All Chapters of Hasrat Cinta Sang Pilot: Chapter 21 - Chapter 30
94 Chapters
21. Permintaan Papa Dharma
TIDAK pernah terpikirkan bahwa Krisna akan berdiri di hadapan orang tuanya dan orang tua Yura malam ini. Dia mulai menyematkan sebuah cincin yang sempat dipesannya beberapa waktu lalu. Hati Krisna tiba-tiba saja berdebar kencang.Krisna tidak pernah menyangka jika dia akan bertunangan dengan Yura, padahal jelas-jelas dia sempat hampir merelakan perempuan itu.“Terima kasih, Nak Krisna.” Dharma menepuk bahu Krisna sembari mengulas senyuman.“Saya yang seharusnya berterima kasih sama Om Dharma karena sudah mengizinkan saya untuk melangkah ke jenjang serius bersama Yura.”Usai acara inti berlangsung, sisa malam itu diisi dengan menikmati beberapa hidangan yang tersaji di atas meja. Beberapa dari mereka tengah berbincang, entah apa yang tengah dibicarakan mereka di sana. Tapi Krisna bisa melihat Yura tengah tertawa di sana.“Tolong jaga Yura ya, Nak Krisna.” Dharma mengulas senyuman. “Om sudah terlalu banyak menciptakan luka di hati Yura. Dia butuh penawar luka, dan satu-satunya orang yan
Read more
22. Persiapan Pernikahan
“Abang nugas lagi kapan?” Pertanyaan yang meluncur dari mulut Yura itu sejenak mengalihkan pandangan Krisna ke arah perempuan itu. Beruntung lampu lalu lintas menyala merah, Krisna bisa menoleh sepenuhnya ke arah Yura.“Bang! Apaan, sih?” sungut Yura saat menyadari Krisna tersenyum mencurigakan ke arahnya. “Ra, aku pengen cium kamu boleh, nggak?”Yura seketika membelalak. Namun belum perempuan itu menjawab ucapan Krisna, pria itu sudah lebih dulu melepaskan sabuk pengaman yang membelit di badannya. Dan detik selanjutnya, Krisna mencium bibir Yura dengan cepat.Yura sempat menahan napas selama beberapa saat. Agak terkejut dengan sikap Krisna yang tiba-tiba melakukan hal ini. Namun terlambat bagi perempuan itu untuk memberontak. Yang dilakukan Yura justru memejamkan matanya. Napas keduanya terengah-engah. Krisna menjadi yang pertama kali menarik diri, saat suara klakson di belakangnya terdengar.Kekeh singkat terdengar, Krisna kembali mencium sudut bibir Yura dengan singkat sebelum k
Read more
23. Mimpi Buruk
“Bu… Ibu di mana?”Tubuh Krisna menggigil hebat menahan rasa dingin yang menelusup ke sekujur tubuhnya.Giginya bergemeletuk hebat. Hujan di luar sana yang tampak lebat, tak menyurutkan keinginan Krisna untuk menunggu kehadiran ibunya.Tidak peduli jika malam kian larut, perutnya mulai melilit karena menahan lapar, dan juga wajahnya yang mulai pucat. Yang diinginkan Krisna hanyalah kehadiran ibunya.“Bu… Abang lapar, Bu.” Tangisan Krisna semakin menggugu diiringi dengan tubuhnya yang menggigil hebat.***Keringat dingin membasahi sekujur tubuh Krisna. Tubuhnya menggigil, seolah tengah menahan rasa sakit. Tangannya mencengkram kuat selimut yang membalut tubuhnya dengan sisa-sisa tenaganya. Pria itu terlihat ketakutan.Krisna tersentak hebat saat terbangun dari tidurnya dengan kepanikan yang semakin nyata. Peluh keringat membanjiri wajahnya. Pria itu lantas terduduk sambil menyandarkan punggungnya pada headboard, lalu tiba-tiba bulir bening meleleh dari sudut matanya.Krisna memejamkan
