Hasrat Cinta Sang Pilot

Hasrat Cinta Sang Pilot

last updateLast Updated : 2024-04-27
By:  IKYURACompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
5 ratings. 5 reviews
94Chapters
11.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Follow Instagram: @helloikyura Sama-sama terjebak di ruang masa lalu yang nyaris sama, Pradipa Krisna Wijanarka dipertemukan kembali dengan Mikhaela Yurainisha. Masa lalu yang hadir di antara keduanya membuat mereka terjebak dalam suatu hubungan yang rumit. Lalu apa jadinya jika masa lalu mereka kembali dengan segudang harapan untuk masa depan mereka? Akankah mereka memilih kembali pada masa lalunya? Atau justru memilih untuk saling jatuh cinta?

View More

Chapter 1

1. Pradipa Krisna Wijanarka

“I want to break up.”

“Kamu ngomong apa, sih?” tanya Krisna dengan ekspresi datar. “Bercanda kamu nggak lucu.”

Awan menghela napas. “Aku nggak bercanda, Kris. Aku serius.”

“Why?” desak Krisna, seolah tidak sabar untuk mendengar penjelasan dari kekasihnya.

“Nothing. Aku cuma ngerasa selama ini menjalin hubungan sama kamu, hanya membuatku merasa takut setiap hari. Bukannya aku bahagia, tapi aku justru tersiksa karenanya.”

Krisna memaksa kelopak matanya agar terbuka dengan cepat, napasnya terengah-engah. Keringat dingin sudah membasahi wajahnya seiring dengan dadanya terasa sesak.

Mimpi itu lagi. Padahal Krisna tahu dua tahun telah berlalu.

Dengan susah payah Krisna mengubah posisinya menjadi duduk. Napasnya masih saja tak beraturan, bayang-bayang mantan kekasihnya lagi-lagi mengusik ketenangan hidupnya.

Pria itu lantas meraup wajahnya dengan gusar. Lalu melirik jam yang ada di atas nakas. Penerbangan pertamanya menuju Jakarta masih dua jam lagi. Tapi entah mengapa Krisna merasa jika keputusannya untuk mengambil rute ke Jakarta kali ini adalah kesalahan besar.

Haruskah Krisna menarik kembali keputusannya?

Dengan langkah gontai, pria itu turun dari tempat tidurnya. Krisna lantas bangkit dari duduknya, lalu melangkah menuju kamar mandi untuk  membersihkan diri.

Usai melangsungkan ritual mandinya selama lima belas menit, Krisna keluar dari kamar mandi dengan rambutnya yang masih basah. Pria itu lantas meraih seragam kebanggaannya dari dalam koper, lalu mengenakannya dengan cepat.

Pria itu menghela napas panjang. Setelah memastikan penampilannya sempurna, Krisna mulai bersiap-siap untuk meninggalkan hotel bersamaan dengan pesan dari orang yang menjemputnya muncul di layar.

Langkah Krisna terayun dengan penuh percaya diri melewati lobi. Lalu pria itu menerbitkan senyumannya.

Good morning, Capt.” Pria berseragam rapi itu lantas membukakan pintu mobilnya untuk Krisna. “How are you?”

Good morning, Mike. I'm good. Thank you.” Krisna menepuk bahu Mike, lalu pria itu bergegas masuk ke dalam mobil.

Tak lama setelahnya, mobil mulai melaju meninggalkan hotel untuk menuju ke bandara.

Sepanjang perjalanan menuju bandara, tatapannya terlempar ke samping jendela dengan kacamata hitam yang membingkai di wajah. Cuaca Bali pagi itu terlihat begitu cerah, langit biru bahkan tampak begitu indah dan megah.

Waktu sudah menunjuk angka enam pagi saat Krisna tiba di Bandara Ngurah Rai. Pria itu melangkah penuh percaya diri dengan satu tangannya yang menarik koper. Bersamaan dengan suara sapaan seseorang yang menghentikan langkahnya.

“Welcome home?”

Krisna menolehkan wajah ke arah sumber suara, sebelum kemudian pria itu menurunkan kacamata hitamnya sedikit, dan mendapati Bima—co-pilot sekaligus sahabatnya itu, berjalan menghampirinya.

“Long time no see,” ujar Krisna sembari memeluk sahabatnya, entah sudah berapa lama mereka tidak lagi ditugaskan dalam satu penerbangan. Rasanya sudah lama sekali.

“Gue pengen dengar kabar lo baik,” ujar Bima saat itu.

“Lo nggak lihat sebaik dan setampan apa penampilan gue?” kelakar Krisna jumawa.

“Lo habis nidurin cewek bule atau cewek lokal? Gue nggak tahu kalau lo sekarang jadi tukang narsis,” cibir Bima heran.

