Semua Bab Ketika Pewaris Jatuh Cinta: Bab 51 - Bab 60
227 Bab
[50] Vero Ketinggalan Di Rumah Sakit
Laras tertawa terbahak-bahak. Mama Stefany itu menyukai respon yang Vero tampakkan. Rasa frustasi Vero membuatnya yakin jika sang menantu sangat mencintai putrinya. Laras tak setega itu memisahkan pasangan yang baru saja membina biduk rumah tangga. Masalah dan badai baginya merupakan hal wajar dalam setiap hubungan. Tergantung bagaimana mereka menyikapi kemelut yang datang menghampiri. Laras percaya, dasar membahagiakan Stefany telah dimiliki Vero seutuhnya. Awalnya Laras memang tak menyetujui pernikahan putrinya. Orang tua mana yang akan memberikan restu jika tiba-tiba mereka digeruduk, layaknya penggerebekan wisata malam yang penuh ani-ani. Mereka tak diberi waktu banyak. Vero bertandang tanpa pemberitahuan. Membawa kabar burung jika mereka terciduk wanita yang saat ini menjadi besannya. ‘Mama..’ ‘Saya bukan Mama kamu ya.. Ini ada apa Pak, nyuruh kami bersiap.’ ‘Gawat Tante.. Daddy biar vero aja yang ngasih tahu.’ Vero menghentikan Ray. Daddynya tak boleh menjadi juru bicara. ‘
Baca selengkapnya
[51] Pesona Mematikan Pangeran Husodo
“Ayang!”Tubuh wanita yang tengah memilih baju kerja untuk Vero itu berjengit. Ia kaget karena tak merasa mendengar langkah sandal rumahan yang Vero kenakan. “Udah selesai mandinya?!” lima bulan berlalu sejak terbuangnya Vero di depan pintu keluar rumah sakit Darmawan. Vero benar-benar menepati ucapannya- mengadu pada Opanya, Ferdinand Husodo.Alhasil, seluruh orang terkena amukan pria yang usianya telah melebihi setengah abad itu.“Kamu pengen aku pake baju apa Ayang, hari ini?!” tanya Vero sembari meletakan dagunya di pundak Stefany.Vero tak pernah merasa malu meski Stefany memilihkan warna merah muda. Ia selalu berjalan penuh rasa percaya diri. Menengadahkan wajahnya menyusuri kantor utama Husodo.General Manager— kedudukan itu Vero dapatkan berkat aliran darah yang ada di dalam tubuhnya. Privilege, orang-orang menyebutnya demikian. Vero tak akan mempermasalahkan gunjingan yang datang.
Baca selengkapnya
[52] Jangan Sampai Terulang
Dimana-mana ia menjadi idola. Vero tak bisa menyalahkan bintang yang jatuh di atas kepalanya. Ia sadari, andai tak ada nama Husodo dibelakang namanya mungkin ia hanya akan digandrungi karena mulut manis dan ketampanannya. Selain membuat keributan, Vero tak memiliki kelebihan lain. General manager hanya sebuah ukiran di papan berbahan dasar marmer yang berada di atas meja kerjanya. Semua pekerjaan terasi dengan baik- oleh Adrian tentu saja. Tugasnya hanya duduk manis menunggu jam pulang kantor tiba. Vero mengetuk-ngetukkan jari telunjuk. Ia harus apa?! Dunia kerja ternyata tak seindah bayangan mendapatkan bayaran puluhan juta atas jerih payah sendiri. Ia adalah pegawai bayangan dengan honor cuma-cuma. Anggap saja gaji buta.Membuka laptop, Vero menyalakan satu aplikasi yang ia pesan khusus pada IT perusahaan. Hari-harinya dihabiskan untuk mengintai wanita cantik dambaan hatinya. Delapan jam lamanya mereka terpisah jarak dan
Baca selengkapnya
[53] Rupanya Ada yang Panas
“Mas Dimi jangan nyebarin hoaks dong.”Dimitri memutar bola mata. Kurang pergaulan boleh, tapi kalau sudah anti sosial sampai tidak tahu kabar yang berkembang di luaran, menurut Dimitri, Sisilia sungguh sangat keterlaluan. Dampak yang terjadi begitu besar hingga tak mengetahui sosok yang digoda ternyata pria beristri."Pesen makanan dulu aja deh. Ngobrolnya nanti. Udah jam segini nih." Sela Vero. Pembahasan mengenai anak-anaknya bisa dilanjutkan sembari makan.“Mbak!” panggil Vero, melambaikan tangannya pada pelayan yang berdiri di depan meja bar. “Saya menu biasanya ya. Tintin lo apa?!” tanya Vero. Mereka memang langganan bar and resto yang sedang dikunjungi.“Samain aja.” Ujar Justine. Pria itu tengah memainkan ponsel pintarnya. Menggulirkan layar untuk melihat-lihat foto-foto yang istrinya kirimkan.“Siap Mas. Untuk Mas dan Mbaknya?!” Sisilia memesan makanan ringan dengan alasa
Baca selengkapnya
[54] Mommy, Pecat Kamu!
