All Chapters of Hasrat Cinta Sang Pilot: Chapter 31 - Chapter 40
94 Chapters
31. Curahan Hati Yura
“Jadi udah main berapa ronde waktu di Bali?”Suara vokal seseorang sontak membuat Yura yang tadinya fokus dengan laporan yang ada di hadapannya, lantas melotot tajam ke arahnya.Leon berdiri dengan kedua tangannya yang bersedekap, menunggu sekaligus penasaran dengan jawaban Yura.“LEON! Bisa nggak sih, nggak usah bahas yang aneh-aneh?”“Aneh gimana? Tapi jawab jujur deh, Ra. Lo nggak mungkin ‘nggak main’ selama di sana, kan? Lo cuma berduaan sama dia, sekamar, seranjang, dan dia punya burung nggak mungkin nggak berdiri, dong?”Yura seketika membelalak, lalu tatapannya lantas mengedar ke sekitar. Khawatir kalau-kalau percakapan mereka didengar rekan kerja yang lainnya.“Berapa senti, Ra? 10 cm? 15 cm? Atau lebih—” Leon membuka mulutnya. “Sampai megap-megap dong lo?”“El, please, ya. Gue nggak sekurangkerjaan itu sampai-sampai bawa penggaris buat ngukur panjang burungnya orang! Yang jelas, bakalan bikin lo ketagihan!”Leon seketika membelalak. “OMG! Cicip dikit boleh?”“NGGAK!” salak Yu
Read more
32. Permintaan Maura
“Ra, mau pulang?” Suara vokal seseorang sontak membuat Yura tadinya sibuk mengotak-atik ponselnya, lantas menoleh dan mendapati Abhimana berdiri di belakangnya. “Mau bareng?”Yura menggeleng. “Aku mau ke rumah Mama Maura.”“Mobil kamu kan di bengkel. Biar sekalian aku anterin, ya?”Yura menghela napas. “Nggak usah, Om. Aku nggak mau ngrepotin.”“Nggak, kok. Tunggu di sini, ya? Aku ambil mobil dulu.”Tanpa menunggu Yura menjawabnya, Abhimana sudah lebih dulu meninggalkan lobi untuk mengambil mobil yang diparkirkan khusus di depan kantor.Tak lama setelahnya, mobil milik Abhimana berhenti tepat di depan Yura. Perempuan itu tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran Abhimana. Toh, bukan dia yang minta, tapi pria itu yang menawarkan.Sepanjang perjalanan mobil melaju membelah jalan raya, tidak ada percakapan apapun di antara mereka. Pun begitu dengan Yura yang memilih untuk melemparkan pandangannya ke samping jendela. Enggan mengajak Abhimana bicara.“Persiapan pernikahan kalian sam
Read more
33. Pewaris Tahta Diva Corporation
“Abang masih marah, ya?” Pertanyaan itu meluncur bebas dari bibir Yura. Keduanya sedang dalam perjalanan menuju ke kediaman Opa Lesmana untuk memenuhi undangan makan malam bersama.“Nggak,” jawab Krisna dengan singkat.“Astaga, Bang. Aku cuma dianterin sama Om Abhimana doang. Nggak diapa-apain juga sama dia,” ujar Yura sekali lagi.“Kamu lupa ya, kalau kamu pernah punya perasaan sama dia?”“Ya itu kan dulu, Bang. Sekarang udah nggak, kok. Kan udah digantikan sama Abang,” aku Yura dengan jujur.“Beneran udah digantikan? Abang nggak suka kalau kamu dekat-dekat sama dia, Ra. Abang nggak mau kehilangan kamu.”“Nggak usah mikir aneh-aneh bisa nggak, sih? Bahkan Om Abhimana mendukung pernikahan kita, Jadi Abang nggak berlebihan, okay?”“Coba kemarin Abang nggak tanya, kamu pasti nggak bakalan bilang kalau dianterin sama dia, kan?”“Emang sepenting itu sampai-sampai Abang mesti tau? Om Abhimana cuma niat nganterin aja, Bang. Nggak lebih,” sahut Yura mulai kesal.“Kenapa nggak ditolak? Kan m
Read more
34. Melawan Masa Lalu
