All Chapters of Kau Bisa Apa Tanpaku, Mas?: Chapter 81 - Chapter 90
116 Chapters
Menemui Neti
"Ibu! Bangun, Bu!" panggil Salma panik.Dipangkunya kepala sang Ibu sambil menepuk-nepuk pipinya. Barangkali, upaya itu bisa membuat Ibunya sadar kembali. Namun, hingga beberapa detik kemudian, tanda-tanda sang Ibu akan sadar belum terlihat juga."Mas Seno! Mas!!!" teriak Salma. "Mas Seno!""Apa, sih?" tanya Seno yang keluar dari kamar dengan tampang yang kusut. Roman wajahnya terlihat agak kesal."Ibuku pingsan, Mas! Tolong bantu aku bawa Ibu ke klinik!" pinta Salma dengan panik."Arghhh!!! Ngerepotin aja, sih!" gerutu Seno.Untungnya, lelaki yang baru saja dibuang istrinya itu mau membantu Salma. Dia segera mengangkat tubuh Bu Dian menuju ke mobil rentalan yang untungnya belum dikembalikan Salma."Kamu yang nyetir, ya, Mas! Aku... aku nggak bisa nyetir dalam keadaan panik.""Ya," angguk Seno setuju.Perjalanan menuju ke klinik terdekat hanya memakan waktu kurang lebih sepuluh menit. Bu Dian langsung ditangani oleh tenaga medis sementara Salma menunggu dengan gelisah, ditemani oleh l
Read more
Sahabat?
Bian sudah menebak jika reaksi Neti akan seperti ini. Sang adik sudah terlanjur cinta mati pada laki-laki yang usianya jauh lebih muda itu."Net, dengar penjelasan Mas dulu! Mas punya alasan, kenapa Mas sampai melakukan hal itu," bujuk Bian sambil berusaha memegang kedua tangan Neti yang terus berusaha untuk memukul dadanya."Apa? Apa lagi yang mau Mas jelaskan, hah? Paling, suamiku hanya minta dibayarin uang kontrakan aja kan, Mas? Iya, kan? Dan, seharusnya Mas bayarin aja! Masa' duit segitu, Mas perhitungan dan lebih memilih mengusir suamiku, sih?""Bukan karena itu, Net!" geleng Bian menyangkal."Terus apa? Cicilan motor? Iya?""Bukan juga," jawab Bian lagi."Terus apa? Kesalahan apa yang suamiku lakukan sampai-sampai Mas tega ngusir dia, hah?"Mata Neti yang membulat, tampak dipenuhi kilat amarah. Baginya, Dika adalah segalanya. Dunianya. Dan, jika Dika pergi, maka Neti tak akan pernah bisa bertahan lagi."Dika selingkuh sama Salma!" ujar Bian dengan suara yang lumayan tinggi.Deg
Read more
Ngelunjak
"Kita lihat nanti saja ya, Mas!" jawab Najwa.Dia tak bisa berjanji. Takut, janji itu tak akan bisa dia tepati."Aku permisi dulu! Assalamualaikum!" pamitnya pada pria berambut gondrong itu. "Wa-waalaikumsalam," jawab Deva.Dia menyaksikan punggung Najwa yang perlahan hilang saat berbelok melewati rak berisi barisan Snack. Sementara, dirinya masih berdiam di sana hingga beberapa menit berlalu."Kali ini, aku nggak akan nyerah, Wa! Aku pasti akan berjuang untuk mendapatkan kamu. Tunggu, saja!" * Ting! Ting! Ting! Najwa membunyikan klaksonnya berkali-kali saat seorang pria berdiri sambil merentangkan tangan, menghalangi laju kendaraannya yang ingin masuk ke halaman rumahnya sendiri. Saat Najwa mengerem, laki-laki itu langsung menghampiri pintu pengemudi kemudian mengetuk-ngetuk kaca jendela mobil Najwa. "Ada apa lagi, sih, Mas?" tanya Najwa dengan tampang yang terlihat teramat kesal. "Mas mau bicara! Tolong turun dulu!" pinta Bian. "Ck! Aku capek habis pulang kerja, Mas! Apa ngg
