All Chapters of 30 Hari Mendapatkan Benih Suamiku: Chapter 11 - Chapter 20
62 Chapters
Bab 11. Beda tujuan hidup
"Kalau kita bertatap muka, pasti ekspresimu sekarang sudah jelek sekali seperti badut. Kamu tidak cocok jadi perempuan cengeng begini Lian," ujar Anggi di seberang telepon.Lian memang merengek sejak pertama Anggi mengangkat telepon itu. Lian baru saja menangis di bawah selimut setelah menyuruh Saga kembali tidur di luar lagi."Sepertinya aku menyerah," keluh Lian dengan nada lemah."Wait! Kamu mau menyerah dengan Saga?!"Lian mengangguk, meski Anggi tidak akan dapat melihatnya. "Hmm ... ""Hey! Dimana jiwa kompetitif kamu Lian? Kamu tidak lupa kan, bisa menjadi model terpopuler se-Asia berkat apa? Kegigihanmu. Dan sekarang masalah begini kamu sudah menyerah?""Beda kasus Anggi.""Kamu mampu mengalahkan ribuan peserta dari berbagai negara. Tapi ini mengalahkan ego suamimu saja tidak bisa. Ayolah Lian."Lian mendesah seraya menyugar rambutnya yang sudah berantakan. Baru beberapa hari ia memegang mental juang itu,
Read more
Bab 12. Obrolan di salon
"Gosipnya, Sera itu sudah punya anak, tapi disembunyikan." ujar seorang hair stylist bernama Barbara yang sedikit melambai yang kini sedang mengerjakan rambut Lian.Mereka sedang membicarakan tentang Sera Warnadi, artis sinetron dan layar lebar yang kini sedang banyak digandrungi netizen. "Oh, iya aku pernah dengar selentingan itu. Ingat tidak waktu kita bertiga jalan-jalan di Mall lalu berpapasan dengan Sera, lima bulan lalu? Kita sempat curiga karena Sera pakai pakaian yang membuat tubuhnya terlihat besar bukan? Jangan-jangan waktu itu sedang hamil." Kecurigaan Ine terlihat nyambung dengan gosip yang beredar.Sementara Sofi mengangguk dan terlihat begitu antusias dengan topik ini."Bisa-bisanya tidak terendus media. Padahal Sera cukup aktif main sinetron dan film bukan?" Kini Lian juga ikut menanggapi."Nah, itu! Akika juga curiga." Matilda, hair stylist Sofi imut bersuara. "Tapi sedikit nyambung dengan dua bulan lalu, Sera dikabarkan
Read more
Bab 13. Malapetaka mobil mogok
Sebenarnya Sofi dan Ine ingin melanjutkan jalan-jalan di Mall setelah dari salon. Namun, Lian yang melihat mereka berdua dengan perut buncit seperti itu, jelas tidak tega. Jalan beberapa langkah saja, Ine sudah ngos-ngosan. Apalagi mengelilingi Mall? Berbeda ketika mereka masih belum hamil, mau keliling dan window shopping sampai Mall tutup pun sanggup-sanggup saja.Sebagai gantinya, Lian menawarkan ide untuk makan siang saja ke restoran jepang langganan mereka. Karena Sofi dan Ine tadi diantar oleh suami mereka masing-masing ke salon, jadilah mereka pergi dengan mobil Lian."Kalian tahu kan seberapa ugal-ugalannya Rio kalau naik mobil?""Tahulah, dia kan memang hobby nge-drive. Aku saja jantungan waktu satu mobil dan disetiri Rio.""Iya, sama. Ingat tidak waktu kita ke puncak, terus aku sampai muntah? Aduh, berasa diputar-putar perutnya. Itu juga yang nyetir Rio. Memangnya kenapa Ne?" tanya Sofi penasaran."Semenjak aku hamil, Rio auto tobat. Setiap naik mobil denganku, dia selalu mem
Read more
Bab 14. Kulu Kulu
