“Apa maumu?” tanya Joey sambil mengusap-usap pinggangnya yang masih terasa nyeri, tempat pria berhoodie hitam itu tadi menyetrumnya. Bukannya menanggapi, pria itu malah terlihat hendak mengajak Joey berkelahi. Ia mengangkat kedua tangan ke depan tubuh, lalu memasang kuda-kuda bertinju. “Aku ingin tahu sehebat apa kau bertinju,” ucap pria itu dengan nada mengejek. Melihat Joey tampak ragu, dia kembali berbicara, “Jangan khawatir. Kali ini aku tidak akan menggunakan alat penyetrum padamu.” Sebagai seorang petarung sejati, ditantang seperti itu tentu tidak membuat Joey gentar. Kebetulan ia memang menyimpan dendam pada orang yang telah menyerangnya secara licik, dan ia malah mendapatkan kesempatan membalas dendam dengan cara yang paling disukainya. Setelah memasang sarung tangan yang pria bersetelan jas putih lemparkan padanya, Joey pun melakukan gerakan pemanasan sebelum berlari kecil ke tengah-tengah ring, siap untuk melakukan pertarungan. “Jangan menyesali kesombonganmu!” seru Joey
Read more