All Chapters of Mutiara Untuk Abang: Chapter 31 - Chapter 40
69 Chapters
Bab 31 Aku Pria Menikah
Selama hidupnya, tak pernah ia merasakan hari sebaik hari ini dan sesemangat ini. Rara mengulas senyum ramah begitu keluar dari mobilnya. Menyapa riang setiap staff dan karyawan di rumah sakit itu dan mendapatkan balasan yang serupa. Mendengar bahwa hampir semua kolega di rumah sakit itu mendukungnya bersatu lagi dengan Motaz menjadi riak kesenangan di hati Rara. Bangga, tentu saja. Nasib baik akan berpihak padanya bahwa ia akan bersanding sebentar lagi dengan Motaz. Motas pasti tak akan menolaknya kalau ia gencar mendekati dan merengek. Motaz termasuk yang paling mudah karena sifatnya itu. Memasuki departemennya dan melewati front office, telepon ekstensi di tepmpat itu berdering nyaring. Staff yang bertugas segera mengangkat panggilan itu. Rara mengangguk menyapa, tetapi langkahnya justru dihentikan oleh staff itu. "Dokter Rara dicari Pak Motaz. Diminta segera ke ruangannya." "Ada apa?" Tanyanya tetapi wajahnya menampakkan senyum jumawa. Merasa berhasil menarik perhatian Motaz
Read more
Bab 32 Dibalik Setiap Cerita
"Terima kasih bubur ayamnya. Enak." Pesan singkat itu membuat hati Mutiara mengembang seketika. Walaupun terkesan datar dan tanpa embel-embel emoticon apapun, pesan itu mampu menelusup relung hati Mutiara yang selama ini gelap dan dingin rasanya. Mustahil kalau ia tidak terbawa perasaan, sekuat apapun, semandiri apapun selama ini ia bertahan ternyata perhatian dari Motaz serta pesa-pesan singkat itu menelusup memberi getaran berbeda pada dirinya. Menjaganya semalaman, membuatkannya sup iga sampai makan malam yang biasa tetapi membuatnya bersantai malam itu, semua mengayun di dada Mutiara dengan merdu dan alami. Membuatnya nyaman dan santai. Mutiara menarik tipis bibirnya ke samping kanan dan kiri. Ia bahkan belum keluar dari ruang operasi saat membaca pesan itu, masih di ambang pintu yang terbuka tertutup oleh staff lain yang lewat. "Ada masalah, Dok?" Mutiara terperanjat oleh Lisa di belakang punggungnya, senyumnya menghilang berganti keterkejutan. Refleknya yang langsung men
Read more
Bab 33 Mengintai
"Sudah berapa lama dokter Mia absen?" Mutiara memangkukan tangannya di meja menatap lurus pada Faiz yang sekarang sedang berdiri dengan tangan saling bertaut di depan dan menunduk. "Lima hari, Dok.." Jawabnya jujur. "Lima?!!" Mutiara memekik. Faiz tersentak karena pekikan itu, tetapi ia sadar bahwa ia tidak memiliki hak untuk terkejut karena sentakan Mutiara itu. Ia sadar bahwa ia salah. Faiz mengangguk takut dan menyesal. "Dia pergi lima hari dan kamu tidak melapor pada siapapun?" Mutiara sampai harus menelengkan kepalanya agar melihat raut Faiz. Faiz bergeming kaku. Mutiara memang terkenal dokter yang baik dan tegas. Tetapi Faiz sama sekali belum pernah melihat Mutiara marah. Ternyata, lebih mengerikan daripada mendengar omelan Mia. "Kamu tau apa kesalahan kamu?" Lagi-lagi Faiz mengangguk. "Kamu merasa bisa menangani pasien-pasien itu sendirian? Kamu tau justru kamu yang akan bertanggung jawab penuh kalau sampai pasien tadi tidak selamat?" Mutiara mengetatkan rahangnya. Ia
Read more
Bab 34 Quality Time di Dapur