“Lho, Kak. Abang mana?”Yura melangkah mendekati Disha yang baru saja mengambil minuman dari buffet table. Perempuan itu menatap dengan kening mengerut dan celingukan mencari keberadaan Krisna.“Lagi bicara sama Opa Lesmana, Sha.”Disha manggut-manggut lalu meneguk minumannya dengan pelan. “Jangan kaget ya, Kak. Opa Lesmana ini memang orang yang terpandang. Bilangnya aja makan malam keluarga, tapi yang diundang kolega-koleganya juga.”“Malah aku pikir semua ini tadi keluarganya Opa Lesmana, Sha.”Disha tergelak. “Nggak lah. Anaknya Opa kan cuma Papa, Tante Soraya, sama Tante Rika doang, Kak.”Yura mengangguk, lalu pandangan perempuan itu lantas mengedar ke sekitar. Untuk selama beberapa saat, tatapan Yura terpaku pada sesuatu di sana. “Sha, aku ke sana dulu ya, ambil makanan di sana.”“Mau ditemenin, Kak?”Yura menggeleng. “Nggak usah, Sha. Nggak lama, kok.”“Ya udah, Kak. Aku tunggu di sini, ya.”Yura mengangguk, lalu langkahnya terayun menuju dessert table yang berada tak jauh dari
Read more
35. Kalah Telak
“Lo yakin mau ngelakuin semua ini, Ra?” Pertanyaan itu meluncur bebas dari bibir Leon yang tampak memperhatikan Yura yang tengah bersiap-siap.“Why? Gue nggak ada alasan buat nggak melakukan ini kan, El? Ini kerjaan gue, gue nggak mungkin nggak profesional, okay?”“But, she’s his ex. Lo yakin masih bisa profesional padahal kemarin lo baru aja ngancem dia?” tanya Leon membelalak tak percaya.“Gue nggak ngancem, El. Gue cuma mau menegaskan ke dia, kalau dia udah nggak berhak deketin calon suami gue.”“Ehm, calon suami gue.” Leon menggaruk telinganya dengan pelan. “Agak gimana gitu nggak, sih? Gue kayak belum terbiasa denger lo bilang begini tau, nggak.”“Apa? Jangan bilang lo cemburu, ya!”Leon memutar matanya. “Gue masih normal. I mean, gue masih suka sama cowok! Jadi lo nggak usah kegeeran.”“Dasar sinting!” sungut Yura kesal, yang langsung dibalas dengan kekehan pria gemulai itu. “Dah ah, gue jalan dulu ya, El. Doakan aja gue nggak pakai acara jambak atau sembur dia pakai air kopi.”
Read more
36. Permintaan Yura
Seolah tak cukup membuat hatinya hancur berkeping-keping, hujan yang tiba-tiba mengguyur Jakarta sore itu seolah sengaja menggarami luka di hatinya.Yura menghela napas panjang. Wajahnya menengadah. Entah kenapa genangan air di sudut matanya mendesaknya dengan hebat. Tapi bagusnya, dia tidak perlu menutupi tangisannya.Perempuan itu berjongkok. Dadanya mendadak terasa sesak saat perkataan Awan lagi-lagi berdengung di kepalanya. Perempuan itu menenggelamkan wajahnya di antara kedua lututnya, dia terisak di bawah guyuran air hujan.Entah sudah berapa lama perempuan itu diam di sana. Bahkan tidak peduli jika dia kini menjadi pusat perhatian orang-orang. Setidaknya untuk kali ini saja, Yura ingin menyadari kekalahannya. Yura tahu jika dia sudah kalah telak.Dering ponselnya yang menyala-nyala, membuat perhatian perempuan itu teralihkan. Ada beberapa pesan dari Krisna, Abhimana, dan ada panggilan dari Leon.Saat perempuan itu hendak mengabaikan pesan dan panggilan dari semua orang. Ponseln
Read more
37. Kejutan Untuk Yura
“Ra…”Yura sontak mengerjap begitu mendengar namanya dipanggil oleh ibunya. Perempuan itu lantas menoleh. “Iya, Ma?”“Anak Mama minta nikahnya dipercepat tapi kok cemberut gitu, sih? Lagi mikirin apa, Sayang?” tanya Wulan saat itu.Yura lantas menggeleng. “Nggak ada, Ma.”Wulan yang tadinya sibuk merapikan dapur, lantas melangkah menghampiri Yura yang sejak tadi diam-diam diperhatikan olehnya. Perempuan paruh baya itu lantas menarik kursi tepat di samping Yura, menatap lekat ke arah putrinya.“Kamu itu nggak pintar bohong, Sayang. Cerita sama Mama dong, Ra. Nggak lagi ada masalah sama Abang, kan?”Yura menggeleng sekali lagi. “Nggak, Ma.”“Seminggu lagi kalian bakalan menikah. Jangan aneh-aneh dong, Ra.”“Siapa juga yang aneh-aneh,” sungut Yura dengan wajahnya yang ditekuk. “Tapi, Ma…”“Hm?”“Dulu waktu Mama mau nikah sama Papa, galau nggak jelas kayak aku gini, nggak?”“Galau nggak jelas gimana maksud kamu, Ra?”Yura menghela napas. “Kayak ngerasa… benar nggak ya, ini pilihan yang te
