Semua Bab Istri Cerewet Tuan CEO : Bab 41 - Bab 50
58 Bab
Makan malam keluarga
"Lo bisa ke ruangan Ken sendiri, kan? Gue mau langsung lanjut kerja," kata Sean setelah sampai di kantor."Bisa. Yaudah, sana."Pria itu pergi lebih dulu ke lantai atas sedangkan Ayana justru menghampiri seorang resepsionis di sana. Ngomong-ngomong dia juga membawa sebuah bungkusan yang sempat dibeli dengan Sean sebelum ke sini. "Selamat siang Mbak, Aya. Mau ketemu Pak Ken, ya?""Iya. Dia ada di atas?""Ada, Mbak tapi masih di ruang meeting," jawab perempuan tersebut.Ayana mengangguk kecil. "Aku mau tunggu di ruangannya aja. Sini dulu, aku mau bisikin sesuatu."Sebelum pergi Ayana berbisik pada sang resepsionis. Orang tersebut tertawa pelan dan mengiyakan perkataan Ayana. Setelah itu barulah ia pergi menuju lift. Di dalam ruangan sana begitu rapih dan wangi. Ayana menghampiri meja kerja Ken dan duduk di kursi kebesarannya. Gadis itu menatap ke sekitar dan melihat jika ada foto pertunangannya dengan Kenneth. B
Baca selengkapnya
Menjadi kacau
"Mama! Papa!" Ayana berlari kecil menghampiri kedua orang tuanya dan memeluk mereka bergantian. "Aku kangen banget.""Mama juga kangen sama kamu. Duduk, yuk."Mereka semua mulai duduk di tempat masing-masing. Ayana duduk di ujung, di samping Ken dan di depannya ada Metta. Makanan ternyata sudah dipesan. Ada banyak jenis makanan yang terlihat enak. Metta tak melewatkan waktu untuk mengambil foto sebelum makan. Gadis itu sesekali menimpali Ibunya Ayana yang mengajaknya berbicara. Sekedar bertanya kabar dan juga tentang hubungan pertemuannya dengan Ayana. Seperti biasa soal Aya dia tidak akan angkat bicara."Makanannya enak. Kapan-kapan kita kumpul lagi di sini," kata Mirna yang disetujui lainnya.Berbanding terbalik dengan orang-orang yang menikmati makanan, Ayana justru tak melanjutkan makannya. Padahal dia baru makan satu suap. Ada rasa yang tak beres dengan masakannya. Ia menepuk pelan Ken membuat pria itu menoleh."Ken, makana
Baca selengkapnya
Pindah rumah
Keesokan harinya Ken dan Ayana sama-sama membereskan pakaian mereka. Soal semalam Kenneth sudah melupakannya dan untunglah kedua orang tua mereka sama-sama memahami tanpa harus memperpanjang masalah itu. Namun bisa dibilang hubungan Ayana dan Metta semakin memburuk.Sebanyak apapun Ayana membuat kesalahan Ken akan berusaha tetap sabar. Dia tidak ingin melepaskan gadis ini begitu saja. Dia bukan tipe orang yang bisa di stir, Ken justru orang yang dominan. Tujuan Ayana mungkin ingin pisah, tapi tujuan Ken adalah membuat Ayana jatuh cinta padanya."Udah beres semua belum?" tanya Kenneth masuk ke dalam kamar."Eum, kemeja kamu belum semua yang di lemari.""Itu nanti aja."Ayana yang melihat Ken membawa koper dan tas langsung menahannya. "Biar aku yang bawa tas.""Gak usah. Kamu gak boleh bawa yang berat. Tolong bawa ponsel saya aja di atas kasur."Gadis itu mengigit bibirnya kecil. Apakah dia salah mengabaikan Kenneth yang m
Baca selengkapnya
Sehari bersama Kenneth
