All Chapters of Iveryne ; Mitos Pedang Iblis: Chapter 31 - Chapter 40
75 Chapters
31 — Ασημένιο άλογο
“Bagaimana bisa … Aelther? Apa yang terjadi?” Sebetulnya Iveryne ingin berteriak di depan wajahnya.‘Kenapa kamu menciumku!’ Tapi mengingat dia baru saja memakai Aelther, dia mengurungkan niat. Darah Reiger berdampak besar pada pedang perak itu, dan sekarang, dia tengah mengobati telapak tangan Reiger, membasuhnya, kemudian membalutnya dengan kain yang tersisa.“Kamu ingin bertanya tentang ciuman itu, bukan?” Reiger memainkan alisnya sembari memandang wajah Iveryne, namun gadis itu menggeleng singkat dengan wajah biasa. “Itu hanya satu ciuman, tidak ada artinya.” Reiger memberi pertanyaan lewat pancaran onyx kelabu. “Satu ciuman bisa tidak disengaja, ciuman kedua mungkin kebetulan. Dan ciuman ketiga … ” Ada jeda panjang, dan dia memilih tidak melanjutkan. “Dan … ciuman ketiga? Apa?” Iveryne benar-benar malu membahasnya, tidakkah pria ini mengerti bahwa dia sedang mencoba melupakannya! Hidungnya memerah tanpa sadar. Iveryne pura-pura bersin, meski itu tidak sepenuhnya berhasil, ka
Read more
32 — Penunjuk Jalan
“Kita tidak bisa mempercayainya begitu saja. Ini bisa jadi jebakan.” Reiger berkata, duduk di sisi lain sembari mengasah pedang. Hutan ini penuh dengan ilusi, mereka bahkan tidak seharusnya mempercayai apapun. Pendengaran maupun penglihatan. Tapi Iveryne adalah gadis tujuh belas tahun yang hampir mempercayai semuanya, tidak pernah dia melihat keraguan dalam biru cemerlang itu, sebaliknya, ada binar antusias ketika menemukan hal baru. “Coba jelaskan tentang cerita yang kamu maksud.” Iveryne meluruskan kakinya, dia berbaring dengan meletakkan kepala di atas ransel kulit, memandang langit-langit yang diisi oleh gemerlap bintang dan cahaya bulan, garis-garis seperti komet berada di sepanjang langkah ketika kuda perak melesat. Tidak ada obor atau pencahayaan lain. Setelah berhari-hari terkurung dalam Gua. Ini adalah penerangan terbaik. Lebih terang dan bercahaya dibandingkan masuk dalam ruangan penuh kristal bulan. Meski begitu, cahaya bulan secara langsung tidak ada bandingannya, apa
Read more
33 — Kadal Rawa Rawa
“Apakah masih lama?” Iveryne gusar dalam duduknya, satu-satunya hal yang membuatnya tidak tenang adalah, tubuhnya dan Reiger begitu dekat, nyaris tanpa jarak. Dalam beberapa detik, mereka bertahan di atas pohon, sembunyi dari kawanan serigala yang melolong nyaring. Mata merah menyala dan garis tubuh seperti serat akar cukup membuktikkan kalau hewan-hewan itu telah terinfeksi oleh sihir hitam.Untungnya, ukuran tubuh mereka terbilang masih normal. Selain mata tajam menusuk yang mengerikan. Iveryne menahan rasa jantungnya yang ingin segera melompat, nafas Reiger secara tidak sopan menyapa telinganya, dan itu terasa aneh.“Tunggu jauh.” Suara berat mendominasi atmosfer ketegangan.Yang Iveryne tidak ketahui adalah, bahkan ketika mengatakannya, pancaran onyx kelabu masih terkunci diam padanya, menatap lekat dan dalam. Pikirannya kosong sekarang, tidak peduli ada serigala buas mengancam nyawa di bawah hidungnya. Itu adalah biru cemerlang yang memikat, sinarnya menenangkan dan setiap seny
Read more
34 — Eger dan Moon
