniel, telah melakukan pekerjaan luar biasa dalam mempersiapkan pesta ini.Berdiri di sisi Marcus di pintu masuk ballroom hotel ketika menyambut para tamu yang berdatangan, Cecilia merasa sangat gugup.Para tamu yang menghadiri pesta itu membuat Cecilia minder. Semuanya tampil mempesona, berkarisma, dan mereka menakutkan, seolah siap menginjak-injak kehormatan Cecilia yang bukan siapa-siapa dengan sindiran halus.Krystal dan kedua orang tuanya juga datang.Krystal membawa teman kencannya. Pria
Read more
#35. Pagi Sebelum Perpisahan
Setelah menikah, bagi Marcus, bangun lebih awal sebelum Cecilia membuka mata memberikan Marcus suatu kepuasan tersendiri.Marcus baru akan beranjak dari tempat tidur setelah puas mengamati Cecilia yang masih lelap di sisinya.Kebiasaan itu terasa seperti suatu keharusan, seperti meneguk secangkir kopi sebelum berangkat kerja, itu menyiapkan mentalnya untuk menghadapi kesibukan yang menjauhkannya dari Cecilia selama dia bekerja.Pagi itu pun demikian. Cecilia tidur dengan lelap dalam pelukannya. Wajahnya yang polos tanpa riasan tampak sedikit pucat, namun kecantikannya tidak sedikit pun berkurang.Atau mungkin, kecantikan itu tidak lagi penting mempengaruhi suasana hati Marcus. Dia telah menyukai Cecilia, bagaimanapun penampilannya. Setiap kali dia memandang Cecilia, hatinya berselimut kehangatan yang begitu nyaman.Tetapi pagi itu rasanya agak berbeda. Marcus merasa enggan berangkat ke kantor. Entah kenapa.Marcus mengendus aroma tubuh Cecilia yang kini jadi semacam aromatherapy untuk
Read more
#36. Eksekusi Rencana Gila
Setelah Marcus berangkat, Cecilia menghubungi Hana dan meminta sekretaris Marcus itu menemaninya ke mall. Itu hal yang tidak biasa. Cecilia tak pernah suka jalan-jalan kecuali jika Hana memaksanya. “Aku ingin membeli hadiah untuk suamiku.” Cecilia memberi alasan. “Tapi … bukankah seharusnya Nyonya beristirahat di rumah hari ini … setelah Nyonya begitu sibuk menjamu para tamu semalam?” “Suamiku juga lelah, namun dia tidak sempat istirahat,” kata Cecilia. “Karena itulah aku ingin membelikannya suplemen, juga aksesori kecil yang bisa dia bawa kemanapun dia pergi.” “Waaah, Nyonya dan Tuan jadi semakin mesra saja.” Hana terkekeh girang. “Baiklah, mari kita belanja hari ini.” Cecilia pergi ke sebuah toko busana pria. Dia membeli sebuah bros dasi untuk Marcus. Ketika Cecilia hendak membayar, seorang ka
Read more
#37. Hidup Baru Cecilia
‘Sungguh bodoh ….’Marcus menenggak whiskey langsung dari mulut botol itu. Pria itu duduk di ruang tengah yang kosong dan hening.Marcus terdiam merenung. Wajah Cecilia terus terbayang di benaknya.Berbagai pikiran dan perasaan menghampirinya. Tapi, yang menjadi pertanyaan besar adalah, mengapa Cecilia selalu ingin kabur dari Marcus? Mengapa Cecilia begitu membenci Marcus?Perempuan itu begitu sulit dimengerti. Dan Marcus sendiri tak mengerti kenapa dia mendambakan perempuan sesulit itu. Padahal dia bisa mendapatkan selusin perempuan lain, yang lebih cantik, dan mudah ditaklukkan.Yang Marcus tahu … memandang Cecilia dan bersama dengannya … terasa bagai candu, bagai injeksi penenang bagi Marcus.Setiap kali Marcus dengar kata cinta, saat itulah dia lihat dengan jelas setiap hal yang berhubungan dengan Cecilia. Wajah Cecilia yang pucat dan terkadang merona, sikapnya yang dingin, pelukannya yang hangat. Suaranya yang agak serak, caranya bicara, derai tawa serta tangisnya.Marcus sudah b