"Gimana? Suka sama apartemennya?"Ayana melihat ke sekitar dan ruangan-ruangan yang ada di sana. Kamarnya memang hanya ada satu tapi Ken mencari dua kasur dalam satu kamar. Dia tau Ayana belum mau tidur satu ranjang dengannya jadi daripada harus tidur di sofa lebih baik memesan dua kasur.Semuanya terlihat sederhana namun tetap elegan. Bernuansa hitam putih yang menurut Ayana ini bagus. Bahkan ada ruangan khusus olahraga dan juga tempat untuk kerja. Katanya khusus agar Ken bisa menghabiskan banyak waktu di apartemen dengannya. Ah, pria ini bisa saja."Bagus. Semuanya juga udah bersih.""Sengaja, biar kita gak usah beresin yang lain. Cukup baju sama peralatan makan aja.""Yaudah aku yang beresin dapur, kamu kamar," kata Ayana menyarankan."Oke."Kenneth membawa koper ke kamar sedangkan Ayana membawa barang belanjaan ke dapur. Gadis itu mengeluarkan barang belanjaan ke atas meja. Kalau menyusun makanan seperti ini dia suka.Sesaat Ayana mengeluarkan ice cream yang dibelinya. Ia tersenyu
Baca selengkapnya
Agresif
Metta terduduk di tangga sambil termenung. Rumahnya terasa sepi sekarang setelah Kakaknya memutuskan untuk pindah ke apartemen. Padahal dia seharusnya senang tidak ada Ayana di sini, tapi seperti ada yang hilang. "Kenapa belum tidur?" Gadis itu sontak menoleh melihat Mamanya datang dengan segelas air. "Belum ngantuk. Mama sendiri kenapa belum tidur?""Ambil minum untuk Papa," ucap Mirna ikut duduk di anak tangga. "Coba cerita kalau ada masalah."Metta tersenyum dan menggeleng. Tak ingin membuat Ibunya khawatir ia mencoba mencari topik lain. "Aku ga ada masalah apapun. Eum, Mah. Aku ada rencana pergi sama temen kelas aku ke pantai jadi boleh aku ikut kan? Kayaknya nginep semalam juga.""Kapan?""Belum tau, sih. Masih rencana."Mirna mengangguk paham. "Boleh, asal kamu bisa jaga diri baik-baik. Sekarang kamu tidur sana, ini udah malam. Terus jangan kebanyakan bengong.""Siap."Sebenarnya Mirna tau kalau Metta sedang merindukan Kakaknya. Mereka berdua itu jarang bertemu namun kedekatan
Baca selengkapnya
Apa yang salah dengannya?
Metta melirik sekilas Ayana yang duduk tak jauh dengannya. Rasanya dia bingung dengan diri sendiri. Terkadang dia merasa marah pada Ayana hingga ingin membencinya, namun tak jarang juga ia merasa ingin permusuhan ini berakhir. Metta lelah.Gadis itu tersenyum kecut dan membuka buku di depannya. Tapi, sampai Ayana berani menyakiti Kakaknya atau macam-macam dia juga tidak akan diam. Metta tau Ayana tidak suka dengan pernikahannya dan Aya sendiri yang mengatakan kalau dia akan meninggalkan Ken di saat pria itu mencintainya. Karena itulah Metta ingin Kakaknya menjauh sebelum dia benar-benar dibuat gila oleh Ayana."Ta, Lo mau gak?" tanya teman di sampingnya menyodorkan sebuah buku."Apaan?""Salinan punya si cupu."Metta menoleh ke belakang dan melihat mahasiswa di kelas mereka yang mengenakan kaca mata. Dia menyandarkan tubuhnya di kursi dan menarik buku tersebut. Ngomong-ngomong di depan sana masih ada dosen yang sedang mengajar."Gue denger di grup kalau liburan kita ternyata ke villa
Baca selengkapnya
Dicegat begal
"Sebenernya kamu ngapain ngajak aku ke sini, sih? Maksudku kenapa harus bawa cewek kamu itu? Dia gak suka sama aku?" tanya Ayana beruntun.Sean menghela nafas sesaat. "Sorry, Ay. Gue cuma gak mau dia terus salah paham karena dia cemburu sama Lo. Dia gak percaya kalau gue punya sepupu cewek.""Tapi kamu liat sendiri, kan? Dia itu malah cuekin aku. Mana mukanya sinis banget."Gadis itu menatap buku menu di hadapannya tanpa minat. Yang tadinya lapar, kini sudah tak nafsu lagi. Padahal ini pertemuan pertama mereka, yang seharusnya mereka bisa saling akrab. Sean harap keduanya bisa berteman, namun sayang sekali Vira mengabaikan Ayana."Satu lagi, Yan. Aku pernah liat pacar kamu jalan sama cowok. Terus dia gandengan gitu."Sean menoleh dan tak percaya. "Mana mungkin, dia setia sama gue. Ini juga pertama Lo ketemu sama dia, Ay. Mana ada Vira kayak gitu.""Aku cuma mau kasih tau aja. Kalau gak percaya yaudah. Aku gak tau cowok itu siapa, bisa jadi temen atau saudaranya. Tapi jelas aku liat di
