Semua Bab Istri Cerewet Tuan CEO : Bab 31 - Bab 40
58 Bab
Protektif
Hari ini Ayana bangun lebih awal. Gadis itu terlihat gelisah karena masih belum bisa membuat keputusan. Kenneth mengajak Ayana untuk berangkat bersamanya, seperti biasa tentu tanpa penolakan. Sedangkan itu Ayana sendiri sudah mengabari Rendi untuk tidak datang ke rumahnya namun pria itu tetap kekeh. Rendi mengatakan jika dirinya sedang dalam perjalanan menuju rumah Ayana."Kamu kenapa kayak gelisah gitu, sih? Ayo dimakan dulu sarapannya, nanti keburu berangkat," ucap Intan pada putrinya."Aku sarapan di kantin aja nanti.""Kenapa?"Sebelum Ayana menjawab terlihat Kenneth baru datang ke meja makan setelah siap dengan pakaian kantornya. Pria itu hendak menarik kursi namun Ayana mencegahnya. "Ken, gimana kalau kita berangkat sekarang aja?""Gak sarapan dulu?" tanya Kenneth mengurungkan niatnya untuk duduk."Aku buru-buru. Kamu bisa makan di kantor, kan?""Bisa. Cuma kamu juga belum makan. Memangnya harus sekarang juga?"Tin.. Tin...Semua orang di sana saling pandang mendengar suara klak
Baca selengkapnya
Dua gadis ambisi
Ayana melepas sabuk pengaman yang ia kenakan, setelah sampai di depan kampus. Gadis itu terlihat merapikan rambutnya di depan kaca yang sedikit berantakan. Kenneth menatap Ayana yang mengetahui istrinya itu sedang marah padanya. Bahkan sejak di mobil mereka tidak saling berbicara."Pulang jam berapa?" "Gak tau," jawab Ayana singkat. "Aku masuk duluan."Setelah mengatakan itu Ayana turun dari mobil dan pergi begitu saja. Ken tidak mencegahnya dan membiarkan gadis itu pergi. Dari awal ini adalah konsekuensi yang harus diterima untuk menikahi Ayana. Kenneth harus berusaha lebih keras jika ingin mengambil hatinya.Tak berlama-lama lagi pria itu kembali melajukan mobilnya pergi setelah memastikan Ayana masuk ke area kampus. Karena hari ini juga Sean akan melamar ke perusahaannya jadi Ken harus memastikan jika memang ada posisi yang bisa diisi. Sementara Ayana bergegas masuk ke dalam kelas takut jika Dosennya datang lebih dulu. Putri yang ternyata sudah berada di kelas melambaikan tangann
Baca selengkapnya
Memberi harapan
Ayana mengikat rambutnya dan mulai merapihkan buku-buku di atas meja. Kelas terakhir baru saja selesai dan ini waktunya untuk pulang. Gadis itu berdiri dan membawa tas-nya ke pundak. Satu persatu orang mulai meninggalkan kelas."Mau pulang sama-sama, gak?" tanya Ayana pada Putri."Aku pulang sama Deon."Pria bernama Deon itu tersenyum dan merangkul kedua teman perempuannya. "Kalau mau bareng, ikut kita aja.""Gak usah, deh. Biar gak ganggu kalian," kata Ayana terkekeh pelan.Mendengar itu Putri mencubit Ayana pelan, yang justru membuat gadis itu semakin senang menggodanya. Memang dia mengharapkan salah satu dari temannya ini memberanikan diri untuk menyatakan perasaan. Karena Ayana tau keduanya saling suka.Deon mengusap tengkuknya pelan dan mundur selangkah. "Apaan, sih. Udah, yuk, Put. Kita duluan aja, Aya gak asik.""Alah, bilang aja mau berduaan," sahut Ayana melihat mereka berdua yang berlalu pergi.Rendi s
Baca selengkapnya
Cemburu? Pasti