Sementara Krisna tergelak. “Coffee?”

Sure. Pertemuan kita ini harus dirayakan, bukan?” ujar Bima dengan entengnya.

“Brengsek!”

Bima tergelak. Keduanya memutuskan untuk melangkah menuju Despresso Coffee yang ada di dekat pintu kedatangan.

“Gue yang traktir, Capt. Kopi lo masih sama kayak biasanya, kan? Americano, no sugar?”

“Yup.”

Selagi Bima berjalan mengambil barisan antrian, Krisna melangkah menuju salah satu meja kosong yang ada di sudut kafe. Tangannya lantas merogoh saku celananya, meraih ponsel yang tersimpan di sana.

Saat Krisna baru saja meletakkan ponselnya. Sebuah notifikasi muncul di layarnya. 

‘yurainism is just posting a photo.’

Dan detik itu juga senyum Krisna mengembang dengan sempurna.

“Siapa tuh?”

Suara celetukan Bima yang tiba-tiba muncul di belakang Krisna, membuat pria itu lantas menoleh. “Oh, ini…”

“Cewek lo?”

“Bukan.”

“Temen tidur?”

“Bukan.”

“Friends with benefits?”

“Gue nggak tahu kalau setelah sekian lama kita nggak ketemu, lo jadi tukang kepo.”

Mendengar ucapan sahabatnya itu, Bima sontak tergelak. Pria itu lantas mengangsurkan secangkir americano panas ke arah Krisna.

“Saking kangennya gue sama lo, Capt.” Bima mengerling jahil. “Lo nggak pernah melakukan hal ini sebelumnya, bahkan bukan medsos addict. Jadi wajar kalau gue kepo, kan?”

“Kenalan gue. Cewek Jakarta.”

Bima hanya membulatkan bibirnya sembari menyesap kopi miliknya. “Cantik.”

“Iya. Dan menarik.” Krisna menyesap kopinya. “Tadinya gue cuma iseng, Bim. Tapi semakin ke sini, postingan dia selalu bikin gue ketawa. Entah kenapa gue selalu terhibur karenanya.”

Seperti foto yang baru saja diunggahnya pagi ini. Perempuan itu mengunggah sebuah foto disertai caption di bawahnya.

[pengen dibangunin sama pacar juga. E tapi pacar aja gak punya!]

Krisna hanya bisa menggelengkan kepalanya. Sungguh perempuan itu menggemaskan sekali.

“Gebet aja udah,” ujar Bima memberikan saran.

“Anaknya udah lama ngehindarin gue.”

Bima lantas mengerutkan keningnya. “Ngehindar? Kenapa emangnya?”

“Gue… pernah melakukan kesalahan sama dia waktu di Lombok dulu.”

Seolah tahu maksud dari ‘kesalahan’ yang dikatakan Krisna, Bima manggut-manggut. “Tumben lo ngerasa bersalah gini? Biasa juga gonta-ganti kayak ban serep, kan?”

“Yang ini beda, Bim. Gue beberapa kali terlibat beberapa hal sama dia. Bahkan gue pernah donorin darah gue buat dia. Yah, meskipun tadinya gue nganggap dia kayak cewek lainnya, tapi ternyata dia beda.”

“Jangan bilang lo jatuh cinta sama dia?” tembak Bima cepat.

Sementara Krisna hanya menggeleng ragu. Bagaimana bisa Krisna jatuh cinta dengan perempuan itu, sementara dia masih sibuk memikirkan mantan kekasihnya?

“Lo masih belum bisa move on dari Awan?” ujar Bima sesaat setelah menangkap keraguan dari balik mata Krisna.

Mendengar nama mantannya disebut, Krisna menatap ke arah Bima selama beberapa detik, lalu mengembuskan napas perlahan.

“Gue masih sesekali mimpiin dia,” aku Krisna dengan jujur.

“Dua tahun berlalu, Kris. Mungkin bisa jadi dia udah bahagia di sana.” Bima menyesap kopinya hingga tandas, lalu melirik ke arah jam yang melingkar di tangannya. “Dan seharusnya, keputusan lo kembali ke Jakarta, bisa jadi awal kehidupan lo yang baru.”

“I wish.”

Keduanya memutuskan untuk meninggalkan kedai kopi tersebut saat mereka sudah memasuki waktu briefing dengan awak kabin lainnya. 

Keduanya melangkah melewati pintu kedatangan, dan bergegas menuju ruangan khusus untuk crew dan bersiap untuk bertugas hari ini.

Penerbangan dari Bali menuju Jakarta, membutuhkan waktu kurang lebih dua jam kurang sepuluh menit. Dan penerbangan kali ini dipimpin oleh Krisna sebagai pilot, sementara Bima sebagai co-pilot di sampingnya.

