All Chapters of Rupanya Aku Istri Kedua: Chapter 41 - Chapter 50
74 Chapters
Kenyataan Mencengangkan
“Memangnya enggak bisa di simpan sama asisten kamu? aku bukan orang senggang yang bisa antar jas dan menemui kamu di luar seperti ini.” Yudith meletakan paper bag di meja saat baru saja sampai di lokasi pertemuannya dengan Rajendra. “Kan aku juga sudah bilang enggak perlu dikembalikan buru-buru, atau enggak usah dikembalikan sama sekali juga enggak masalah,” kilah Rajendra. “Buat apa aku simpan, ini sudah kan? aku langsung pulang saja ya?” Yudith bahkan tidak mendudukkan dirinya di kursi. “Bukan hanya kamu yang sibuk, Yudith. Berhenti terus menanduk ... kamu terlihat memaksakan diri terus marah-marah sama aku. Duduklah sebentar,” pinta Rajendra dengan suara pelan. “Memangnya aku harus berbaik-baik sama kamu? aku duduk karena sebagai ucapan terima kasih saja,” dengus Yudith. “Iya baik ... baik ... begitu juga enggak apa-apa.” Rajendra menyingkirkan paper bag ke kursi sampingnya dengan senyuman
Read more
Surat Yang Terlambat Dibaca
Yudith menarik keluar map besar bertuliskan pengadilan agama, menutup laci tersebut tanpa merapikan terlebih dahulu. Membawa ke luar dari walk in closed dan duduk di tepi ranjangnya dengan satu kaki ia lipat ke atas ranjang sementara satu kaki lainnya menjuntai. “Ya Tuhan .... dia enggak bohong.” Yudith menutup mulutnya terkejut karena sertifikat yang di sebutkan Rajendra benar ada di sana. Yudith menghela nafas panjang, setidaknya tidak benar-benar hilang atau tidak sengaja terbuang. Walau bukan salahnya tapi jelas ia juga akan merasa bersalah dengan nominal sebesar itu. Yudith membuka perlahan, nama lengkapnya terpampang di sana sebagai pemilik tunggal, tidak ada nama lain di belakang namanya yang berarti hak mutlak miliknya. “Ibu ... kenapa sampai mengusulkan memberikan rumah ini sama aku, walau pakai uang anak ibu, tapi ibu tulus sekali sayang sama aku,” lirih Yudith. Yudith hendak menutup kembali sertif
Read more
Sebuah Rahasia Terbuka
“Bunuh diri?” beo Rajendra. “Iya bunuh diri karena simpanan kamu terus meneror Yudith dan kamu justru hilang di telan bumi. Yudith kurang apa sih, hah? dia jauh lebih cantik dan hebat dari pada simpanan kamu itu. Astaga, jangan ganggu Yudith kami lagi. Dia sangat menderita untuk bisa bangkit melanjutkan hidup kembali karena laki-laki berengsek seperti kamu,” seru Vanesa. “Beb sudah Beb sudah, jangan berteriak-teriak ya. Kamu bari dijahit.” Suami Vanesa membujuk sang istri agar berhenti emosi. “Sudah Nes sudah ya,” bujuk Yudith dengan ringis. “Dia harus tahu Yudh, dia harus tahu sehancur apa hidup kamu dibuatnya. Jika dia memohon maaf seumur hidupnya pun tidak akan bisa mengganti apa yang sudah kamu lewatkan itu.” Vanesa menggebu-gebu tidak memedulikan bujukan dua orang di sana. “Kamu keluar saja dulu.” Yudith menoleh pada Rajendra memintanya keluar dari dalam kamar rawat Vanesa.
