Semua Bab MY HANDSOME CEO: Bab 11 - Bab 20
24 Bab
Bab 11 : Merasa Jadi Istri?
Tepat pukul enam pagi, Alya sudah siap siap untuk berangkat ke kantor. Ia berdiri di depan cermin memperhatikan penampilannya. Semuanya sudah sangat rapi. Akan tetapi, Ia masih kepikiran tentang apa yang terjadi antara dia dan Arya. Itu membuat pikiran Alya menjadi tidak karuan.Tepat pukul setengah tujuh, Alya turun ke lantai satu dengan membawa tasnya. Rumah yang sangat besar itu kelihatan tampak sangat sepi. Sejak semalam, Alya hanya melihat Bi Iyem dan Pak Toni yang merupakan pekerja di rumah itu."Kemana keluarga Pak Arya? apakah Pak Arya seorang yatim piatu?" Tanya Alya dalam hatinya.Alya yang sudah merasa lapar, menuju dapur. Disana ia bertemu dengan Bi Iyem."Mbak Alya, tolong bangunkan Pak Arya. Tadi saya sudah mencoba mengetuk pintu kamarnya, tapi nggak ada jawaban. Mungkin Pak Arya masih tidur mbak." Ucap Bi Iyem.Tanpa pikir panjang lagi,Alya pun langsung bergegas menuju kamar Arya. Karena itu juga merupakan salah satu tugasnya sebagai asissten pribadi Arya.Tok...Tok..Tok
Baca selengkapnya
Bab 12 : Kemarahan Ayah Arya
Alya dan Arya tidak terlalu mempermasalahkan apa yang terjadi dengan mereka semalam. Alya bahkan setuju jika menjadi pacar bohongan Arya. Bagi Arya, Alya hanyalah seorang staf biasa sama dengan karyawannya yang lain. Tak pernah terbesit sedikitpun dalam kepala Arya untuk menjalin hubungan serius dengannya. Lagipula, Ia juga tidak mungkin menyukai seorang gadis desa sama seperti Alya.Sebenarnya, Arya tidak pernah setuju dengan perjodohan antara dia san Monica. Karena bagi Arya, Monica tak lebih dari seorang wanita manja, sombong dan suka menghambur-hamburkan uang orang tuanya, hanya demi kesenangan pribadi.Arya memang adalah seorang peribadi yang mandiri. Walaupun ia berasal dari keluarga yang berada, namun Arya tidak suka membuang-buang uangnya hanya untuk hal yang tidak penting.Sudah berapa tahun terakhir, Arya tidak lagi menjalin hubungan dengan seorang wanita. Terakhir kali ia pacaran dengan Olivia. Arya berpacaran dengan Olivia sejak mereka masih kuliah di luar negeri. Namun, hu
Baca selengkapnya
Bab 13 : Bertemu Orang Baru
Alya sangat menyukai mainan anak-anak. Melihat mainan, ia selalu teringat akan masa lalunya.Disaat kedua orang tuanya masih hidup. Kedua orang tuanya selalu memanjakannya dengan membelikan ia mainan.Namun kali ini, entah mengapa kebahagiaan itu hilang. Hanya ada rasa gelisah di hati Alya. Ia teus memikirkan apa yang akan terjadi dengannya di pesta ulang tahun Angga malam ini. Apakah ayah Arya akan membunuhnya di tempat? karena mendengar Arya menyukai wanita desa sepertinya.Ia berjalan menatap punggung Arya. Entah apa yang ada di dalam pikiran Bosnya itu sampai-sampai mau menjadikannya sebagai pacar bohongan Arya. Padahal, masih banyak wanita yang lebih cantik dan kaya di luaran sana yang bisa bersandiwara menjadi pacar Arya. Mengingat Arya adalah seorang pria yang kaya, tampan, dan juga memiliki postur badan yang proporsional. Pasti tidak akan ada wanita yang menolak untuk menjadi pacar settingannya." Kalau yang ini bagaimana? Ini bisa terbang dan juga bisa mengeluarkan suara." Tany
Baca selengkapnya
Bab 14 : Antara Uang dan Cinta