Sore itu Motaz pulang dengan membawa sebuah keputusan di tangannya. Setelah berbincang dengan Prof. Ardi, meminta saran dan lain sebagainya, juga berbincang dengan Pras soal orang tua Mia.Motaz memutuskan untuk mengeluarkan Mia sebagai pancingan untuk melihat respon kedua orang tua Mia. Motaz tak sabar memberitahukan itu pada Mutiara.Mobilnya tiba di garasi rumahnya saat langit sudah mulai menggelap. Lampu-lampu rumah tentu saja belum menyala. Kondisi rumah masih gelap. Mutiara pasti belum pulang.Motaz mengeluarkan ponselnya di depan pintu. Mengecek adakah balasan dari Mutiara, ternyata ia harus menelan kekosongan.Mutiara hanya membaca pesannya. Mungkinkah gara-gara Faiz tadi, pekerjaannya jadi berlipat ganda.'Kamu pulang terlambat malam ini?'Beberapa kata itu berhasil dikirimkan setelah Motaz melalui banyak kata yang akhirnya terhapus olehnya sendiri. Norak atau tidak, memalukan atau tidak, dan lain sebagainya.Dengan banyak pertimbangan dan waktu berlalu di depan pintu depan
Read more
Bab 35 Terombang-ambing Rasa
Hujan turun mengguyur sekitar rumah Motaz dengan derasnya. Dentang hujan besar-besar yang menimpa kaca jendela menimbulkan bunyi berisik yang tidak hanya mengganggu pendengaran. Tetapi juga menambah kacau pikiran Mutiara sekarang. Ia masih tak paham kenapa Motaz menanyakan hal itu. Bukankah mereka sudah pasangan suami istri? Alasan lainnya, kata-kata itu persis seperti yang dipakai Nicho untuk melamarnya. Sebenarnya bukan hal yang spesial karena kata-kata itu umum dipakai, tetapi.. Tetapi.. Mutiara hanya benci karena apa yang ada di Nicho semuanya ada di Motaz. Ia benci karena kesamaan itu. Mutiara bergerak membersihkan sisa makan malam itu dalam diam. Meneruskan pekerjaan membuat 'food preparation'nya dengan hati dan pikiran kacau tanpa mau mendapatkan bantuan sedikit pun dari Motaz. Motaz mundur teratur karena pengusiran secara tak langsung itu. Memilih menunggu. Mutiara menyelesaikan 'pekerjaannya' itu lepas jam sembilan malam. Lalu beranjak naik ke kamarnya, menyelesaikan e
Read more
Bab 36 Weekend
Apa yang membuat Mutiara berani mengutarakan bahwa ia berencana untuk jatuh cinta pada Motaz?Apa Mutiara diam-diam mulai menyimpan rasa pada Motaz?Apa karena kesamaan-kesamaan yang ia sebutkan tadi, makanya hatinya tertambat pada Motaz?Atau memang sudah waktunya dia move on dan fokus dengan apa yang ada di depan mata.Mutiara menyilangkan tangannya di depan dada menghadapi Motaz malam ini.Mutiara sudah berganti dengan hijab instan beberapa saat lalu. Mukenanya hampir seluruhnya basah terkena tumpahan kopi.Malam itu, malam panjang untuk mereka. Bukan untuk bermesra ria, bukan untuk apa-apa. Tetapi untuk bertukar kata menyibak ganjalan hati. Saling jujur atas keinginan masing-masing.Mutiara bahkan turun kembali untuk menemui Motaz yang sedang termenung di kamarnya. Mutiara memasuki kamar itu pertama kalinya. Kamar nuansa abu putih dengan lantai kayu vinyl, memberi nuansa maskulin tetapi hangat."Kamu benar. Kamu tidak berusaha sendiri, Motaz. Aku memang sedang mengupayakan untuk m
Read more
Bab 37 Roti Alot dan Susu Dingin
Malam itu cerita Motaz mengingatkannya pada masa lalunya. Masa lalu pahit yang selalu ingin dilupakannya. Masa lalu pahit yang menjadi alasan mengapa Mutiara selalu ingin melangkah lebih dari apa yang ia mampu. Masa lalu pahit yang membuat Mbah Uti begitu berusaha keras agar dirinya mendapat kehidupan yang lebih baik. Mbah Uti... Sudah berapa lama Muti tidak berkabar dengan perempuan tua yang menjadi satu-satunya yang menyayanginya itu? Mutiara bergegas cepat meninggalkan kamar Motaz, sepertinya ia melewatkan sesuatu kemarin. Sepertinya... Meski sekilas, Muti melihat pesan dengan nama Bulek kemarin, entah kemarin kapan itu. Pasti Bulek Nunik. Masalahnya dengan Motaz terlupa begitu saja. Masalahnya belum usai. Motaz belum mengatakan apapun dan belum memutuskan apapun. Apakah dia akan tetap dengan perasaannya, atau laki-laki itu akan memilih mempertahankan pernikahan itu. Tidak tau. Mutiara tidak tau, nalurinya mendorong bahwa ia harus menggeser itu sekarang dan memilih mengetahui
