Semua Bab Disakiti Suami, Dicintai Bos Bucin: Bab 61 - Bab 69
69 Bab
61. Pesta Perusahaan
Keesokan harinya... Gina kembali masuk bekerja, semua berjalan seperti biasa, penambahan satu orang yang baru masuk bekerja sangat membantu keadaan mereka saat ini. Ada yang berbeda hari ini, sedari pagi Gina tak menemukan keberadaan Satria yang biasanya selalu ada untuk menemuinya. Entah kemana keberadaan lelaki tersebut, namun sejak kemaren sore selepas pulang dari rumahnya, Satria tidak ada kabar.Jatah makan siang sudah dibagikan, kini ke empat orang yang berada di dapur tersebut bisa beristirahat sejenak sebelum mempersiapkan bahan makanan untuk esok bekerja lagi."Pengumuman! hari ini semua karyawan di perusahaan ini, diundang untuk datang ke villa cempaka untuk menghadiri pesta yang diadakan oleh anak pemilik saham, sebagai wujud tanda syukur karena perusahaan mendapati keuntungan satu milyar dalam minggu ini!" Sebuah pengumuman terdengar dari pengeras suara yang terletak dikantor."Wah ada pesta!" Ihsan dan Ina bersorak ranai, Lisa hanya melongo mendengar pengumuman tersebut
Baca selengkapnya
62. Malam Kelabu
Gina beringsut mundur selangkah, ketika melihat sosok tersebut."Mas Alex!" ucapnya lirih dengan bibir yang bergetar."Sepertinya kau terus menghindariku, apa alasannya?" tanya Alex dingin sembari menatap lurus ke arah wanita bergaun maroon di depannya tersebut."Ti... tidak apa-apa," jawab Gina terbata."Lalu..." Alex kembali melangkah mendekat, bersamaan langkah Gina yang bergerak mundur, menghindarinya."Emmm..." tak dapat mencari alasan langkahnya mentok di dinding, bangunan tersebut."Kau tidak akan bisa lari dariku Gina, takdir akan selalu mempertemukan kita!" Alex meletakkan tangannya bersandar di dinding tersebut mengunci tubuh Gina agar tidak bisa menghindar lagi dari dirinya. Ditatapnya lekat wajah yang bertahun ia rindukan tersebut, tanpa bisa ia tahan tangannya meraih dan langsung mengecup bibir Gina, Gina berontak berusaha mendorong tubuh Alex yang semakin menghimpit dirinya.Degub jantung berdetak semakin cepat, darah yang mengalir semakin deras disertai dengan nafas yan
Baca selengkapnya
63. Apa Yang Terjadi
"Mama dimana?" tanya Gina ketika sambungan telepon kembali terhubung, dapat Alex lihat ekspresi khawatir dari raut wajahnya."Pihak puskes memberikan rujukan ke rumah sakit Harapan Bunda Gin, ini sekarang Mama sedang menuju kesana." jawab Maria."Oh iya Ma!" jawab Gina mematikan telepon."Mas tolong antarkan aku ke rumah sakit Harapan Bunda," ucap Gina menoleh ke arah Alex yang fokus menyetir, lelaki itu mengeluarkan handphonenya mengaktifkan maps untuk perjalanan mereka karena Alex memang tidak mengetahui jalan wilayah tersebut.Gina kembali menghubungi seseorang, namun tak bisa tersambung. "Mungkin tidak ada sinyal," batinnya sembari mengirimkan pesan kepada orang yang coba dihubunginya tersebut.Setelah memarkirkan mobil yang mereka tumpangi, keduanya berjalan beriringan menyusuri kawasan rumah sakit dimana Tama akan dibawa.Tiba-tiba Gina berlari menghampiri seseorang yang lain adalah Maria yang menggendong Tama berboncengan menggunakan sepeda motor dengan seorang remaja yang mer
Baca selengkapnya
64. Ayah Kandung Tama?
"Bukan aku, tapi kita!" ucap Satria penuh dengan penekanan."Hah?" pipi Laura memerah, ia teringat sesuatu yang membenarkan ucapan Satria."Tidak mungkin, ini salah. Mungkin aku sedang mabuk!" Luara mencoba bangkit dari tempatnya, namun sesaat kemudian ia merasakan sakit pada inti tubuhnya."Aauh...!" keduanya saling tatap."Apa sakit?" tanya Satria dengan mimik wajah serius."Tentu saja bodoh!" Laura melempar bantal yang ada didekatnya kepada Satria. Pipinya kembali merona karena malu."Maafkan aku!" ucap Satria tulus."Apa dengan kau meminta maaf semuanya akan kembali seperti semua? Aku sudah kotor dan hina!" ucap Laura lirih, padahal tadi malam dirinya sangatlah nekat, namun sekarang ada rasa takut di dalam hatinya atas perbuatan yang telah mereka lakukan.Tok... took...Pintu kamar tersebut diketuk oleh seseorang, Satria dan Laura kembali saling tatap."Cepat sembunyi!" ucap Laura mendorong Satria.Ia tertawa melihat Satria yang berlari ke kamar mandi dengan keadaan hanya memakai
Baca selengkapnya
65. Cctv