Jantung Alya bedebar kencang, Ingin rasanya ia meninggalkan tempat itu sekarang juga. Namun, kakinya seakan tak bisa digerakkan, sementara matanya tertuju pada seorang pria yang sekarang sudah berada tepat di depan matanya." Nanti saja kita bicara, Pa. Jangan buat suasana ulang tahun cucu papa semakin rusak lagi. Tamu yang papa undang ini sudah cukup merusak pemandangan." Ucap Arya." Nanti datang ke kamar 0230. Tunggu papa di sana." Ucap papa Arya yang kemudian memberikan cardlock." Oke."Sebelum pergi, pria yang merupakan ayah Arya itu melirik Alya. Lirikannya layaknya pisau yang sakan menebas leher Alya saai itu juga.Arya kemudian mengambil kotak kado dari tangan Alya. Ia berjalan, menyingkirkan beberapa anak yang sedang mengelilingi meja." Om Arya!" Seru bocah bernama Angga.Arya kemudian meletakkan kado yang dibawanya di atas meja, lelu menggendong Angga. " Ponakan om sudah besar yah sekarang. Sebentar lagi om nggak kuat ngegendong Angga lagi." Ucap Arya.Angga hanya tersenyum
Baca selengkapnya
Bab 15 : Tawaran Arya
Hampir saja Alya bertepuk tangan dengan akting Arya. Wajah pria itu kelihatan sangat serius, bahkan tidak ada keraguan sedikitpun yang muncul di wajahnya. Sejenak, Ia mengandaikan kalau itu benar-benar suatu uangkapan yang serius. Pasti dia akan merasa sangat bahagia." Aku bahagia dengannya. Setiap bersamanya, hidupku terasa sangat sempurna. Aku nggak ingin apa pun lagi. yang aku inginkan, hanya selalu bersamanya." Ucap arya kemudian menautkan jemarinya ke jemari Alya.Sontak Alya terkesiap. Kali ini ia tidak bisa melepaskan genggaman tangan Arya yang begitu sangat erat. Ia hanya bisa bergeser sedikit, karena takut Arya akan menciumnya lagi seperti yang ia lakukan di depan Monica." Ini tidak sesuai dengan kesepakatan kita ya, awas aja kamu berani macam-macam lagi." Gumam Alya dalam hati.Kemaran ayah Arya pun semakin menjadi-jadi. alya menoleh pada Ratna yang berdiri di belakang sofa. Ada garis kekhawatiran yang tampak di wajah wanita itu." Apa kamu nggak lihat, kalau dia itu hanya
Baca selengkapnya
Bab 16 : Alya Cemburu?
Semalaman, Alya memikirkan jawaban apa yang akan ia berikan pada Arya besok pagi. Hati kecilnya berseru untuk setuju, namun ada penolakan besar dari sisi hatinya yang lain.Alarm di ponsel Alya berbunyi. Ia bangun dan bergegas mandi. Pukul enam ia turun ke lantai satu. Sebelum turun ke bawah, ia lebih dulu membangunkan Arya. Namun, saat ia baru saja tiba di kamar Arya yang tidak terkunci itu, Alya melihat sudah tidak ada orang di sana. ia menghela napas lega ketika mendengar suara shower dari kamar mandi.Dengan wajah lesu, Alya pergi ke meja makan. Ia duduk menatap meja yang masih kosong." Mba Alya lagi sakit ya?" Tanya Bi Iyem yang datang menghampiri Alya." Nggak kok Bi. Saya baik-baik aja. Cuma sedikit kecapean saja." Jawab Alya." Mba itu harus bisa mengatur waktu. Jangan terlalu kecapean. Kemarin,Bibi lihat Mba Alya sudah bisa bersikap sedikit tegas. Kalau mba nggak begitu, Pak Arya nggak akan sarapan Mba."" Pak Arya tetap sarapan kok di kantor, kalau dia nggak sarapan di sini
Baca selengkapnya
Bab 17 : Arya Dalam Bahaya
Sabtu tiba. Alya bermalas-malasan di dalam kamar. Ia hanya sarapan ke bawah, lalu naik lagi ke kamarnya.Dinyalakannya TV untuk menonton salah satu series favoritnya. Ada beberapa telpon dan chat yang masuk ke ponsel Arya yang ada padanya. Namun, ia mengabaikan semua chat dan panggil itu. Hari ini, ia tidak mau berurusan dengan pekerjaan. Bahkan, ia tidak ingin bertemu Arya hari ini. Bahkan Alya juga berharap tidak akan bertemu dengan salah satu anggota keluarga Arya lagi.Pukul lima sore, pintu kamar Alya diketuk oleh seseorang. Ia pun berjalan untuk membuka pintu." Pak Arya?" Alya terkesiap melihat Arya yang sudah berdiri di depan kamarnya. Pria itu mengenakan kaos hitam dengan rambut yang acak-acakan seperti orang yang baru bangun." Ini Hari sabtu pak. Ini hari libur." Ucap Alya mengingatkan sebelum Arya kembali memberinya pekerjaan." Ini memang hari libur. Tapi, kamu sendiri yang mencari masalah. Kenapa kamu mematikan Hp yang aku berikan?" Tanya Arya.Alya menoleh melihat ponse