Read more
Kode Sesama Pria
Yudith hendak menarik tangan Galuh untuk mengejar dua laki-laki yang mulai tidak tampak dari pandangan matanya. Akan tetapi lengan Yudith ditahan kuat oleh sang sepupu. “Abang kita harus kejar mereka, sepertinya Xande mau melarikan diri bawa koper masuk ke bagian keberangkatan,” geram Yudith. “Aku bilang jangan sekarang, Rajendra melarang kita mendekati mereka.” Galuh berkata dengan mata juga tertuju ke arah laki-laki nun jauh dari pandangan. “Hah? bagaimana?” seru Yudith tidak dapat memahaminya. “Kita ke hotel dulu ayo. Biarkan mereka mau ke mana juga,” tegas Galuh. “Abang!” Yudith menolak tentu saja karena merasa mereka akan kehilangan jejak. “Percaya sama Abang, ayo cepat.” Galuh kini bahkan menggandeng tangan Yudith yang masih saja menolehkan kepalanya ke arah berlawanan mereka melangkah. “Percaya bagaimana? bagaimana Abang tahu kalau Rajendra melarangnya?
Read more
Pendekatan Berselimut Perhatian
“Memang aku cantik, baru sadar memang? kebanyakan pingsan sih,” cibir Yudith menerima umpan. Rajendra mengangguk kecil dan kembali fokus pada tujuan awalnya mendatangi pesta pertunangan Galuh. Yudith mengangguk beberapa kali, posisi duduknya yang bersebelahan dengan Rajendra tidak menjadi masalah untuknya. Tidak ada setengah jam mendengarkan penuturan Rajendra, Yudith menghela nafas seraya menegakkan badannya. “Memang salah kita yang sangat jarang kunjungan ke sana, beberapa bulan ke belakang kita terima lumayan banyak proyek besar dan itu membuat kita fokus di sini. Thank you so much sudah banyak sekali membantu.” Yudith menoleh ke arah Rajendra dengan senyum tulusnya. Rajendra terpaku sejenak memandang wajah cantik jelita yang bisa di katakan mungkin senyuman itu untuk pertama kalinya ia dapatkan dengan tulus dari mantan istrinya. “Kebetulan saja aku enggak sengaja tahu kalau Xander adalah kepala area Jaka
Read more
Buntut Kesalahpahaman
“Heh bangs*t!” amuk Galuh. “Sudah Gal, sudah.” Rajendra menahan kedua tangan Galuh dari belakang saat Galuh hendak menerjang laki-laki yang kedua tangannya sudah diborgol dan baru dipertemukan dengan mereka setelah penangkapan, Xander. Xander hanya menunduk dalam di bawah pengawasan dua petugas polda. Galuh sangat menyeramkan jika sudah menyangkut tersangka penggelapan dana di kantornya. Ia tidak akan lagi memiliki belas kasihan sekalipun sang tersangka memohon ampunan di kakinya. Galuh mendengus kencang saat Rajendra melepaskannya, jika mereka tidak berada di dalam kantor kepolisian, Xander sudah pasti akan habis di tangannya. Rajendra menepati ucapannya untuk membantu mengumpulkan bukti yang ia miliki dengan tuntutan yang diberikan kantor mereka pada tersangka. Tidak membutuhkan waktu lama Xander diringkus dalam kamar hotel di Jakarta dengan sedikit drama mendebarkan jantung. “Kita balik saja, pengacara k
Read more
Terpesona
"Jangan di pegang, sakit banget.” Yudith berseru saat Rajendra hendak memeriksa kakinya yang luar biasa sakit. “Kamu kenapa mengejar dia? dia akan tertangkap enggak lama lagi.” Rajendra mengeluarkan ponsel dari saku dan menghubungi Galuh.“Sory aku angkat, astaga kamu benar-benar.” Dengan suara cemasnya Rajendra mengangkat tubuh Yudith di bawah tatap begitu banyak orang dan tawaran mencarikan taksi yang segera ia tolak karena ia membawa mobilMenceritakan dengan singkat kejadian yang menimpa Yudith serta meminta Galuh segera menyusul ke rumah sakit sementara ia yang akan membawa Yudith secepatnya. Memasukkan Yudith ke UGD saat tidak lama Galuh dan Elana sampai sana dan memberondong Rajendra dengan pertanyaan kejadian lengkapnya.“Shit.” Galuh mengumpat dengan mengacak rambutnya.“Kenapa Yudith nekat sekali sih? memangnya elu enggak bisa tahan dia sebelum mengejar itu orang?” Pertanyaan menyudutkan Galuh dijawab Rajendra dengan hela nafas panjang.“Yudith tiba-tiba lari
