Semua Bab Kunkungan Pernikahan Suami Psikopat: Bab 11 - Bab 20
79 Bab
Rasa Bersalah?
Julvri sempat mengatakan bahwa Arum harus mengetahuinya secara langsung begitu sampai ke lokasi, tempat di mana pasar malam terakhir diadakan. Itu berhubungan dengan dukun yang selama ini telah meramalkan nasib Arum. Meskipun begitu, entah mengapa kata-kata dari dukun kerap kali diingat olehnya dalam benak sampai membuat Arum tidak bisa fokus. Lalu keadaan keluarga ini masih belum cukup jelas, tak terlihat ada kedua orang tua Julvri dalam rumah, nampaknya mereka sudah lama pergi. “Neng, mau ke mana pergi sepagi ini?” tanya bibi pembantu.Arum mengenakan pakaian tergolong biasa, baju berlengan pendek dan berkancing serta rok panjang berwarna hitam. Tidak biasanya ia mengenakan pakaian serapi dan sesopan itu, namun kecantikannya sungguh tidak pernah luntur terkait apa pun pakaiannya.“Bibi, maafkan aku. Tempo hari aku melakukan hal memalukan. Tapi sekarang tidak akan lagi,” ucap Arum tulus seraya mengambil stopmap coklat dan rantang tiga tingkat di atas meja. “Sejak kapan Neng Arum m
Baca selengkapnya
Bertepuk Sebelah Tangan
Makanan yang dibuatkan untuk Julvri, ia menyukainya. Julvri menikmati makanan itu dengan sangat tenang dan elegan sampai-sampai Arum dibuat terpana walau hanya untuk sesaat. 'Padahal cuman makan,' batin Arum merasa aneh sendiri. “Julvri, ada hal yang ingin aku tanyakan kepadamu. Tidak, maksudku aku sedang meminta ijin darimu.” Tinggal sesuap terakhir, Julvri menghentikannya. Lalu bertanya, “Ijin untuk apa? Jika kamu ingin pergi maka aku akan mengantarmu ke tempat itu.”Arum menggelengkan kepala setelah itu baru menjawab, “Tidak. Bukan itu. Aku meminta ijin agar dapat bertemu dengan Eka, temanku. Kamu ingat pria yang ada di restoran itu 'kan? Itu dia.”Satu suapan memenuhi sendok. Julvri mendadak berhenti makan, lantas ia menaruh kembali sisa makanannya itu di tempat bekal. Ekpresinya jauh lebih tenang namun entah mengapa terasa menakutkan.“Julvri, sudah pasti kamu akan marah ya? Tapi aku hanya akan meminta maaf dengannya. Karena sudah mengikuti rencananya sewaktu itu.”“Minta maaf
Baca selengkapnya
Mimpi Seolah Nyata
“Lari! Aku harus lari!” seru Arum pada dirinya sendiri. Wanita berambut hitam panjang itu terus berlari tanpa henti dan tanpa menoleh ke belakang sedikit pun. Raut wajahnya terlihat begitu cemas, ada rasa takut serta panik yang membuat Arum terburu-buru. Langkah cepat dengan bertelanjang kaki, keringat bercucuran deras dan jantung berdegup lebih kencang dari biasanya. “Tidak! Kumohon! Tolong!” teriak Arum. Tak peduli seberapa cepat ia berlari, lelaki yang mengejarnya jauh lebih cepat darinya. Dalam sekejap lelaki itu sudah berada tepat di belakangnya dengan pisau di tangan sambil menyeringai lebar seakan sedang bersenang-senang.“Hehe ...”Sekujur tubuhnya bergidik dan terasa dingin. Wanita yang sudah susah payah berlari itu berakhir tersandung lalu terjatuh. Ia pun membeku di tempat dengan menatap takut pada sosok lelaki di hadapannya. “Aku akan mati,” ucap Arum tak berdaya. Brak!Begitu membuka kedua mata, Arum berada di ranjang luas itu sendirian. Suara bantingan keras itu be
Baca selengkapnya
Cemburu dan Rindu