Baca selengkapnya
Bab 18 : Jebakan Penuh Nafsu
Sebelum Celine naik ke mobil, Arya mengirimkan alamat apartemen wanita itu pada Alya. Ia malas naik taksi. Ia berpikir apa gunanya punya asissten pribadi yang dibayar mahal, kalau menjemputnya saja tidak bisa. Itu pasti bukanlah hal yang sulit,mengingat mengingat mereka masih dalam satu kota. Dan tidak terlalu jauh untuk menjemput.Namun Celine berdehem begitu masuk ke dalam mobil. Dan membuat Arya terkejut hingga hampir melemparkan ponselnya." Sudah aku bilang, jangan ganggu Alya. Ini kan malam minggu. Biarkan dia menghabiskan malam minggunya dengan tenang. Aku yakin dia itu juga butuh hiburan. Pasti dia sudah mearasa sangat lelah dengan semua pekerjaannya selama seminggu ini, masa kamu nggak ngerti sih?" Ucap Celine yang masih memegang perutnya." Maaf." Arya memasukkan ponsel kembali ke dalam saku.Ia hanya sempat mengirim alamat tanpa mengirim perintah apapun lagi.Setelah mengemudi hampir dua puluh menit, Arya dan Celine sampai di apartemen.Arya memarkirkan mobil, lalu segera ber
Baca selengkapnya
Bab 19 : Ungkapan Perasaan Arya
Celine menarik celana panjang yang dikenakan oleh Arya. Dilemparnya celana itu ke samping kemeja yang sudah ada di lantai lebih dulu.Tak sabar, ia pun menarik paksa celana dalam, satu-satunya pakaian yang tersisa di tubuh Arya." Wow!" Seru Celine menatap bagian tubuh Arya yang tersembunyi di balik celana dalam. Senyuman Celine semakin lebar sambil membayangkan bagaimana permainan Arya di ranjang nanti.Celine kemudian berdiri di pinggir ranjang. Ia berpikir sejenak, apakah lebih baik ia berbaring menunggu Arya sadar atau mandi saja.Setelah berpikir panjang, ia kemudian memutuskan untuk mandi. Ia tak ingin sedikit pun bau keringat mengganggu malam indahnya bersama Arya nanti.Di dalam kamar mandi, Celine bersenandung riang. Setelah menunggu bertahun-tahun, Akhirnya kesempatan ini datang juga. Ia yang dulunya hanya bisa menggigit jari ketika mendengar Arya berpacaran dengan wanita yang berbeda setelah putus dari pacar sebelumnya, kini punya kuasa penuh atas tubuh Arya. Kini ia bebas me
Baca selengkapnya
Bab 20 : Tanda Merah di Leher
Semakin Alya mencoba melepaskan diri, semakin kuat cengkeraman Arya. Ia berusaha menjaga bibirnya tetap mengatup. Namun, pada akhirnya ia membuka mulut untuk bernapas.Lidah Arya menerobos bibir Alya. Dapat Alya rasakan ujung lidah pria itu bersentuhan dengan lidahnya sendiri.Degup jantung Alya semakin kencang. Dadanya naik turun dengan cepat. Tangan Arya perlahan ia rasakan mulai masuk lewat bagian bawah bajunya, menahan punggung agar tidak menjauh.Saat Alya tak melakukan perlawanan, ciuman Arya perlahan berubah lembut. Bibir yang tadi terasa seperti buah mengkudu, pahit dan menyiksa, kini bagaikan permen kapas yang lembut, manis dan menyenangkan.Tangan Alya berpindah ke leher Arya. Lidahnya mulai mengimbangi permainan lidah pria itu. Ia pun mulai mengambil alih. Ia melahap bibir Arya layaknya santapan yang tak boleh disia-siakan.Arya mendorong dada Alya, memberi waktu mereka untuk bernapas. Mata keduanya saling bersirobok.Sudut bibir Arya terangkat, membentuk senyuman yang sanga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status