Read more
Tawaran investasi
"Maaf, aku menolak!" jawab Najwa dengan tegas.Sementara, senyum di wajah Bian seketika sirna. Dia kecewa dengan jawaban Najwa."Loh, kenapa? Apa kamu takut, Ibu akan merepotkan kamu? Tenang aja! Begitu Mas sudah dapat kerjaan, Mas akan rutin mengirim uang untuk biaya hidup Ibu selama tinggal sama kamu.""Bukan hanya uang yang jadi masalah!" bantah Najwa. "Bi Iroh aku pekerjakan hanya untuk mengurus rumah. Kalau aku minta dia untuk merawat Ibu kamu juga tanpa tambahan bayaran sepeserpun, pasti dia bakalan nolak dan memilih untuk resign saja.""Kan a...,""Begitu pun dengan Ibu aku! Aku ngajakin Ibu ke sini hanya untuk liburan dan senang-senang. Bukan untuk disuruh merawat mantan besan yang dari dulu nggak pernah bisa menghargai beliau." Cepat, Najwa memotong kalimat Bian dengan kata-kata yang tajam dan begitu menohok.Seharusnya, Bian masih memiliki muka untuk sedikit tahu diri akan posisinya. Selama ini, dia dan Ibunya selalu menghina profesi kedua orangtua angkat Najwa yang hanya p
Read more
Iri jalan petaka
Bian terdiam sesaat. Dia mencerna tawaran Arlo dengan baik. Investasi? Ah, rasanya Bian kurang yakin dengan cara yang satu ini. "Nggak, ah!" tolak Bian. Dia kembali memasukkan satu suapan nasi ke dalam mulut. "Loh, kenapa? Padahal, gue udah baik banget loh, mau tawarin lu buat ikut investasi ini." Bian melirik Arlo sesaat. Kemudian, fokusnya kembali pada nasi yang kini hampir tandas diatas piring. "Entar, lu malah nipu gue, lagi." "Mana mungkin, Yan!" sangkal Arlo seraya berdecak kesal. Dia terlihat keberatan saat Bian mengatakan hal seperti itu tentang dirinya. "Gue ini sebenarnya cuma kasihan aja sama Lu. Makanya, gue nawarin lu buat ikut sama gue di investasi ini. Tapi, kalau lu nggak mau, ya udah! Gue sih, nggak ada masalah kalau misalnya lu memang nggak mau ikut. Tapi, jangan sebut gue penipu juga, dong! Tersinggung nih, gue!" "Ya, maaf, Lo! Kan, gue cuma waspada aja. Masalahnya, penipuan berkedok investasi udah mulai marak akhir-akhir ini." "Itu sih, kalau Lu memang nggak
Read more
Masuk jeratan
Pulang ke rumah, Bian masih kepikiran soal investasi yang ditawarkan Arlo. Uang pemberian Salma masih tersisa lumayan banyak. Kurang lebih, sekitar delapan puluh juta-an. Haruskah dia investasikan semua uang itu atau tidak? "Nggak!" geleng Bian. "Kalau uang itu malah nggak balik lagi, gimana?," gumamnya sambil memikirkan kemungkinan yang terburuk dari skenario investasi ini. "Tapi, kalau ternyata Arlo memang jujur, bagaimana? Bukankah, itu sama saja dengan aku membuang kesempatan emas untuk menjadi kaya raya?" Arggh!! Bian benar-benar pusing. Dia tak tahu harus mengambil keputusan yang mana. Keesokan harinya, dia meminta Arlo untuk bertemu kembali. Kali ini, Bian sudah tak tahan lagi. Dia ingin mencoba menerima tawaran yang diberikan Arlo walau memiliki resiko yang begitu tinggi. "Kenapa lu ngajakin gue ketemu?" tanya Arlo begitu dia sampai di cafe tempatnya mengadakan janji temu dengan Bian. "Nggak apa-apa. Gue cuma mau ngajak lu ngobrol biasa aja. Maklum, gue nggak ada t
Read more
Kamu, masalahnya!