Diletakkannya tanaman lavender beserta dengan pot itu di sudut kamar, senja datang bermandikan langit jingga yang terang. Tanda hari akan gelap, sosok Julvri yang sehabis membersihkan diri pun terpampang jelas di depan mata. Bertelanjang dada, Julvri keluar dari kamar mandi kamar hanya dengan handuk putih menutupi bagian bawahnya. Ia tersenyum pada Arum saat mereka saling bertukar tatap, namun dalam sekejap Arum memalingkan wajahnya yang bersemburat merah. "Astaga, padahal aku sudah melewati malam pertama dengannya tapi entah kenapa aku masih belum terbiasa dengan perut kotak-kotak itu," batin Arum merasa aneh sendiri. “Padahal dia sibuk di kantor, tapi dia masih punya waktu untuk fitnes ya. Berbeda denganku yang sekarang terlihat kurus,” gumam Arum sembari menggigit jari. “Istriku kok berpaling dari suaminya? Ada ada? Jangan bilang masih malu ya?” sindir Julvri, yang secara tiba-tiba berasa dekat dengan wajahnya.“Wah! Mengagetkan saja!” seru Arum terkejut, ia menarik tubuhnya be
Baca selengkapnya
Acara Pembukaan
Perusahaan Game yang dibangun oleh inisiatif Julvri sendiri, mengadakan acara perilisan game pertamanya ke publik. Bagian demo dalam permainan tersebut sudah banyak yang memainkannya, jadi untuk merayakan kesuksesan saat awal game itu liris pun diadakanlah acara pembukaan pada malam hari.“Seharusnya kamu pergi sendiri saja, sayang.” Agaknya istri Julvri tidak senang dalam acara seperti ini. Pakaian formal namun elegan, berwarna putih yang berbanding terbalik dengan jas suaminya, Arum sedikit canggung. Ia bahkan tak melepas rangkulannya ke lengan Julvri. “Apakah ini pertama kalinya kamu datang ke acara formal?” tanya Julvri lantas meraih pundak sang istri, merasa gemas.“Iya. Acara yang selalu aku hadiri hanyalah acara pesta ulang tahun temanku. Aku tidak pernah ke acara formal ini.” “Pakaianmu hari ini tertutup rapat, kamu bahkan menggunakan syal berbulu untuk menutupi dada dan pundakmu. Ataukah kamu sedang kedinginan?”“Dibilang dingin, tidak juga sih.”Setelah turun dari kendara
Baca selengkapnya
Telepon yang Membuatnya Curiga
Arum hendak menerima telepon dari nomor yang tertera nama kontaknya, tiba-tiba dikejutkan dengan lampu yang padam. Entah apa yang terjadi namun sebagian orang mulai berteriak panik terutama para wanita. Arum berdiri diam kebingungan sembari mencari jalan. “Ya ampun. Lampunya padam? Di saat sendirian seperti ini lagi? Duh, ini gawat. Aku takut jika tersesat. Bagaimana kalau aku tiba-tiba hilang arah nanti,” gerutu Arum tak berdaya, seraya berjalan ke depan.Saat menekan tombol senter di ponsel, tanpa sengaja ia menekan tombol menerima telepon itu juga. Meski cahaya bulan tetap menerangi namun tetap saja terasa gelap di mata Arum. “Julvri! Julvri!” panggil Arum berulang kali, sedang mencari keberadaan suaminya itu. Tapi mungkin karena kekacauan dan kebisingan di sekitar, membuat Julvri tidak dapat mendengar teriakan istrinya itu. Duk!Seseorang menyenggol bahu Arum dan terjatuh di tempat kemudian. Terkejut akan hal itu, Arum lekas berdiri namun karena banyak orang berlari ke arah bel
Baca selengkapnya
Genggaman Tangan yang Menyakitkan
Semenjak pemadaman lampu terjadi, sikap Julvri dari waktu ke waktu semakin aneh. Membuat Arum tidak nyaman dan kebingungan pada saat itu juga. Ada perasaan cemas namun tidak lebih besar dari ketakutan. “Julvri, tunggu sebentar!”“Arum, berhentilah berbicara untuk saat ini.”“Apa? Tidak. Bukan begitu. Tanganku—”Genggaman tangan Julvri semakin erat saja, seolah-olah ingin mematahkan pergelangan tangan. Tidak peduli seberapa besar Arum merengek, Julvri tidak mendengarkan. Hingga suatu ketika, Julvri membawanya ke bangku taman yang terletak tak jauh dari pusat acara diadakan. Julvri menyuruh istrinya duduk namun tanpa berusaha melepas genggaman tangannya itu.“Julvri, tanganmu membuatku kesakitan. Aku mohon lepaskan, aku berjanji tidak akan ke mana-mana dan menghubungi siapa pun tanpa seijinmu,” ucap Arum. Julvri menghela napas panjang, lantas duduk berjongkok di hadapannya. Pelan, ia melepas genggaman tangan itu. Fokus Julvri teralihkan dengan kedua kaki Arum yang gemetaran. “Kamu t