"M... maksud Mama apa?" tanya Gina terbata."Tama sangat mirip dengan mantan bos kamu itu, apa kalian..." belum selesai Maria berbicara seorang suster datang mengecek keadaan Tama. Gina pun dapat bernafas lega kali ini. Jangan sampai Mamanya kembali curiga dan melihat kebersamaan Alex dan Tama, jika hal itu terjadi,maka Maria yang melihat keberadaan keduanya disaat bersamaan akan melihat kemiripan itu semakin jelas.Pagi menjelang, udara dingin yang tadinya menusuk tulang, kini berubah menjadi hangat seiring dengan munculnya sang surya di ufuk timur.Tama bangun membuka matanya, karena efek obat yang diberikan oleh dokter tadi malam ia bisa tidur dengan nyenyak."Mama Tama lapar!" rengeknya ketika bangun."Mama akan keluar sebentar, mencarikan sarapan untuk kamu. Kamu disini sama nenek ya!" ucap Gina kepada putranya tersebut. Tama mengangguk mengiyakan, dan Gina pun keluar.Ketika berada diluar dirinya dikejutkan oleh kehadiran Alex yang sudah rapi dengan membawa makanan ditangannya,
Baca selengkapnya
66. Ciuman Yang Menuntut
Sssttt...Angel meletakkan jari telunjuk di bibirnya."Kalau tidak seperti ini aku tidak bisa mengetahui apa-apa tentang Mas Alex!" ucapnya mulai mengaktifkan rekaman video dari cctv tersebut."Apa sudah lama kau melakukan ini?" tanya Laura menatap lekat Angel."Yang ini baru ku pasang kemaren!" ia masih menatap layar handphonenya."Ini rekaman tadi malam, astaga!" mata Angel membelalak ketika melihat Alex yang masuk kedalam mobil dengan seorang wanita, yang sepertinya pernah ia lihat. Dalam rekaman tersebut nampak wanita yang sedang bersama Alex nampak cemas dan mengkhawatirkan sesuatu. Sesekali wanita itu menelpon.Laura yang melihat video tersebut hanya bisa terdiam, sebisa mungkin ia mencegah Angel untuk mengetahui keberadaan Gina. Sekarang Angel malah melihat Gina sedang bersama dengan Alex di dalam mobil yang sama."Ini... aku ingat, Laura dia Gina kan?" tanya Angel menuntut penjelasan kepada sahabatnya tersebut."Sejak kapan mereka bertemu?" tanyanya lagi, namun Laura hanya dia
Baca selengkapnya
67. Bukan Pelakor
Akkh...Gina terpekik tatkala merasakan sakit yang luar biasa pada kepalanya. Wanita yang berada di depan pintu itu masuk dan langsung menjambak rambutnya secara brutal. Bukan hanya itu, dia juga menampar wajah Gina sehingga menyebabkan pipi mulusnya menjadi merah. Rasa perih, panas dan kebas Gina rasakan pada pipinya. Kini ditahannya tangan wanita yang tak lain adalah Angel tersebut yang ingin kembali menjambaknya."Jalang sialan, berani sekali kau menggoda suamiku!" ucap Angel sarkas sembari menatap Gina nyalang penuh emosi.Suara ribut-ribut di ruang tamu tersebut terdengar hingga ke dapur dimana Maria dan Tama berada, keduanya keluar dan terkejut melihat apa yang terjadi."Ma, bawa Tama ke kamar!" titah Gina kepada Maria, ia tidak ingin putranya menyaksikan adegan.kekerasan yang dilakukan oleh Angel padanya."Nenek siapa orang itu? Kenapa jahat sama Mama?" tanyanya polos."Nenek juga tidak tahu, mungkin orang gila!" jawab Maria yang mengira Angel memang orang gila yang mengamuk."
Baca selengkapnya
68. Oo...
"Apa yang terjadi?" Ihsan masuk disusul oleh Ina yang berjalan tepat dibelakangnya. Keduanya yang berniat menjenguk Tama terkejut karena melihat Maria dan Gina saling menangis dan berpelukan erat.Gina mendongak, kemudian menggeleng. "Tama tidak apa-apa kan?" tanya Ihsan celingak-celinguk mencari keberadaan Tama yang tidak terlihat di ruang tamu tersebut."Tidak, Tama tidak apa-apa!" jawab Gina sembari mengusap air mata."Lalu kenapa kalian menangis?" kini Ina yang bertanya.Gina dan Maria saling tatap, kemudian keduanya sama-sama menggeleng. Ina dan Ihsan paham, ada sesuatu yang tidak bisa mereka ceritakan kepada orang luar meski mereka saling dekat."Kami bawa makanan buat makan bersama, dimana Tama, Ma?" tanya Ina kepada Maria, gadis tersebut dan juga Ihsan memang memanggil Maria Mama layaknya seperti Gina memanggil mamanya tersebut."Dia di kamar, biar aku panggil!" jawab Gina yang melangkah ke ruangan tersebut dan memanggil putranya untuk keluar."Tama, kamu sedang apa?" tanya G
Baca selengkapnya
69. Kecelakaan
"Kamu sedang apa?" Laura menautkan alis ketika melihat isi pesan yang dikirim oleh Satria ke nomornya. Ia coba membalas pesan tersebut namun kemudian menghapusnya.Di tempat berbeda Satria menunggu balasan dari Laura yang terlihat sedang mengetik namun tak juga ada pesan yang masuk ke hpnya tersebut. Lama ia menunggu, namun pesan yang diketik oleh Laura tak juga masuk ke benda pipih yang ia pegang tersebut. Karena tak sabar lagi menunggu, Satria akhirnya menelpon gadis tersebut.Tuuuut...Tuuuuttt...Tak ada jawaban dari Laura, gadis itu membiarkan saja benda pipih itu bergetar di samping bantalnya. Laura hanya menatap benda yang sedari tadi bergetar hebat tersebut, setelah ia berpikir entah mengapa ia merasa sangat jijik kepada dirinya sendiri. Kepercayaan dirinya lenyap seiring dengan bayangan kejadian malam itu dimana ia menyerahkan semua yang ada pada dirinya kepada Satria.Sementara itu Satria sendiri merasa sangat bersalah kepada Laura dan juga Gina. Ia telah menyentuh Laura dan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status