Baca selengkapnya
Penangkapan pelaku
"Mau apa kalian?" Dahlan menatap mereka satu persatu sambil menyikap lengan bajunya. Meski sudah tidak muda lagi tapi ia masih cukup baik untuk hal ini. Tubuhnya tidak perlu diragukan lagi, pria paruh baya itu memiliki fisik yang bugar. Keempat orang di depannya saling tatap dan mulai ancang-ancang."Kasih kunci mobilnya sini!""Lawan saya kalau kalian mau. Saya gak takut."Dua orang diantara mereka mulai menyerang. Di dalam sana Ayana terlihat begitu ketakutan. Ia terus melihat ke belakang mobil berharap ada orang yang melintasi jalanan ini atau Ken segera datang. Begitu melihat Papanya berkelahi dengan orang di luar sana Ayana langsung bergegas ke luar. "Papa!"Mendengar itu Dahlan menoleh. Namun hal itu dijadikan kesempatan lawan untuk menyerangnya. Ayana berteriak dan berlari ke arah mereka. "Jangan keroyokan kalau berani.""Aduh, jangan ikut campur! Pegangin tuh cewek!""Eh, apaan nih? Lepas!" Tiba-tiba d
Baca selengkapnya
Penolakan kedua kalinya
"Gak bisa, Ren, ini udah sore. Kalau besok mungkin aku bisa, tapi kalau mendadak aku gak bisa."Ayana menggerakkan gelas di tangannya yang berisi sedikit air. Ia sedang menelpon seseorang melalui telepon apartemen. Dia ingat kalau saat di kampus Rendi mengajaknya pergi, tapi dia tidak bisa jika hari ini karena dia masih harus menunggu Kenneth. Untungnya Ayana ingat nomor Rendi, jadi dia bisa mengatakan kalau mereka tidak jadi pergi hari ini.Tiba-tiba terdengar suara pintu dan Kenneth yang memanggilnya. "Ayana.""Ren, nanti aku telepon lagi."Ken terlihat mencari Ayana dan melihat gadis itu berada di dapur. Tangannya menunjukan tas milik Ayana membuat istrinya tersenyum senang dan menghampirinya. Ternyata benar Ken bisa menemukan orang-orang itu dengan mudah."Coba kamu cek lagi apa ada barang yang hilang."Ayana membuka tas miliknya dan mengeluarkannya satu persatu. "Masih lengkap. Terus mobil Papa gimana?""Sudah saya antarkan ke rumah." Pria itu berjalan menuju meja makan dan melet
Baca selengkapnya
Pesta malam
Meoww...Kenneth menoleh sesaat. Ia meletakan ponselnya dan menghampiri kucing milik Ayana yang terus bersuara. Padahal dia sudah memberinya makan. Luca itu terbilang kucing yang penurut."Nyari mama-mu? Gak ada dia," celetuk Ken membawa Luca ke pangkuannya. Saat sedang mengajak kucing itu bermain, Ken mendapat telepon dari lantai bawah. Katanya ada yang mengantar paket dan meminta Kenneth untuk tanda tangan. Jadi dia memutuskan segara pergi ke bawah."Tunggu di sini sebentar."Setelah kembali meletakan Luca, Kenneth langsung pergi. Dia membawa dompetnya dan tak lupa mengunci pintu apartemen setelah keluar. Hanya untuk memastikan tidak ada yang berani masuk. Ya walaupun bisa dipastikan tidak akan ada yang bisa masuk. Lantai ini khusus untuk Kenneth dan Ayana.Di depan pintu masuk terlihat seorang kurir yang berdiri sambil membawa kotak. "Itu untuk atas nama Kenneth?""Benar.""Saya Kenneth.""Kalau begitu ini paketnya. Tolong tanda tangan di sebelah sini." Kurir tersebut memberikan k
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status