Baca selengkapnya
Arum Hilang, Diculik
Situasi hening diselimuti angin semilir yang dingin, nuansa pada malam ini terasa begitu mengerikan. Arum bergidik merinding, namun kedua kakinya yang mengenakan sepatu sandal tanpa hak tetap berusaha melangkah keluar dari toilet sembari meraba-raba ke sekitar. “Ada apa ini sebenarnya?” Perasaan takut dan cemas bercampur aduk, Arum yang tak kuasa berteriak itu sedang berusaha menemukan jalan keluar. Namun saat beberapa langkah lagi ia sampai ke luar toilet, seseorang membekap mulutnya dari belakang."Apa? Siapa?!" Arum menjerit dalam batin, memberontak dan ingin segera lepas dari orang yang melakukan ini namun dirinya sudah tidak kuat setelah beberapa waktu menghirup sesuatu di kain yang telah membekap hingga jatuh tak sadarkan diri.***Suatu kecerobohan didapat, lengah sedikit terjadilah hal buruk seperti ini. Julvri yang sejak tadi berbincang dengan kawan lama, secara kebetulan mereka bertemu. Telah lewat beberapa menit usai kejadian dalam toilet, barulah Julvri sadar lampu pada
Baca selengkapnya
Wanita Lain Yang Mencintai Julvri
Suatu insiden terjadi pada malam hari, tak seorang pun menyangka bahwa itu akan terjadi pada Arum. Arum memang memiliki banyak musuh sejak kecil, namun sepertinya orang yang menculik Arum tidaklah berkaitan dengan semasa sekolahnya dulu. Melainkan karena mantan Julvri. “Ya ampun. Siapa pelakor di sini? Kau tidak sadar diri ya hah?!” sahut Arum dengan berani. “Apa katamu!?”Plak!Wanita itu sudah tidak dapat menahan amarah lagi sehingga ia pun melayangkan tamparan keras ke wajah Arum. “Mentang-mentang kau sudah menikahinya dan sekarang kau mengejek aku? Dasar wanita kurang ajar!” pekiknya mengamuk.Arum terdiam dengan mengernyitkan dahi. Sampai detik ini juga ia masih sangat marah namun apa yang bisa dirinya lakukan dalam kondisi tangan dan kaki terikat seperti ini. Pergerakan Arum terbatas, selain dari mulut untuk berbicara, tidak banyak hal yang bisa dilakukan. “Apa kau tahu? Suamimu itu selalu saja memamerkan dirimu yang dipantau olehnya langsung. Dari kamar kalian berdua, mobil,
Baca selengkapnya
Pelarian
Langit malam bermandikan bintang-bintang, suasana sepi di jalan satu arah membuat kendaraan beroda empat itu berjalan mulus dan lebih cepat. Sudah terhitung cukup lama sosok wanita yang tertidur di bagian belakang mobil, kini akhirnya terbangun.“Wanita ini benar tidak masalah jika diberikan pada kita begitu saja?”“Iya, tidak masalah. Lagi pula wanita gila itu yang memberikannya.”“Hei, jangan sebut dia wanita tidak waras atau nanti kau akan diamuk olehnya.”“Diamuk bagaimana? Orangnya saja tidak ada, haha.” Terdapat dua orang dari sekelompok pria yang pernah dilihat oleh Arum, tentunya Arum sama sekali tidak mengenal salah satu dari mereka. “Ngomong-ngomong kita akan membawanya ke mana?” Pria dengan potongan rambut cepak bertanya.“Kita akan berhenti lebih dulu sebelum ke gudang nanti.”“Wah, aku jadi kasihan.”Beberapa saat kemudian kendaraan itu berhenti di suatu tempat, yakni pom bensin. Situasi di luar tidak begitu sepi, ada beberapa orang yang melintas termasuk yang ada di su
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status