Read more
#38. Impian Masa Kecil
Cecilia dan Travis memang sudah lama tidak bertemu, bahkan sejak Cecilia menikah dengan Marcus. Tapi, suasana hati Cecilia setiap kali melihat Travis masih tidak berubah. Cemas, takut, yakin bahwa kedatangan pria itu membawa kabar buruk.“Jadi … karena alasan apa … Anda menemui saya di sini?” tanya Cecilia gugup.“Ah, Cecilia, jangan ketus begitu kepadaku! Cobalah sedikit bersikap manis! Aku kan orang yang sudah menyelamatkanmu dari Krystal!” Travis berongkang-ongkang kaki. “Aku sudah sediakan kau tempat tinggal! Lalu aku buat Krystal dan suamimu berhenti mengusikmu! Aku juga tidak pernah menuntutmu untuk lekas melunasi utangmu!”Sepertinya Travis memang sengaja mengeraskan suaranya, karena tahu Bibi Man dan Ting-Ting mengawasi percakapannya dengan Cecilia dari balik meja kasir.“Huh, sudah kuduga, perempuan itu memang punya banyak masalah!” bisik Bibi Man pada putrinya. “Ternyata dia kabur dari suaminya!”Ting-Ting tidak menyimak apa yang dikatakan ibunya. Perhatiannya tertuju penuh
Read more
#39. Gunjingan Para Tetangga
Cecilia tidak berani memberi tahu Jackson bahwa dia sudah tidak bekerja di restoran Paman Man lagi.Karena itulah, setelah Jackson berangkat kerja, Cecilia pun mencari pekerjaan dengan mendatangi setiap restoran, toko, ataupun penginapan yang dilewatinya.Dengan perutnya yang begitu besar Cecilia berjalan belasan kilometer jauhnya di bawah terik matahari. Setiap pintu yang dia masuki hanya berakhir dengan penolakan.Sebenarnya tidak mengherankan jika tidak ada yang sudi menerimanya bekerja.Cecilia sedang hamil tua dan akan segera melahirkan. Dia juga tidak punya dokumen identitas seperti KTP atau ijazah, dan satu-satunya kualifikasi yang dia punya hanyalah pengalaman bekerja di restoran Paman Man selama lima bulan.Pukul 1 siang, sang ibu hamil memutuskan untuk beristirahat dan memakan bekalnya di tepi jalan.Seperti tadi malam dan tadi pagi, siang itu pun Cecilia hanya makan bubur dan ikan asin. Usai menyantap bubur dingin yang sudah begitu cair, Cecilia menunduk, memandangi perutny
Read more
#40. Aku Tidak Lemah
“Memangnya kau sudah tahu, akan tinggal di mana kalau kita pindah ke kota?” tanya Cecilia.Jackson menggelengkan kepala. “Sejujurnya aku belum tahu. Tapi, Tuan Travis pasti bisa membantu kita. Tuan kan punya banyak uang, aku bisa meminjam uang dulu untuk menyewa rumah yang layak Kakak tempati.”“Jangan terlalu tergantung pada Tuan Travis, Jackson! Dan jangan berutang padanya! Orang itu bos rentenir, dan seorang gangster pula!”“Tapi bayi di dalam kandungan Kakak kan keponakannya. Sebagai paman, masak Tuan Travis tidak mau bantu keponakannya sendiri? Tuan juga bilang kepadaku, kalau aku jadi anak buahnya, aku bagian dari keluarganya.”Cecilia menatap Jackson dengan sangat cemas.Seharusnya Jackson takut pada Travis yang dulu pernah memukulinya sepanjang malam sampai tangannya patah, namun sekarang, Jackson malah seolah begitu mengidolakan bos gangster itu.Travis pasti telah mengiming-imingi Jackson dengan sesuatu yang sangat Jackson butuhkan, sehingga Jackson pun dengan senang hati ma
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status