Semua Bab Pesona Istri Bayaran CEO Arogan: Bab 161 - Bab 170

"Sampai kapan Pak Ronald menyembunyikan Simon?"Mendengarnya, Ronald bak tersambar petir. Ia tak punya nyali lagi untuk menatap wajah Amanda yang bercampur antara ekspresi sendu sekaligus marah."Amanda, aku bisa jelaskan!" Ronald sama sekali tidak ingin hubungan mereka yang mulai membaik ini akan menjadi buruk kembali."Pak... Kalau Pak Ronald ingin saya pulih dan sembuh, seharusnya Pak Ronald jujur padaku..." Mulai terlihat titik butiran bening di pelupuk mata wanita cantik itu."Bukan begitu.. Aku tidak ingin kalau nanti mentalmu terganggu. Bagaimanapun, aku tahu kamu memang masih dalam kondisi belum pulih, kan?" Ronald menggenggam tangan wanita yang kini terasa dingin sekali."Tapi..."Genggaman itu dia kuatkan lagi. "Sssshhhhh... untuk sementara ini, kamu tenangkan diri dulu. Jangan berpikir macam-macam..."Kenapa hari ini dua wanita yang ada di kehidupan Ronald dalam kondisi yang tidak baik? Di rumah, Mamanya sedang gundah gulana memikirkan sang Papa.Dan di sini, Amanda akhirny

"Maksud Pak Ronald?" Amanda membuka matanya lebar-lebar.Tak menyangka sosok yang diceritakan sang sepupu adalah mantan mertuanya sendiri."Iya, Papaku. Itu pasti pacar barunya Papa. Karena yang terakhir, dia sempat berhubungan dengan wanita lain yang dikabarkan hamil itu. Entah bagaimana nasib hubungan mereka."Amanda diam saja dengan penuturan Ronald. Namun, ia sempat mendengar kabar bahwa wanita yang dulu sempat dekat dengan Papa Ronald memang mengalami akhir yang cukup naas."Dulu seingatku, pernah diberi tahu oleh seseorang... tapi aku tidak yakin dengan kebenarannya, Pak." Amanda masih ragu-ragu saat menceritakan hal tersebut."Cerita saja, kamu tidak usah takut begitu." Desak pria yang dulu pernah menjadi suaminya."Ya, intinya... aduh, saya takut salah ngomong nanti, Pak. Tapi, mohon Pak Ronald mencari tahu lewat investigasi sendiri soal kabar ini..."Amanda pun mulai bercerita tentang beberapa wanita muda yang katanya pernah memiliki hubungan asmara dengan sang mantan mertua.

"APA?"Ronald hanya bereaksi singkat, tapi dari nada bicaranya tampak emosi yang luar biasa sedang terjadi di dalam hatinya.Pusaran kemarahan, kekecewaan sekaligus keterkejutan terjadi saat ini.Dia tak mau selamanya hidup dalam bayang-bayang di balik panggung dan tak tahu menahu apa yang ada di atas pentas."Begitulah, Boss..." Jawabnya lagi.Intel itu benar-benar memberikan info yang sama sekali belum pernah diberikan oleh orang sebelumnya."Sejahat itukah Mamaku?" Ronald berpegangan pada dinding kamar mandi."Boss, aku tahu berita ini membuatmu terkejut. Tapi, memang sebaiknya jangan sampai Mamamu tahu kalau Boss sudah tahu soal ini. Dia adalah wanita yang... sangat, sangat...."Ketika Ronald akan mendengarkan kelanjutannya, tiba-tiba saja Amanda menggedor pintu kamar mandi."Pak? Pak? Saya mau pipis, nih..."Konsentrasinya terganggu."Oh, Boss... apa Boss harus mengakhiri panggilan?" "Ya, aku harus menutup panggilan ini. Bisakah kita bertemu?" Tanya Ronald, entah mengapa setelah

"Apa kamu benar-benar akan melakukan ini?" Simon sekali lagi menanyakan tentang niatan adik tirinya untuk mengurus penangkapan Mama kandungnya sendiri."Iya. Wanita itu sudah merusak kehidupan tiga laki-laki sekaligus. Papa, kamu dan aku!" Ucap Ronald."Aku sebenarnya sudah tahu sejak dulu, kalau kamu... ah sudahlah. Akan terdengar pahit saat aku mengatakan hal ini." Simon tidak jadi melanjutkan kalimat yang terpenggal itu."Kenapa? Katakan saja, bagiku sekarang tidak ada yang lebih pahit setelah tahu Mama seumur hidupku telah menipuku!" Ucap Ronald sambil menahan emosi.Jika ia adalah seorang wanita, mungkin sekarang sudah banjir mengeluarkan air mata."Sudahlah, statusmu tidak penting untukku. Setelah aku mempunyai dirimu sebagai adik, setidaknya aku tidak merasakan kesepian lagi.""Simon, aku... aku sebenarnya bukan anak Papa. Jadi, kita bukan saudara seayah!" Ronald merasa malu dengan kata-katanya sendiri."Apa bedanya? Bagiku itu tidak penting. Bagiku kamu tetap adikku. Itu saja!

"Ronald, kamu baik-baik saja?" Rupanya Simon menyusulnya keluar karena sejak tadi tak juga saudara tirinya itu kembali."Aku, baik!" Jawabnya lemas lunglai."Dari caramu menjawab saja aku sudah tahu kalau semua sedang tidak baik-baik saja. Tell me what happened!" Pintanya pada sang adik."Antar aku ke kantor polisi segera! Mamaku sedang dibawa ke sana!" Ronald menyerahkan kunci mobilnya pada Simon."WHAT?"Simon langsung menangkap kunci itu dan segera ke tempat parkir."Hey, pasang seat belt kamu, Ronald!" Dia membenarkan posisi duduk adiknya dan memasangkan sabuk pengaman.Setelah memastikan semua dalam keadaan aman, dia mulai menyalakan mesin mobilnya. Keduanya meluncur ke kantor polisi yang tadi diberitahu oleh intel bayaran Ronald.Dan benarlah, di sana sudah banyak wartawan datang berkerumun untuk mengambil berita."Tolong, kami mau lewat dulu, beri jalan!" Simon menampik beberapa mic yang disodorkan padanya untuk wawancara.Tatapan Ronald seperti manusia tanpa nyawa."Permisi...