Terlihat santai, Saga turun dari mobil, menghampiri Lian dan yang lain di pinggir trotoar itu. Wajah jengah Lian sudah tidak bisa disembunyikan lagi saat suaminya itu tepat berdiri di depannya.Lian jelas tahu, Saga dapat info darimana sehingga ada di sini. Sudah pasti dari Andri atau bisa jadi Rama."Aku sudah telepon bengkel, mungkin sebentar lagi mobil dereknya sampai.""Makasih, Yo. Sudan bantu Lian." Saga menepuk ramah pundak Rio."Tidak masalah. Sahabat Ine, sahabatku juga." balas Rio.Saga mengangguk. Lelaki itu lantas mendekat ke arah Lian yang pura-pura sibuk dengan ponselnya. Padahal hanya scroll marketplace melihat-lihat produk. Sampai akhirnya, Lian terpaksa mengalihkan fokusnya pada ponsel saat sesuatu melingkar di pinggangnya dan sebuah hembusan napas terasa di sekitar telinganya, berbisik."Kamu pasti panik sekali tadi, kenapa gak telpon aku, malah telpon Rama?" katanya."Kamu bukannya sibuk?" ujar Lian tidak bersahabat.Saga menghembuskan napas kasar tepat di samping w
Read more
Bab 15. Liburan Indie
Dulu keluarga Lian memelihara kucing. Tidak sampai belasan, tapi lumayan banyak. Ia dan Anggi biasanya akan membagi tugas untuk memberi makan kucing-kucing mereka. Orangtuanya yang bagian menyayang-nyayang saja di depan televisi. Namun, seiring waktu, Lian sibuk kuliah dan mencari kerja. Kedua orang tuanya sudah tidak punya banyak energi untuk para anabul itu. Anggi pun juga sempat merantau. Daripada para anabul itu tidak terurus, akhirnya Lian merelakan kucing-kucingnya diadopsi oleh orang lain.Setelah menikah pun, ia dan Saga tidak sempat memikirkan kucing. Jangankan kucing, ikan yang baru di beli satu hari saja sudah mati karena tidak mereka beri makan, saking sibuknya.Sudah lama sekali ia tidak berjibaku dengan kucing, hewan yang paling manis dan manja. Kini, kerinduannya untuk punya kucing, terobati oleh hadirnya Kulu. Ya, Lian dan Saga sepakat menamainya Kulu, persis seperti nama nasi goreng yang sering lewat depan rumah mereka.Entah sejak kapan,
Read more
Bab 16. Otw Beach club
Lelah berkejar-kejaran, mereka duduk bersantai di sun lounger sambil menikmati kelapa muda dan pemandangan matahari terbenam yang menakjubkan."Aku tahu kamu lebih suka pantai daripada gunung. Tapi, bagaimana jika suatu hari kita merencanakan ke gunung sekali-kali?"Lian membenahi topinya dan menoleh. "Daripada ke gunung, lebih baik ke mall."Sudah Saga duga. Bukannya merasa tersinggung karena Lian menolak ajakannya, Saga justru terbahak. Lian memang tidak pernah suka sesuatu yang ribet. Prinsipnya jika ada yang mudah kenapa harus mencari yang susah? Ia suka alam, tapi tidak dengan lelahnya harus menyusuri perbukitan atau hiking dan sebagainya."Kamu lihat itu kan Mas?" tunjuk Lian ke ujung barat. "Sunset yang tidak perlu dikejar dan banyak effort saja, sudah terpampang nyata di hadapan kita. Kenapa kita harus memilih cara yang lebih sulit untuk sekedar melihatnya? Begini saja sudah gratis dari Tuhan dan patut disyukuri, kamu malah mau menantang d
Read more
Bab 17. Akhir dari liburan singkat
Lian merasakan tangan Saga perlahan terlepas dari perutnya. Ia tidak bisa berpikir apapun karena masih sangat nengantuk sekali. Matanya bahkan tidak bisa dibuka hanya untuk melihat Saga mau kemana. Ia berusaha nenarik tangan itu lagi untuk tetap memeluknya. "Sayang sebentar, aku ada telpon." bisik Saga di telinga Lian.Lian mengerang serak untuk protes tanpa membuka mata, masih kekeuh mempertahankan tangan kekar itu. Ia butuh kehangatan di pagi buta ini."Sebentar saja, tidak lama. Oke?" Saga mencium pelipis Lian dan segera menarik tangannya.Sebagai gantinya, Saga menarik selimut lebih tinggi untuk menutupi tubuh polos itu. Ya, semalam setelah dari beach club, mereka melakukannya. Ini yang dinamakan liburan sungguhan. Karena keduanya, sangat menikmati momen sejak kemarin. Terutama Lian. Setelah ia buang jauh-jauh ekspektasinya terhadap Saga, sejujurnya pikirannya lebih ringan. Ia tidak memiliki pikiran mendesak soal misinya. Semalam, mereka bahkan melakukan olahraga malam itu denga