Read more
24. Pertemuan di Bandara
Tidak ada percakapan apapun sepanjang mobil yang dikendarai mereka melaju meninggalkan kediaman Yura.Setelah berpamitan, keduanya bergegas menuju bandara. Siang ini mereka akan terbang ke Bali untuk mengunjungi suatu tempat.“Bang…”“Iya, Sayang?”Ada sedikit perasaan lega yang hadir di hati Yura. Setelah melihat pria itu menangis, entah kenapa perempuan itu bisa merasakan kesedihan yang mendalam.“Mimpi tentang… ibu kandungku.”Ada banyak pertanyaan yang mendadak hadir di hati perempuan itu. Tapi secepat itu pula Yura mencoba menepisnya. Akan tiba waktunya nanti Krisna akan cerita dengan sendirinya.“Nggak usah sok misterius gitu deh, Bang. Sebenarnya Abang ke Bali ada kepentingan apa, sih?” tanya Yura dengan wajahnya bersungut-sungut. Bahkan sampai detik ini, Krisna tidak memberitahu ke mana tujuan mereka pergi ke Bali.Krisna mengulas senyuman, genggaman tangannya semakin erat di sana. “Tau apa yang bikin aku sedikit lega?”Yura mengerutkan keningnya. “Apa?”“Aku lega dan merasa b
Read more
25. Panti Asuhan Pelita Harapan
Pandangan Krisna kini terpaku pada sebuah bangunan—yang meskipun sudah lama sekali tidak dikunjunginya, masih terlihat sama seperti bertahun-tahun lalu.Panti Asuhan Pelita Harapan. Salah satu panti asuhan yang berada di kawasan Badung Selatan, tempat di mana Krisna pernah tinggal di sana.Pria itu menghela napas gusar. Tertangkap jelas dari sepasang matanya yang tampak gamang, sementara Yura yang melihatnya, memilih untuk tidak mengusiknya.“Mau turun?”Mengerjapkan matanya, Yura lantas mengangguk. “Iya.”Keduanya memutuskan untuk turun dari mobil. Sebelum melewati pagar, Krisna sempat membuka bagasi belakang mobil. Ada beberapa bahan-bahan makanan, seperti beras, minyak goreng, gula, tepung, aneka bumbu dapur, dan masih banyak lainnya.Mereka lantas melangkah melewati pagar dengan kedua tangannya yang menenteng boks belanjaan, bersamaan dengan pintu rumah itu dibuka seseorang.Tatapan Krisna bertumbukan dengan sepasang mata teduh seorang perempuan paruh baya. Seulas senyum terbit di
Read more
26. Rasa Penasaran Yura
“Seingat Bunda, Abang punya sahabat dekat dulunya. Mereka sama-sama besar di panti asuhan ini. Terakhir Bunda melihat di berita kalau dia sekarang menjadi seorang chef terkenal setelah diadopsi. Namanya Awan. Rembulan Nawang Maninggar. Yura kenal?”Yura sama sekali tidak berharap jika Krisna akan mudah melupakan Awan. Fakta bahwa selama ini Awan-lah yang selalu ada dan mendampingi Krisna. Mulai dari masa kecil mereka yang selalu bersama, sampai pada akhirnya mereka dipertemukan kembali dan menjalin hubungan. Terus terang, Yura tidak ingin tahu, tapi anehnya dia merasa kesal karenanya.Yura mengembuskan napasnya dengan pelan. Pandangannya tertoleh ke samping jendela. Malam itu mereka memutuskan untuk bergegas kembali pulang.“Lagi mikirin apa?”Yura mengerjap, kemudian menoleh ke arah Krisna sembari tersenyum. “Nggak ada, Bang.”“Ngobrol apa aja sama Bunda Maria?” tanya Krisna tanpa memalingkan wajah. Mereka baru saja tiba di jalan Sunset Road, dan hampir memasuki kawasan Uluwatu.“Ban