Jalan-jalan menjadi agenda yang selanjutnya Vero pilih. Ia mengajak Stefany menyatroni pusat perbelanjaan. Rasa-rasanya ia ingin melihat Stefany berbelanja. Istrinya hampir tak pernah memuaskan hasrat kewanitaannya. Stefany tergolong wanita yang hemat dalam pengeluaran.Pernah Vero menawarkan katalog brand ternama, namun sosok yang hidup merantau bermodalkan uang bulanan sebesar lima juta rupiah itu, malah memintanya untuk memangkas pengeluaran yang tak perlu. Vero tak suka..Stefany dipilih untuk menjadi ratu. Hidupnya harus bergelimang harta dan kasih sayang. Urusan berapa nominal yang harus dikeluarkan kapasitasnya untuk berpikir. Hal tersebut merupakan tanggung jawab Vero seutuhnya. Jika tabungannya kurang, mereka bisa minta tambahan dana santunan dari Daddy-nya. “Ke Matahari ajalah yang murah, Ver.”for Goodness sake. Apa yang perlu dirisaukan dari sebuah label harga?! Membeli gedung dan seluruh gerainya saja, Vero yakin Daddy-nya mampu. Stefany sepertinya tidak pernah melakuka
Baca selengkapnya
[55] Ayang, Aku Utang Dulu, Soon Diganti!
Vero tak pernah seserius ini mengerjakan sesuatu kecuali saat mengejar cinta Stefany. Ia ingin hidup mandiri tanpa campur tangan Mommynya. Semalam wanita itu mengamuk dikarenakan sikap kekanakannya. Hal tersebut mampu menampar kesadaran Vero.Dibesarkan dengan suapan sendok berlian ke mulutnya membuat Vero tak mengerti apa itu arti tanggung jawab. Cih! Mommynya benar-benar cerewet. Jika ada manusia yang menyuapi Vero, itu jelas-jelas Mellia Husodo. Pembentukan karakternya yang manja dan serba menggampangkan tercipta karena sang nyonya besar menikah dengan pengusaha tajir melintir.‘Coba kalau kawinnya sama kayak levelan OM Dito?! Biasa aja kan kayak si Axel!’ Ribuan penyangkalan untuk melawan argumen keras Mellia selalu Vero gencarnya di setiap titik yang wanita itu ambil.Hasilnya?!Vero sukses menyandang gelar pengangguran sekaligus anak durhaka sekarang.“Oh My God, Abang! Udah kayak orang bener aja..” Vallery menutup mulutnya.“Kamu bolos?!” mungkin ini akan menjadi hari-hari tera
Baca selengkapnya
[56] Kita Kabur, Bukan Pindahan!