Read more
38. Momen Sakral
“Ma…”Maura yang sejak tadi memperhatikan bagaimana Disha dan tim yang lainnya membantu merias wajah Yura lantas mengulas senyuman. Perempuan paruh baya itu lantas melangkah menghampiri calon menantunya.“Cantik kan, calon menantunya Mama?” ujar Disha saat melihat penampilan Yura lewat pantulan kaca.Maura tersenyum. “Cantik banget.”Maura lantas mengusap pundak Yura dengan lembut, tatapan keduanya bertemu selama beberapa saat. “Sha, kamu sama teman-teman yang lainnya belum sempat makan siang kan tadi? Sana makan dulu, biar Yura sama Mama di sini.”“Ah, iya, Ma, hampir lupa. Ya udah, aku sama yang lainnya makan sebentar ya, Ma.”“Iya, buffet lunch-nya ada di sebelah kok. Jadi kalian nggak perlu jauh-jauh ke bawah buat menikmati makan siang.”“Oke, Ma.”Sepeninggal Disha dan teman-teman yang lainnya, Maura kembali menoleh ke arah Yura yang kini tengah duduk di kursi rias.Dengan balutan kebaya berwarna putih gading. Wajahnya yang dipoles dengan apik, serta siger yang menghiasi kepalan
Read more
39. Setelah Resepsi
“Buru-buru amat lo, Kris. Udah nggak tahan, ya?”Krisna tergelak begitu mendengar celetukan Bayusuta dan teman-teman yang lainnya.Perhelatan acara baru saja selesai, namun masih ada beberapa teman-teman Krisna yang sengaja ingin menghabiskan malam di sana.“Lo enjoy ya, B. Pokoknya pesan apapun yang kalian mau. Kasihan Yura udah pegal katanya.”“Pegal apa pegal?” goda Arjuna dengan cepat.“Lo kayak nggak tau modus sesama buaya aja sih, J,” cibir Mahesa saat itu.“Gue kan belum nikah, Sa. Lo dulu sama Sasi begini juga, ya?” tembak Arjuna dengan cepat.“Gini nih, efek cowok brengsek yang duluin gue! Padahal kemarin gue udah senang, gue duluan yang bakalan kawin, eh di Anjing malah duluin!” sembur Bayusuta kesal. “Ya, lo lelet sih, B.” Krisna terkekeh. “Enjoy ya, Guys!”Setelah berpamitan dengan teman-temannya, Krisna lantas mengayunkan langkahnya menghampiri Yura yang sejak tadi sudah menunggunya.“Sayang… udah?”“Udah, Bang.”“Ya udah, yuk, kita balik ke kamar.”Krisna lantas menggan
Read more
40. May I?
KRISNA sempat mematung di tempatnya saat Yura menjadi yang pertama menciumnya. Aroma mint yang berpadu dengan lemon seketika membuai indera penciuman Krisna.Refleks pria itu menangkup wajah Yura dengan satu tangannya. Sementara tangan lainnya melingkar ke belakang pinggang istrinya. Ciuman yang semula lembut kini berubah menjadi terburu-buru. Pun begitu dengan Yura yang langsung melingkarkan kedua tangannya ke belakang leher Krisna, balas memagutnya.Krisna semakin mempercepat gerakan bibirnya saat suara lenguhan Yura terdengar. Bersamaan dengan gerakan gelisah kaki perempuan itu yang kini masih berada di pangkuannya.Jantung Yura semakin berdebar kencang, terlebih saat satu tangan Krisna yang semula ada di wajah Yura, kini bergerak turun. Menangkup dada istrinya yang kini terlapisi lingerie dengan bulu-bulu halus yang menghalanginya. Sesekali Krisna meremasnya dan baru tersadar jika perempuan itu tidak mengenakan bra.“You don't wear a bra.”Itu bukan pertanyaan, melainkan pernyataa
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status