“Saya Captain Pradipa Krisna Wijanarka dan seluruh awak kabin yang bertugas, mengucapkan terima kasih karena sudah memilih penerbangan bersama Diva Air. Sampai jumpa di perjalanan lainnya, senang terbang bersama Anda.”

Setelah memastikan tugasnya hari ini selesai, Krisna dan Bima mengayunkan langkahnya turun dari pesawat. 

“Mau balik ke mana, Capt?” tanya Bima, tahu bahwa selain ada rumah orang tuanya, Krisna juga memiliki unit apartemen di bilangan Jakarta.

“Gue kangen rumah. Udah sekian lama dan gue nggak pengen semakin bikin nyokap gue khawatir.”

“Bukankah memang sudah semestinya begitu? Nyokap lo pasti senang kalau tau lo pulang.” Sementara Krisna hanya tersenyum. “By the way, Kris…”

“Hm? Ada apa, Bim?” tanya Krisna dengan keningnya yang mengerut.

Jeda sesaat Bima tampak ragu. “Gue dekat sama Arunika sekarang.” Bima menatap Krisna lekat. “Lo tau kalau dulu Arunika suka sama lo, kan? Gue bukannya mau—”

“Terus kenapa lo bilang sama gue?”

Bima mengedikkan bahu. “Ya mungkin aja lo perlu tahu. Gue nggak bermaksud mengambil dia dari lo, tapi—”

“Arunika bukan siapa-siapa gue, Bim. Gue juga nggak ada perasaan apa-apa sama dia. Gue dekat sama dia ya, karena sebatas sahabat doang. Jadi lo nggak usah khawatir, lo nggak perlu sebegininya sama gue.”

“Entahlah. Gue ngerasa lo perlu tahu soal ini. But, thank you, Kris.”

“Santai, Bim.” Krisna menepuk bahu Bima, “take care. Gue mau ketemu sama Joey dulu sebelum pulang.”

Usai berpisah dengan Bima, langkah Krisna terayun pelan menuju salah satu kedai kopi yang ada di dekat pintu kedatangan. Tangannya lantas merogoh saku celananya, meraih ponselnya untuk menghubungi Joey—Flight Operations Officer (FOO) maskapai Diva Air.

“Joey, gue udah landing. Lo di mana?”

“Gue masih ada kerjaan bentar, Kris. Lo nunggu bentaran nggak apa-apa, dong? Urgent nih kerjaan gue.”

“Jadi begini sambutan selamat datang lo buat gue?”

Sementara Joey tergelak. “Sorry, sorry. Habisan nih, ada aja yang mesti gue handle. Nggak lama, kok.”

“Gue di Despresso Coffee sekarang. Gue tunggu di sini, ya.”

“Lima belas menit, okay? Gue bakalan nyusulin lo ke sana.”

“Oke.”

Usai mengakhiri panggilannya, Krisna melangkah menuju barisan antrian untuk memesan segelas kopi dingin. Cuaca Jakarta hari itu terlihat sangat cerah dan panas menyengat.

Setelah mendapatkan kopinya, Krisna berjalan menuju salah satu meja kosong yang ada di kedai kopi tersebut.

Namun baru saja pria itu hendak duduk, keberadaan seseorang yang tak jauh darinya, sudah lebih dulu menarik perhatian Krisna.

Krisna lantas melangkah menghampirinya dengan senyumnya yang terbit di wajah. 

Pucuk dicinta ulam tiba. “Perasaan baru tadi gue lihat lo bangun tidur, tapi kenapa sekarang lo udah di sini?”

Krisna lantas duduk di hadapan perempuan itu, menatap lurus ke arahnya dengan senyuman yang sulit untuk diartikan.

***

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Yasinta Maharani
cerita yaaa bagus bangeeettt.. sukaaa.. berasa real dan gak mengada2.. ada yang bisa info gak sih, ini ada cerita sebelumnya kah? ada apa dengan Yura dan abhimana sebelumnya trs ada kejadian apa di Lombok.. apa itu ada ceritanya atau memang cuma penggambaran di novel ini.. info dooonk
2025-04-12 02:25:52
0
user avatar
Bunda Ernii
akhirnya Nemu juga Krisna & Yura disini..
2025-01-16 03:54:10
1
user avatar
Yuli Maulana
suka cerita nya
2024-11-27 16:40:25
0
user avatar
Tika Mokodompit
aaaaaaaaaa.. ternyataaa Abang Krisnaaaaaaa
2024-02-20 08:33:54
1
user avatar
Amea81
whoaaaa Abang krisnaku ...️...️...️
2024-02-05 19:10:34
3
94 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status