Demi menghindari kematian, apa pun akan Arum lakukan bahkan jika harus bercerai dengan seorang suami psikopat walau ia masih mencintainya. Alih-alih ingin bercerai, Arum yang tidak ingin membuat orang tuanya malu pun harus melakukan drama sampai diceraikan di kemudian hari. Namun apa yang ia rencanakan selalu gagal di tengah jalan, meski begitu Arum takkan menyerah begitu saja. Akankah Arum dapat terbebas dari takdir kematiannya, atau justru sebaliknya ia bertahan karena cinta yang dimiliki?
View MoreSebuah tujuan hidup terucap dari bibir, terukir dalam hati dan terpatri dalam ingatan. Arum Kusuma Pramesti, wanita yang memiliki dua peran seumur hidup. Berdiri sebagai wanita biasa namun juga tidak biasa. Jahat atau baik, kedua sifat yang berbanding terbalik itu dimilikinya. Seolah ada dua orang yang bersemayam dalam tubuh Arum.Kadang-kadang perasaan takut muncul karena perasaan bersalah ataupun perasaan takut yang murni karena sesuatu. Julvri, adalah pria yang membuatnya mengalami pengalaman pertama dalam ketakutan murni itu. Arum memendam rasa takut itu beserta dengan rasa cemas tak biasa.Awalnya Arum mengabaikan hal itu tapi semakin lama ia berpisah dengan Julvri, bukannya merasa tenang ia justru gelisah. Seolah terkena sihir hitam tapi Arum yakin bukan karena itu.“Arum,” ucap Jean memanggil.“Ada apa?”“Tidak.”Percakapan singkat dilalui, set
“Aku benar-benar ingin kembali, Jean. Kamu pun tahu bagaimana sikapku yang penuh perhitungan tapi di lain sisi aku juga tipe orang yang memikirkan orang yang aku sayangi.”“Kamu juga sudah tahu bagaimana sifat asli Julvri. Kenapa kamu tidak mau mengerti? Salah langkah maka nyawamu yang akan melayang. Tahu tidak?” tukas Jean menegaskan.Ia berharap Arum takkan pernah kembali mengingat suaminya yang tidak waras akan tetapi Arum bersikukuh menginginkan keputusannya ini demi diri sendiri ataupun demi Julvri juga.Sekilas wajahnya terlihat polos namun di dalam pikirannya terdapat banyak hal rumit yang bahkan seharusnya tidak perlu dipikir panjang. Entah indera yang tumpul atau mungkin memang Arum yang sudah bersiap diri, Jean tetap tidak ingin Arum kembali.“Tolong hargai nyawamu,” pinta Jean dengan tatapan sedih.Sorot mata yang h
Terbesit dalam pikiran Jean tuk menyembunyikan keberadaan Arum sepenuhnya namun ia teringat bahwa sikap itu akan sama saja seperti Julvri yang telah memperlakukannya kasar. Entah dengan alasan apa pun juga Jean merasa bahwa tindakan Julvri salah, namun Jean tidak mengerti kenapa Arum ingin mempercayainya sekali lagi.“Benarkah kamu wanita yang dulu sangat buruk itu?” Jean merupakan teman kuliah Arum, tapi juga teman semasa sekolah dulu. Meskipun Arum sama sekali tidak ingat akan hal itu. Sudah sejak lama Jean menaruh perhatiannya pada Arum, saat itu masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Arum Kusuma Pramesti, awal masuk ia cukup pendiam dan seringkali melihat seorang murid entah itu laki-laki ataupun perempuan yang dirundung oleh teman-teman sekelasnya. Arum hanya bisa diam membisu seolah tidak melihat kejadian tersebut.Sepekan hingga dua pekan telah berlalu, Jean Caspiro sebagai murid pindahan sekaligus kakak kelas bagi Arum masih memperhatikan setiap tingkah Arum hingga
Bagaimana pandangannya terhadap sosok pria bernama Julvri Vandam? Pernah beberapa kali pertanyaan ini terlontar dari orang-orang di sekitarnya tapi tak pernah sekalipun Arum menjawab dengan sepenuh hati lantaran dulu ia berpikir hanya untuk memanfaatkan kekayaannya saja. Sedikit demi sedikit hubungan mereka seperti dua buah kain yang dijahit ulang. Perasaan yang sebenarnya tumbuh, Arum yang merasakan itu hanya bisa terdiam sembari memandang sosok suaminya dalam perasaan senang. Kebahagiaan sejati sudah berada di depan mata, kemudian kalimat ini terlintas dalam benaknya. Arum berpikir selamanya akan seperti ini tapi ia salah dan terjadilah kejadian tak terduga hari itu. Berawal dari sebuah ramalan dukun lalu berlanjut sifat atau sikap Julvri yang aneh, hingga kejadian di mana Arum menyaksikan suaminya telah melakukan hal keji secara langsung. Berdalih, "Ini demi dirimu. Aku tidak mau kamu diganggu oleh mereka lagi." Jika diingat kembali Julvri melakukan itu semua murni karena kein