Iveryne berdecak marah selagi Calix dengan tenang menyuap buah apel setelah mengusapkan pada pakaiannya sendiri. Masing-masing baru selesai mandi dan membersihan tubuh, lalu disibukkan dengan aktivitas pribadi yang beragam.Seperti Wilder dan Heros, kedua pria jangkung itu berdebat dengan pembuatan api, setelah Calix mengadukannya dengan berani pada Iveryne dan Reiger bahwa kedua anak adam itu hanya menjadi bebannya selama mereka berdua tidak ada.Setelah menemukan sarang tikus tanpa penghuni yang setidaknya berukuran 4×4 meter, dan mata air di sampingnya, mereka tidak perlu berpikir dua kali untuk bermalam di sana sekaligus menghidupkan api.Dan sukses menjadi hiburan tersendiri, namun Iveryne malah menyimpan amarah padanya setelah cerita Calix perihal alasan mereka berakhir di sangkar kadal raksasa dan berkamuflase menjadi telurnya. Heros, dengan sok pahlawannya memimpin di depan dan, “Dia memilih lewat lumpur daripada genangan sungai, katanya trauma dengan lintah. Tapi itu bahkan m
Read more
35 — Hutan Yang Lain
Calix berjalan berdempetan dengan Iveryne, mencengkeram ujung bajunya kuat-kuat sementara sang gadis memegang kristal bulan dalam pelukannya. Ini adalah perintah Reiger langsung, lebih baik memegangnya daripada meletakkan dalam ransel. Beruntung mereka tidak bertemu kelabang sebesar Reiger seperti yang Iveryne katakan malam kemarin. Dan Calix, terlihat sangat paranoid sembari melirik takut-takut sekeliling melalui ekor matanya.“Aku jadi rindu Cherrol.” Calix berbisik. “Apa dia makan dengan benar … ” Kesedihan bercampur ketakutan dalam nada suaranya, mengapit Iveryne kuat, takut tiba-tiba ada lumpur menghisap kakinya. Tidak sesuai dengan cerita Wilder dan Heros tentang Calix, bahwa dia adalah yang paling berani di antara mereka, dan laki-laki itu sendiri mengatakan kalau Wilder dan Heros hanya menjadi bebannya. Tapi mengapa kesannya dia lebih ketakutan daripada Iveryne sendiri! Omong-omong tentang Wilder dan Heros, dua pria itu berada di barisan belakang, mencengkeram gagang pedan
Read more
36 — Alarm Siaga
“Ayo,” ajak Reiger sembari memasukkan tali arloji sekaligus kompas. Dia bergegas berdiri dan mematikan api. “Sepuluh menit lagi,” balas Wilder setengah sadar, dia baru tidur beberapa menit dan dipaksa bangun oleh Reiger. “Tinggalkan saja. Kita bisa tumbalkan dia,” sahut Iveryne lantang. Wilder segera berguling dan memaksa matanya terbuka. Mereka terus berpindah dari satu tempat istirahat ke tempat lain setelah dua jam. Karena seperti perkataan Reiger, “Sesuatu bisa saja mengunci aromamu dan tertarik mencarinya.” “Kamu tega sekali, Karamel … ” rengek Wilder, kakinya berjalan beriringan dengan Iveryne. Matanya masih setengah terpejam, dan dengan tiba-tiba menyandarkan kepala di bahu Iveryne. Seberapa menyedihkan pria itu kelihatannya, Iveryne tidak peduli, dia mengenal Wilder terlalu lama untuk mengenali kebohongannya.Dia mendorong Wilder kasar dan tanpa sengaja menabrak Heros, yang juga setengah sadar karena panggilan Reiger sebelumnya. Untung pria itu punya refleks yang bagus, j
Read more
37 — Sarang Goblin
“Ini tidak benar-benar emas asli, kan?” Wilder bersuara, memecah keheningan sejak satu setengah jam yang lalu.Alih-alih khawatir dengan keselamatan mereka, tampaknya pria itu lebih memilih terpesona pada jeruji emas tempat mereka dikurung.Calix menutup telinganya rapat-rapat dengan kedua tangannya, berusaha mengacuhkan pria itu. Sialnya adalah, dia terperangkap dalam jeruji emas yang sama dengan Wilder. Jadi tanpa aba-aba, dia bergegas menghampiri lelaki itu. “Mungkin palsu,” balas Heros sembari menguap, mereka sudah terkurung satu setengah jam lebih, dan yang bisa dilakukan hanya meluruskan kaki, itupun susah payah, mengingat duduk berdesakan.“Calix!” panggil Wilder, tempat duduk mereka hampir tidak berjarak, mustahil lelaki empat belas tahun itu tidak mendengarnya. “Apakah menurutmu emas ini asli?” Calix bersungut-sungut marah. Wilder kini menendang-nendang kakinya menanti jawaban. Dengan kesal dia berseru, “Demi Lucifer, Wilder Valdez ! Kita sedang terjebak di sarang Goblin!