“Yang, tapi itu dibeli pake duit Mommy sama Daddy!”Di tepi ranjang, Vero memperhatikan Stefany yang tengah memasukan baju-baju ke dalam koper. Mereka sudah sangat yakin untuk melangkahkan kaki keluar meninggalkan sangkar emas yang ternyata menusukan besi panas.Tidak tahu diri memang. Namun untuk membersihkan nama yang terlanjur buruk, mereka memang harus menempuh jalur ekstrim. Perilaku kecil tak mungkin terlihat hingga bisa merubah predikat yang terlanjur melekat. Percuma! Semua hanya akan berakhir sia-sia.Sebagai wanita yang diminta secara paksa dari orang tuanya, Stefany wajib hukumnya membela Vero. Harga diri laki-laki itu merupakan hal yang juga harus Stefany jaga. Ibarat pakaian, Vero adalah pelapis luar tubuhnya. Ia telanjang jika Vero tak mampu mempertahankan harga dirinya.“Sempak kamu aja bukan hasil jerih payah sendiri Vero. Ya kali mau polosan. Dikira orang gila loh!”Vero menggaruk belakang kepalanya. Stefany benar. “Masukin deh, Yang.” Vero mengalah.Biarlah.. Kalau d
Baca selengkapnya
57 Bawa Anakku Pulang, Rayi!
Babak baru kehidupan terbentang di depan mata. Layaknya samudra, Vero dan Stefany tak mampu mengukur kedalaman airnya. Mereka tak mengetahui perihal nasib yang menanti mereka diujung palung terdalam. Semuanya gelap. Hanya kapal mereka yang memancarkan sinar, bergantung satu sama lain agar tak diburu hewan pemangsa atau mungkin justru punah akibat kerasnya lingkungan.Mereka masih meraba..“Stef..” Vero melirik Stefany disampingnya dan tatapan itu terbalaskan dengan dua kata, “apa Ver?!”Vero dan Stefany lantas tertawa bersama. Keduanya menertawakan momen mendebarkan beberapa menit lalu ketika mereka mengendap, memasukan barang-barang bawaan hingga kabur dengan dusta pada si penjaga rumah.Koper dan tas ransel, minus list panjang yang susah-susah mereka susun. Tidak penting.. Mereka bisa mencicilnya bertahap. Tahapan pertama yang harus mereka taklukan keberadaannya adalah medan perang selama bertempur. Alat yang mereka perlukan berbentuk kesetiaan sampai akhir.“Untung dia percaya kit
Baca selengkapnya
[58] Kabur Ala Vero
Vero menatap layar ponselnya yang menampilkan telepon masuk dari sang mommy. Ia tak tergerak mengangkat panggilan, walau barang sejenak. Suara wanita itu pasti hanya akan menggoyahkan kepercayaan dirinya. Vero setia menunggu sampai dering tak lagi bergema.Surat peninggalannya pasti sudah dibaca.“Buset gue kayak ninggalin wasiat aja.”Setelah benar-benar memastikan Mommy-nya menyerah, Vero mengaktifkan tautan kunci. Mengetikan beberapa kombinasi angka yang ia pasang demi meminimalisir tindak kejahatan orang tak bertanggung jawab andai ponselnya hilang. Tanggal apes tidak ada di kalender jadi berjaga-jaga saja.Hal pertama yang Vero tangkap adalah aplikasi finansial yang selama ini ia gunakan untuk mempermudah transaksinya meski tanpa kartu fisik.Cling-Cling!Sebuah pikiran buruk bersarang dibenaknya. Tubuh pria itu melongok, mengintai apakah sang istri mendadak keluar menghampiri dirinya atau tidak. ‘Aman!’ Jarinya-jarinya mencoba membuka aplikasi tersebut. Pikirnya lumayan jika ia
Baca selengkapnya
[59] Nikmati Perbuatan Kamu
Vero dan Mischa menganggukkan kepala mereka bersamaan. Setelah memastikan semua uang Vero tersimpan rapi di dalam tas ranselnya, pasangan sahabat yang merajut benangnya secara sepihak itu keluar dari mobil. Angin menerpa rambut keduanya.Mischa menenteng plastik nasi goreng. Hasil mengembara bersama calon bosnya- kalau jadi. Ia cukup sanksi Vero akan kaya raya tanpa bantuan orang tuanya.“Cepet!!” Mereka berjalan terbirit-birit. Stefany bak nyonya besar telah menanti kedatangan mereka. Ditangannya ada sebuah tongkat pemukul yang diketuk-ketu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
23
DMCA.com Protection Status