Read more
27. Kita Akan Menikah, Kan?
“You got it.” Yura bergumam lirih, tidak memberikan kesempatan kepada Krisna untuk menghentikan apa yang baru saja ingin dilakukannya.Untuk kali ini saja Yura ingin memastikan bagaimana perasaannya terhadap Krisna, tentang bayang-bayang pria itu yang seringkali membuatnya kesulitan untuk terlelap. Dia yang berhasil memporakporandakan hatinya dengan perlakuan manisnya, hingga dia mulai lupa dengan sosok Abhimana.Krisna melesakkan bibirnya di ceruk leher Yura, membaui aroma peach yang masih melekat di tubuh perempuan itu. Sementara satu tangan lainnya mulai menyelinap di balik kaos yang dikenakan Yura. Menyentuh dada perempuan itu dengan lembut.“Kalau begini caranya, siapa yang nggak pengen cepat-cepat ke KUA, Ra,” gumam Krisna lirih.“We’re gonna get married, Bang. I'll be yours.”“Ya, You’re mine.”Krisna kembali mencium bibir Yura, kali ini lebih dalam dan tajam. Kedua tangannya mulai bergerak ke belakang, lalu melepaskan kaitan bra yang ada di balik punggung Yura dengan begitu mu
Read more
28. Masa Lalu Krisna
“Jadi… Awan yang selama ini selalu ada buat kamu, kan? Malaikat kecil yang sempat dibilang Bunda Maria, satu-satunya perempuan yang ingin kamu nikahi di masa depan?” Yura kemudian menundukkan wajah selama beberapa detik, lalu kembali mendongak.“Tapi seandainya bukan dia, tapi aku yang kamu nikahi. Apakah itu bisa mengubah keinginanmu sekarang?”Tidak ada jawaban selama detik demi detik yang berlalu. Yura yang sadar jika pria itu tengah diselimuti kebingungan, memilih untuk tidak melanjutkan topik pembahasan tentang Awan. Meskipun sejujurnya dia berhak tahu karena mereka sebentar lagi akan menikah.“Lupakan, Bang. Maaf kalau aku terlalu banyak tanya.”Saat Yura hendak bangkit dan turun dari sofa, Krisna sudah lebih dulu mencegahnya. Perempuan itu menolehkan wajah, tatapan keduanya bertemu selama beberapa detik.Masih dalam kondisi sama-sama polos—mereka hanya mengenakan selimut yang sempat diambil Krisna dari dalam kamar, Krisna menarik Yura agar kembali mendekat, lalu memeluk perempu
Read more
29. Double Date
Waktu sudah menunjuk angka delapan pagi saat Yura sudah siap untuk pergi pagi itu. Langkahnya kembali terayun menuju ke tempat tidur, lalu menggeleng pelan saat mendapati Krisna masih saja terlelap di sana.“Astaga, Abang! Bangun, Bang. Katanya mau pergi bareng Mas Arjuna sama Mbak Kinnas.”Krisna terpaksa membuka kelopak matanya sambil menggeliat di atas tempat tidurnya. “Jam berapa sih, Sayang?”“Udah jam delapan, nih! Kan nggak enak kalau mereka udah nungguin, sementara kita nggak jemput-jemput.”“Hm-mm.”Yura lantas menarik selimut yang dikenakan Krisna. “Abang mau aku siram pakai air nih, biar bangun?”“Astaga, Ra! Kapan sih kamu nggak bar-bar gini? Padahal aku cuma minta kamu bar-bar di atas ranjang aja, lainnya nggak usah.”Yura sontak membelalak. “Kok kotor pikirannya sih, Bang! Buruan bangun, nggak! Aku siram, nih!”Lalu Krisna terkekeh. Dia terpaksa bangkit lalu turun dari tempat tidur. “Iya, iya. Padahal mah daripada disiram, mending dielus. Dasar calon istri bawel!”“Kenap
Read more
30. Truth or Dare
“Makasih banyak, Mbak Kinnas. Kenapa aku malah jadi curhat sama Mbak, sih?”Kinnas tersenyum. “Santai saja, Ra. Kalau memang kamu butuh teman cerita, dan nggak ada teman cerita. Kamu boleh cerita kapan saja kalau kamu mau.”“Iya, Mbak.” Yura tersenyum kecil. “Makasih banyak ya, Mbak.”Deringan ponsel Kinnas sontak membuat perhatian keduanya teralihkan. Kinnas lantas menundukkan wajahnya, menatap nama seseorang yang muncul di balik layar, pun begitu dengan Yura yang tak sengaja melihat dan membaca siapa si penelpon itu.“Ra, aku angkat telepon dulu, ya?”“Iya, Mbak. Kalau gitu aku naik dulu, ya?”Kinnas mengangguk, lalu Yura memutuskan untuk kembali naik ke atas untuk bergabung bersama Arjuna dan Krisna. Samar-samar Yura bisa mendengar percakapan kedua pria itu, lalu…“Apa nih, yang mau dibikin kalah?”Kedua pria itu lantas menolehkan wajah, dan mendapati Yura berdiri di belakang mereka dengan napasnya yang terengah-engah.“Ra, lho, Kinnas sama Dante mana?” tanya Arjuna sembari melongo
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status