Tin.. tin..Ayana menatap Rendi yang pergi setelah mengantarnya pulang. Ya, gadis itu memutuskan untuk diantar pulang ke rumah orang tuanya. Tidak mungkin dia membiarkan Rendi mengantarnya ke rumah Ken."Loh, kamu ke sini sama siapa? Yang tadi itu siapa?"Tiba-tiba Intan datang dari dalam rumah saat mendengar suara motor. Dia melihat putrinya yang datang diantar oleh seorang pria, namun bukan suaminya. Kenapa bukan pulang ke rumah suami?"Hm? Itu... Rendi," jawabnya sedikit ragu."Kamu gak pulang sama Ken? Terus kenapa datang ke sini?"Wanita itu melihat anaknya yang hanya diam saja. Sepertinya ada yang tidak beres. Apa mereka sedang bertengkar atau kenapa? Ayana sudah punya suami jadi kurang pantas jika dia diantar pulang oleh pria lain apalagi tadi Ayana terlihat memeluk Rendi dari belakang."Jangan bilang kalau Ken gak tau kamu ke sini?" tanya Intan lagi.Ayana mengangguk kecil. "Lagian kalau Rendi nganterin
Baca selengkapnya
Mati lampu berakhir tidur bersama
"Ada apa, non?"Ayana melihat seorang asisten rumah tangga yang keluar dari rumah. Gadis itu menunjukan kucing yang berada di gendongannya. "Siapa yang bawa Luca keluar?""Saya."Mendengar itu Ayana melirik sekilas Kenneth dan kembali menatap wanita paruh baya di depannya. "Bi, tadi itu kucing aku mau ke tengah jalan, loh. Kalau ketabrak mobil gimana?"Ada alasan menjadi seperti ini. Ayana hampir kehilangan Luca saat kucingnya itu hendak diambil seseorang tak dikenal di rumah. Ya, terkadang ada saja orang yang nekat ingin mengambil kucing rumahan. Lagi, Luca pernah bertengkar dengan kucing jalanan dan berakhir kalah."Maaf, Non. Saya cuma disuruh sama Non Metta.""Metta?"Kenneth terdengar menghela nafas sesaat. Dilihatnya Ayana yang kini menatapnya seperti anak kecil yang mengadu. Kenapa selalu ada saja yang diributkan oleh mereka?"Sini, kamu ganti baju aja dulu. Biar saya yang bersihkan Luca." Pria itu mengam
Baca selengkapnya
Rencana pindah
Cahaya matahari masuk ke sela-sela ventilasi. Ayana menggeliat dan meraba sekitar namun yang dirasakannya justru sesuatu yang keras, dan sejak kapan kasurnya seperti ini? Perlahan tangannya semakin naik dan matanya langsungĀ  membola saat menyentuh wajah seseorang."Ken?"Ayana bergegas menutup mulutnya takut pria itu terbangun. Kepalanya sedikit terangkat melihat posisinya yang sedikit ambigu. Ya, setengah badannya sudah menimpa Ken dan Ayana meninggalkan batas yang ia buat sendiri. Gadis itu meneguk ludahnya kasar dan terdiam. Hingga beberapa detik kemudian ia kembali meletakan kepalanya dan menatap Kenneth yang masih memejamkan mata, terlihat begitu tenang.Tanpa sadar bibirnya terangkat membentuk senyuman. Ayana tidak mengelak jika Ken memang tampan, dan dia adalah pria dewasa yang masuk ke dalam tipenya. Kalau kata perempuan di luar sana Ken itu mendekati kata sempurna, Ayana setuju. Namun dia tidak tau kenapa dirinya masih belum bisa menerim
Baca selengkapnya
Menghabiskan uangnya
Ayana mengikat rambutnya dan berjalan menuju wastafel untuk mencuci piring. Mereka baru saja menyelesaikan sarapan pagi bersama. Mirna dan Abi pergi ke kamar karena Abimanyu masih harus istirahat. Suami istri itu berencana untuk memanggil dokter sore hari nanti.Saat sedang mencuci piring sambil bersenandung Ayana dikejutkan dengan Metta yang tiba-tiba berdiri di sampingnya. "Ay, gue mau ngomong.""Ngomong aja.""Nanti malem Lo mau pergi ke pesta ulang tahun Sherly?"Mendengar itu Ayana hampir saja lupa. "Datang, lah.""Gue yakin Kak Ken gak akan kasih izin Lo pergi malem-malem. Sebenernya sama aja gue juga pasti gak boleh. Cuma sekarang gue mau ngajak Lo kerja sama buat sama-sama diem kalau kita mau keluar hari ini," bisiknya pelan."Sebenernya aku gak mau kerja sama, sama kamu. Tapi kali ini gak apa-apa, deh. Yang penting bisa pergi malam ini."Tiba-tiba ditengah pembicaraan mereka Ken datang. Dia hanya penasaran, tumb