Read more
38 — Perlawanan Lagi
“Heros … nyawa kita tergantung padamu.” Wilder berbisik lemah. Calix di sebelahnya ikut mengangguk dengan wajah sedih. “Biarpun kalian berlutut di kakiku, aku tidak bisa,” balasnya. Heros bersandar pada sudut kurungan sembari memandang nanar kedua tangannya sendiri. Tidak ada yang keluar dari sana.“Ayo coba lagi nanti,” sahut Iveryne, masih menunggu Heros menampilkan seberkas cahaya dari tangannya. “Dia tidak akan bisa. ‘Mana’ miliknya sudah terikat dengan pedang. Dia butuh Crusader.” Onyx kelabu menyorot tajam pada beberapa pedang yang tengah di kelilingi para goblin. “Kita tidak bisa terus menunggu. Ini hanya masalah waktu.” Iveryne ikut meluruskan kaki, bersandar pada jeruji di sebelah Reiger, ikut memandang ke arah para pedang. Namun anehnya, “Mengapa mereka tidak menyentuh Aelther dan Hellfire?” “Mungkin mereka takut api neraka.” Reiger menyahut datar, ekspresinya tidak terbaca antara serius dan bercanda. Dalam satu tarikan nafas, Wilder menepuk-nepuk bahu Heros dengan te
Read more
39 — Ujian Gorgolith
Sementara kelompok itu berupaya membebaskan diri dari jeruji emas, Gorgolith memantau dengan teliti. Melihat upaya mereka, Gorgolith memutuskan jalan keluar lebih sulit sebagai ujian terakhir.Gorgolith, dengan kekuatan luar biasa, memanipulasi elemen-elemen sekitarnya. Sebuah pintu batu yang besar tiba-tiba menutup di pintu keluar gua, menghalangi jalur keluar yang sebelumnya terbuka.Selain itu, beberapa batu besar bergeser menutupi koridor yang mengarah ke pintu keluar alternatif. Gorgolith menciptakan rintangan-rintangan dengan cermat, menantang kelompok untuk membuktikan kesiapan dan tekad mereka untuk melanjutkan perjalanan.Iveryne, Calix, Wilder, dan Heros bekerja sama dengan lebih hati-hati dan cerdik, mengatasi rintangan-rintangan yang baru muncul. Gorgolith tersenyum menyaksikan cara mereka menghadapi ujian terakhir sebelum diberikan izin untuk meninggalkan gua. Tantangan ini akan menguji solidaritas dan kemampuan adaptasi mereka sebelum mereka dapat melanjutkan perjalana
Read more
40 — Batu Harmonysta
Dalam ruangan gelap yang dihiasi perunggu-perunggu misterius, kelompok ini merasakan tekanan mental yang tumbuh seiring waktu yang mereka habiskan untuk mencoba memecahkan teka-teki ini. Simbol-simbol yang terpampang di antara perunggu-perunggu itu semakin terasa mengabur dan rumit.Iveryne, dengan kerutan di keningnya berkata, “Sesuatu terasa aneh. Ini lebih sulit dari yang aku kira.”Calix, mencoba mengidentifikasi simbol dengan malas. “Aku rasa kita butuh lebih banyak waktu untuk—”Reiger, memotong perkataan Calix dengan cepat. “Kita tidak punya banyak waktu. Kita harus menemukan cara untuk keluar dari sini sebelum cahaya bulan Erc selanjutnya.”Iveryne tahu tentang ini, mereka harus sampai ke sana, bagaimana pun juga, ini adalah tujuan awalnya, dan harus tersampaikan.Wilder, dengan ekspresi serius membalas, “Aku tidak yakin lagi dengan kemampuan kita. Simbol-simbol ini sepertinya tidak memiliki pola yang jelas.” Dia ikut mengurut pelipisnya lelah.Heros, dengan cobaan melanjutka
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status