Read more
Bab 38 Start Our Journey
Mutiara merasakan Motaz beranjak dari sisinya, juga mendengar pintu kamarnya membuka lalu menutup. Ia menyangka bahwa Motaz sudah pergi dari sana dan masuk ke dalam kamarnya.Tapi siapa sangka, ternyata laki-laki itu masih berdiri di depan kamarnya dengan senyum sempurna mengarah padanya.Mutiara terhenyak lantas memaku. Malunya bukan main.Dengan kembali menutupkan tangan di wajahnya, Mutiara menyentak bangun dan berlari ke kamarnya. Tetapi belum sampai ia melangkah di anak tangga pertama, langkahnya berhasil dihentikan Motaz."Minggir!!" Dengus Mutiara, kedengarannya malah seperti sebuah rengekan.Kedua bahunya dicekal oleh Motaz, ia memalingkan muka juga menutupi wajahnya dengan tangan. Malu. Mutiara benar-benar malu.Tangan Motaz bergerak menyentuh pergelangan tangan Mutiara. Perlahan-lahan menurunkan kedua tangan yang menutupi wajah itu. Lagi-lagi Mutiara masih memejam.Motaz tersenyum karena tingkah menggemaskan wanita di depannya itu. Wanita yang sudah menjadi istrinya secara t
Read more
Bab 39 Menyibak Fakta
Mutiara sama sekali tidak menyangka dengan pilihan film Motaz yang akan mereka tonton hari itu. Mutiara pikir mungkin Motaz menyukai semacam action atau thriller atau malah film-film documentary yang berbau sains.Siapa yang menyangka bahwa Motaz justru memilih film komedi lokal yang jarang diperhitungkan.Mutiara termasuk yang jarang sekali menonton film apalagi untuk pergi ke bioskop. Dia sama sekali tidak mengerti dengan dunia sinematografi, film apa yang sedang trending apalagi artisnya. Kecuali Nicho. Ya, satu-satunya aktor yang dikenal Mutiara adalah Nicho.Sepanjang film itu diputar, sejujurnya fokus Mutiara sudah tidak lagi ada di film itu.Lantas di tengah-tengah film, sedang adegan lucu-lucunya, tiba-tiba air matanya mendesak tak terbendung. Keluar dengan derasnya dan sulit sekali dihalau. Ini film komedi, mustahil orang bisa menangis dengan sebegitu tersedu padahal orang-orang di sekitar sedang tertawa terbahak.Motaz terkesiap. Terkejut dengan apa yang terjadi dengan Mutia
Read more
Bab 40 Pengakuan
Beberapa jam yang lalu masih di ruang gelap bioskop pasca kepergian Motaz dan Mutiara.Kartika pun sudah tak lagi fokus pada layar besar di hadapannya itu. Sibuk mengetikkan sesuatu di layar ponselnya mengirim pesan pada Rara.Penasarannya pada Motaz yang membawa wanita berhijab membuatnya penasaran setengah mati. Baru beberapa hari kemarin Rara mengatakan bahwa mereka habis bercumbu bahkan di ruangan Motaz sendiri.Sekarang Motaz sudah berpaling?Mungkinkah laki-laki itu selingkuh?Apa Motaz tipe yang seperti itu?"Rara.. Bagaimana hubunganmu dengan Pak Motaz?" Tanya Kartika lewat telepon.Ia tidak puas hanya berbalas pesan dengan Rara, jawaban Rara pun terkesan mengambang tidak jelas, begitu film itu selesai Kartika tergesa keluar dari ruangan itu dan menghubungi Rara."Apa maksudmu?""Bagaimana hubunganmu dengannya? Apa kalian baik-baik saja?""Kenapa emang?"Rara di tempatnya entah sedang apa berusaha sebisa mungkin menyembunyikan fakta bahwa ia dicampakkan. Jangan sampai orang ta
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status