Read more
Bab 18. Bertemu Mantan Kekasih
Fahri bertanya ada keperluan apa Lian di sini dan ia menjawab sedang liburan. Lian sengaja skip soal kehadiran Saga dan mengapa ia jadi berada di sini sendirian. Itu masalah privasi. Bisa saja Fahri akan menertawakannya karena ditinggal suami dadakan. Mau memutus basa-basi dengan basa-basi, Lian balik bertanya. Namun, saat mendengar jawaban Fahri, ia justru menelan salivanya kasar saat mendengar alasan lelaki itu berada di sini."Jadi kamu selain pemimpin perusahaan media, kamu mencari sampingan dengan bangun real estate di sekitar sini?""Iya.""Tapi orang mungkin tidak akan percaya real estate hanya jadi sampingan. Kamu terlalu nyeleneh."Fahri tertawa. "Sungguh, Anda. Memang ada investor dari beberapa teman juga, tapi ini hanya sampingan semata. Kita tidak menargetkan profit dalam waktu dekat. Ya investasi jangka panjang saja. Progresnya juga slow.""Oke, tapi ... Kok bisa?" Lian masih tidak percaya bahwa Fahri melakukan ini tanpa meng
Read more
Bab 19. Ciuman mantan
Lian hampir mengira Fahri sebenarnya mengikutinya dengan sengaja, mencari kesempatan yang ada, entah untuk tujuan apa. Di waktu yang seolah tepat pula, lelaki itu ada di depan guest housenya, menawarkan tumpangan. Namun, agaknya pikiran negatif itu terpatahkan saat Fahri harus join diskusi via audio di perjalanan. Lian tidak banyak mengerti Fahri membicarakan topik apa, tapi yang ia dengar, itu soal perusahaan medianya yang sedang berkoordinasi untuk acara anniversary malam ini.Sementara itu, Lian sibuk mengetik kata-kata mutiara alias nasehat pedas pada Rama karena masalah mobilnya dan pengerjaannya lama sekali. Sampai-sampai sudah menjelang sore, tidak kunjung datang."Anda, maaf ya aku jadi mengabaikan kamu." ujar Fahri di sela panggilan urgent itu.Lian hanya menyatukan jari telunjuk dan jempolnya membentuk huruf O dan mengangguk sekali. Diberi tumpangan saja ia sudah bersyukur dan tidak harus menunggu Rama dengan bosan. Guest house itu suda
Read more
Bab 20. Kemarahan yang meluap
Lian meronta saat tubuhnya di dorong dengan kasar ke badan mobil. Kedua bahunya di cengkeram dan tangannya tidak mampu mendorong tubuh Fahri meski ia melakukannya dengan sekuat tenaganya. Napasnya kian tidak beraturan dan yang ada hanya perasaan kecewa dan marah. Fahri terlanjur mencium bibirnya dan Lian semakin menggerakkan segala anggota tubuhnya untuk melepaskan diri. Ia tidak akan memberikan kesempatan sekecil apapun pada Fahri dan ia bersumpah, tidak akan lagi mau mengenal lelaki ini."Bangsat!!"Satu umpatan itu terdengar dan menekakkan telinga. Dari belakang, tubuh Fahri di tarik kasar oleh Saga yang entah sejak kapan sudah datang. Saga memberi bogem keras di wajah Fahri, berkali-kali sampai tersungkur dan bergantian memberikan bogem dalam waktu singkat. Lian panik. Tangannya dingin dan tubuhnya bergetar hebat dan tidak sanggup ia kontrol. Kakinya bahkan sulit digerakkan dan ia hanya terus menangis histeris.Meski sulit, lakukan sesuatu, Lian! Batinnya.Dengan kekuatan yang ters
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status