Read more
Pembuktian Yang Bagaimana
“Susah ya pakai kruk?” Rajendra memberikan tas Yudith sebelum meninggalkan pelataran rumah sakit setelah selesai cek up. “Susah, setidaknya kaki aku enggak akan lupa fungsi dia untuk jalan. Aku enggak banyak gerak juga, mama akan teriak-teriak kalau lihat aku banyak jalan,” papar Yudith.Rajendra mengangguk. “Tentu saja memang harus di marahi kalau enggak menurut. Syukur enggak sampai patah. Bisa panjang urusannya.” “Panjang urusannya?” ekor Yudith. “Iya tentu saja, aku bukan hanya di marahi mama kamu tapi pasti digebuki,” ringis Rajendra. “Tunggu ... kapan mama marah sama kamu?” Yudith mengerutkan kening dalam. “Iya ... di depan ruang UGD saat dihubungi Galuh kalau kamu cidera. Mama kamu saat melihat aku di sana langsung memarahi aku, beliau pikir kamu cidera karena aku. Setelah Galuh ceritakan baru enggak marah,” ringis Rajendra. “Oh ya? kok mama enggak bilang sama aku? aba
Read more
Keras Kepala Mendekati
“Peringatan dari mama lebih menyeramkan, bukan? jadi berhenti saja.” Yudith mengatakan melalui telepon pada malam hari saat Rajendra menghubunginya. Terdengar kekeh panjang dari Rajendra sebelum menjawab pernyataan Yudith. “Aku sudah tahu dari awal kok risikonya, tidak akan pernah mudah. Bukan berarti aku akan berhenti saat mendapatkan peringatan dari mama kamu. Justru kalau aku berhenti, itu menunjukkan aku memang sepengecut itu. Enggak bersungguh-sungguh, aku siap menghadapi seribu penolakan dari kamu dan mama kamu. Kamu belum tidur memangnya jam segini?” Rajendra membelokkan pembicaraan agar Yudith tidak terus mengingatkannya dari peringatan mamanya. “Sudah mau tidur, kamu malah telepon. Sudah matikan saja,” desah Yudith pasrah. Di dalam kamarnya yang berwarna putih moca, Yudith berbaring miring dengan menumpukan kaki kiri pada bantal. “Oh ya sudah, night Yudith .... “ Yudit
Read more
Genggam Tangan
Yudith mendengus akan tetapi rona wajahnya tidak dapat ia sembunyikan. Ia segera berdiri dan meraih kruk untuk kembali melangkah ke teras rumah. Rajendra meletakan kembali pakan ikan ke tempatnya sebelum menyusul Yudith ke teras. “Kamu sudah makan belum? kita makan dulu bagaimana? sebelum aku kembali ke kantor? Mama kamu pasti akan seharian di rumah Galuh kan? nanti kamu bisa kelaparan sendirian dengan kaki sakit.” Rajendra mengambil jas yang ia sampirkan ke kursi besi. “Memangnya aku enggak ada makanan di rumah? ada mbak yang masak selama aku sakit,” gerutu Yudith.Rajendra terkekeh kecil. “Iya maksud aku, aku mengajak kamu makan di luar bukan berarti di rumah kamu enggak ada makanan. Ayo, aku tunggu kalau mau ganti baju.” Yudith diam sebentar, kemudian mengangguk kembali masuk ke dalam rumah dengan langkah perlahan. Sementara Rajendra menunggu dengan membuka pintu mobilnya terlebih dahulu dan meletakan jas di bangku belak
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status