Baca selengkapnya
Diam-diam ke pesta
"Papa sama Mama udah tidur," kata Metta menghampiri Ayana yang memantau luar jendela. Sekarang sudah pukul 9 malam namun belum ada tanda-tanda Ken pulang. Sedangkan mereka berdua harus pergi sekarang juga karena acara dimulai pukul 9 malam. Ayana berbalik, dia melihat Metta yang sudah siap dengan pakaian bagusnya.Tak berselang lama terdengar suara gerbang terbuka. Dua gadis itu buru-buru mengintip dan melihat Ken sedang mendorong gerbang dan kembali masuk ke dalam mobilnya. Kenapa bukan satpam yang membuka pintu?"Kak Ken datang. Gue mau sembunyi, Lo harus pastiin kalau semuanya aman." Metta bergegas pergi dari sana menuju kamarnya. Ayana juga hendak pergi namun ia mengurungkan niatnya saat mendengar suara pintu dibuka. Tubuhnya berdiri kaku namun tak lama kemudian ia mendengar Ken yang memanggil namanya. Gadis itu segera berbalik."Belum tidur?" tanya Ken.Gadis itu menggeleng. "Ini baru mau tidur. Abis minum. Kenapa pulang malam?""Maaf, ya. Saya pergi ke luar kota buat jenguk te
Baca selengkapnya
Ketauan!
"Makasih, ya, udah nganterin sampe rumah."Ayana dan Metta turun dari mobil Sean. Pria itu mengantarkan mereka berdua pulang dengan selamat. Kalau Ayana tau Sean juga diundang sudah dari awal dia mengajaknya pergi bersama. Namun sayangnya itu tidak berlaku bagi Metta yang memang tidak suka pada Sean."Yaudah masuk sana, udah malam. Good luck, ya." Sean terkekeh pelan dan melambaikan tangan."Good luck? Maksudnya?""Ayo masuk! Hujan." kata Metta berlari lebih dulu.Ayana yang melihat itu langsung mengejarnya. Mereka berusaha membuka pagar pelan-pelan agar tidak menimbulkan suara berisik. Sampai di depan pintu Metta mengeluarkan kunci rumahnya sedangkan Ayana merapihkan rambutnya yang berantakan.Sebenarnya ini sudah larut malam. Acaranya memang belum selesai tapi mereka memang sengaja pulang lebih awal. Begitu masuk Metta langsung menutup kembali pintu. Namun dua gadis itu dikejutkan dengan suara berat di dalam rumah."Seru pestanya?"Yap, Kenneth duduk di sofa dengan rokok di tanganny
Baca selengkapnya
seorang yang netral
Ayana dan Metta sama-sama keluar dari mobil Ken. Mereka berangkat bersama meskipun sejak di perjalanan Metta ingin diturunkan jauh dari area kampus, tapi Ken tidak melakukannya. Alhasil beberapa mahasiswa di sana melihat kedua gadis itu datang bersamaan.'Kok bisa, ya, Kakaknya Metta tunangan sama Ayana. Padahal Ayana itu musuh adiknya.''Tapi menurut gue cocok aja, sih. Kakaknya si Metta kan cakep, Ayana juga lumayan lah.''Jangan-jangan mereka udah akur.'Mendengar bisikan itu Metta menatap mereka tajam. "Lo pada ngomongin gue? Ga ada kerjaan banget ngomongin orang lain. Kepo banget jadi orang!"Berbeda dengan Metta yang marah-marah, Ayana justru enggan menanggapi orang-orang itu. Dia bahkan tak berhenti untuk sekedar menoleh membalas mereka. Kalau tidak penting Ayana malas berurusan dengan siapapun.Berhubung kelasnya dimulai setengah jam lagi, Ayana memutuskan untuk pergi ke kantin. Putri bilang dia sedang berada di kantin se
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status