Jalan persimpangan terbilang cukup jauh dari penginapan. Sepinya jalan benar-benar membuat orang tenang tapi juga membuat Arum sedikit was-was akan keadaan sekitar. Menelisik keadaan sekitar, yang bahkan seekor serangga saja tidak terlihat di depan mata.Suara yang sejak tadi memanggilnya justru menghilang begitu Arum berbelok ke kanan. Tidak mendapati siapa pun selain dirinya sendiri, dengan bertelanjang kaki ia berputar di tempat. Bola matanya bergerak ke kanan dan kiri, berusaha mencari sesuatu atau sumber suara mencurigakan itu.“Siapa yang memanggil tadi ya? Aku bingung.”Kedua alisnya hampir menyatu, beberapa pertanyaan terus bergilir dalam otaknya. Sebanyak apa pun pertanyaan pun rasanya tidak akan pernah ada jawaban. Arum mundur setengah langkah kemudian sesuatu yang berat di saku celana hitamnya bergerak lalu terjatuh membentur jalanan beraspal.“Ponselku?!” jerit Aru
Hari semakin berlalu, waktu terasa panjang dan menenangkan. Meskipun hanya berlaku untuk sementara waktu tapi pasti 'kan dinikmati dengan tenang. Wanita yang bebas, senyum periang selalu terukir di wajahnya. Sorot mata bercahaya seperti gadis kecil yang polos itu sungguh memikat banyak hati orang.“Julvri.”Arum melindur, tanpa ia sadari dirinya memanggil-manggil nama sang suami. Dahinya berkerut, keringat mulai bercucuran. Tiba-tiba hati yang terasa tenang menjadi gundah entah mengapa. Arum bertanya-tanya apa yang terjadi pada dirinya namun tidak ada jawaban sama sekali.“Kenapa ... Julvri? Kenapa? Aku ... hanya berharap kita berdua ... bahagia.” Perlahan kedua matanya terbuka, manik-manik berwarna hitam kecoklatan memiliki cahaya yang sedikit redup. Melihat beberapa perabotan sederhana di sekitar serta sebuah pintu kayu terletak di bagian sisi kirinya. Belum lama ia memperhatikan pintu itu kemudian terbuka dan Jean datang. “Jean?” Arum beranjak dari ranjang kecil, Jean menyuruhny
Arum memukul-mukul dada Jean. Amukannya tak pernah berhenti begitu pun dengan ocehan berupa amarah yang terpendam lama. Wajah Arum pucat pasi, pandangannya tak benar-benar mengarah pada Jean melainkan ke orang lain.Orang-orang mulai memperhatikan mereka berdua. Sekilas terlihat seperti sedang terjadi KDRT atau sejenisnya. Jean melirik ke sembarang arah dengan sorot mata yang tajam guna menelisik keadaan sekitar serta mencari keberadaan sosok pria tidak waras itu.“Orang itu. Sebenarnya ada di mana dia?”Jengkel karena sejak tadi dipermainkan, Jean menggigit bibir bawahnya. Sedikit darah mulai menetes dari sudut bibir tanpa ia sadari. Jean kembali menatap Arum dan memastikan bagaimana keadaan mentalnya saat ini.“Pergilah! Aku tidak mau!”“Tidak mau? Tidak mau apa? Sejak tadi kamu terus menyuruhku untuk pergi. Apa yang sedang
Matahari telah meninggi ke atas kepala, cuaca panas menyeruak tak tertahankan. Rasa pengap ia rasakan di mobil yang tidak ada pendingin ataupun sebuah pengharum. Terlebih melihat Jean yang terus memaki seseorang dari panggilan itu dalam kepanikan, membuat Arum merasa jadi tambah panas.“Aku tidak akan membiarkanmu berhubungan dengannya lagi! Kupastikan itu terjadi, secepatnya akan aku temukan bukti dan menyingkitkanmu yang sudah tidak waras itu!” tutur Jean dengan berani.Ia menoleh ke kanan dan kiri secara bergantian, dahinya berkerut tidak santai. Setelah itu Jean mendadak berlari pergi dan membuat Arum semakin cemas. Banyak pertanyaan yang ingin ditanyakan pada Jean namun orangnya malah melarikan diri begitu saja.“Sebenarnya apa yang terjadi? Aku tidak mengerti.”Pintu mobil tidaklah terkunci otomatis, sesaat ia berpikir untuk lari dan mengejar Jean akan tetapi
Jika saat itu Julvri tidak sadar kalau Arum melihat aksi kejinya di sebuah gang kecil maka apa yang akan dilakukan olehnya?Arum dibuat bungkam. Jean berdiri di hadapannya bukan sebagai seorang teman lama melainkan seorang detektif. Ia berniat menyelidiki perkara kasus misterius yang belakangan terjadi, instingnya seolah berkata ini semua berkaitan dengan Julvri.“Bagaimana? Apa kamu bisa menjawabnya?” tanya Jean serius.Kadang kala pria ini perhatian, dirinya memang menyukai Arum tapi ia mampu mengendalikan diri dan berjaga jarak. Pria yang keras kepala, tegas namun lembut. Setiap penuturannya singkat dan jelas pun terasa seperti dikritik pedas.“Itu ...,”“Kalau tidak bisa menjawab maka ya sudah. Aku tahu kamu takut.”“Lalu apa?” Dahi Arum berkerut, ia mendelikkan mata dan sesaat aura kebencian terlihat
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.