Melihat Bian yang sempat terdiam karena permintaannya, Arlo langsung segera memutar otak. Bian memang tidak mudah untuk dikelabui. Dari jaman mereka SMA, Bian memang tipe orang yang gampang curiga pada niat orang lain."Rekening gue kan udah terhubung tuh, sama perusahaan. Jadi, kalau lu tf ke situ, nanti yang ada duit lu kecampur sama punya gue. Terus, gue malah jadi pusing, gimana cara bagi hasil keuntungannya sama lu.""Lu nggak punya rekening lain?""Nggak ada."Bian menghela napas panjang. Baru kali ini dia menemukan seseorang yang hanya memiliki satu rekening saja. Padahal, ngakunya banyak uang."Lu kan banyak duit, Lo! Masa' rekening cuma ada satu?""Faktanya memang gitu, Bro! Gue malas yang ribet-ribet. Kalau udah punya satu rekening, kenapa harus buat lagi?"Bian mengangguk-anggukkan kepalanya. Apa yang diucapkan Arlo mulai terasa masuk di akal. Ya, mungkin Arlo memang malas ribet saja. Lagipula, Bian juga tidak terlalu paham tentang alur investasi yang saat ini dia geluti. A
Read more
Kejadian masa lalu
Beberapa tahun yang lalu..."Bro, muka lu kenapa? Kok, ditekuk gitu?" tanya Deva pada sahabat baiknya, Yogi."Gue ditolak, Bro!" jawab Yogi sambil menghenyakkan bokongnya disamping Deva. "Memang sialan itu cewek! Sok kecantikan banget, sumpah. Masa' mau dipegang tangannya aja, dia nggak mau? Jual mahal banget... padahal paling-paling isi bagian bawahnya juga udah jadi barang obralan."Cuih!Yogi meludah dengan kasar. Semua itu tak luput dari penglihatan Deva."Memangnya, siapa cewek itu?""Najwa Asyifa. Lu kenal, kan? Itu loh, yang sering main bareng sama kakak sepupu lu itu."Jantung Deva tersentak kuat. Tangannya reflek terkepal erat. Dia tahu, seperti apa karakter sahabat baiknya itu. Yogi bukan tipe pria yang akan menyerah dengan mudah jika ditolak wanita.Yogi selalu punya cara yang apik untuk membalaskan dendamnya. Kalau tidak mengumbar aib masa lalu si wanita, maka wanita tersebut akan dia jebak untuk bisa tidur dengannya."Lu jangan coba-coba balas dendam ke dia, Gi!" peringat
Read more
Selamat tinggal, Bro!
Najwa tertegun usai mendengar cerita Halimah. Jadi, gara-gara dirinya, Deva dulu sampai kena masalah?Diam-diam, Najwa mulai merasa bersalah. Jujur saja, dulu dia menganggap Deva sebagai seorang pengacau. Pemuda playboy yang gemar sekali berganti pacar setiap minggunya."Deva sebenarnya udah kagum dari dulu sama kamu loh, Wa!""Hah?" Najwa terlihat bengong. Otaknya masih berusaha mencerna tentang kejadian masa lalu yang ternyata berhubungan erat dengan dirinya."Deva kagum sama kamu sejak pertama kali kamu menginjakkan kaki di kampus kita. Tapi, karena dasarnya tuh anak sebenarnya pemalu, jadi dia cuma bisa mengagumi kamu diam-diam tanpa ada niat untuk ngajakin kamu kenalan.""Pemalu?" Najwa tertawa. "Masa' pemalu tapi tiap minggu selalu gonta-ganti pacar, sih, Kak?""Kata siapa? Deva belum pernah pacaran, tahu!" bantah Halimah. "Cewek-cewek itu aja yang ngaku-ngaku jadi pacarnya Deva. Padahal, aslinya mah enggak."Mulut Najwa mendadak bungkam. Ah, ternyata banyak sekali hal yang Najw
Read more
Mencari Arlo
Dua bulan kemudian... Bian dilanda panik ketika Arlo selama satu setengah bulan ini tidak bisa dihubungi. Bagaimana tidak? Bian terlalu menggantungkan harapan pada uang yang dia berikan pada Arlo namun belum juga menemui titik terang sampai sekarang. "Apa aku ke rumahnya aja, ya?" lirih Bian bermonolog. Uangnya benar-benar sudah habis. Sehari-hari, Bian menyambung hidupnya bersama sang Ibu dengan menjadi juru parkir liar di depan sebuah minimarket yang tak jauh dari rumah kontrakannya. Beberapa kali pula, dia berusaha menemui Najwa di rumahnya. Namun, perempuan itu ternyata sudah pindah. Rumah itu sudah dikontrakkan pada orang lain yang membuat pikiran Bian semakin kalut. Padahal, hanya Najwa yang tersisa sebagai harapan untuk dapat membantu Bian. "Ya, aku harus ke rumahnya Arlo!" angguk Bian penuh keyakinan. Akhirnya, dengan menaiki motor matic milik sang adik, Bian berangkat menuju ke alamat yang pernah diberikan Arlo. Sesampainya, di sana, Bian tampak begitu syok saat melihat
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status