Semua Bab Ketika Pewaris Jatuh Cinta: Bab 31 - Bab 40
227 Bab
[30] Ray, Selamatin Anak Kita!
Akrobat yang Vero lakukan sukses membuat calon penerus tahta Husodo itu tampak seperti mumi. Tangan dan kakinya terlilit perban, begitu juga dengan kepala berbalut plester. Perbedaan mereka hanya terletak pada ajal yang tak kunjung menjemput Vero.Hiks!Vero trauma. Seumur hidupnya ia tidak akan sudi lagi menaiki kursi roda. Ia lebih baik ngesot, mengepel lantai untuk sampai ke tempat tujuan."Mommy Abang pengen kencing." Sial!Rahangnya terasa kaku dan sulit dibuka. Vero ingin menangis, tapi ia malu. Stefany sedari tadi memandangnya dengan pandangan mencemooh. Keaktifannya berbuah celaka. Niat menyelamatkan sang mommy, ia justru menganiaya dirinya sendiri. Untung tidak disapa para malaikat di alam baka.Mellia mendekat, membawa pot urinal yang dirinya ambil dari kamar mandi. “Mommy pegang,” belum selesai kalimat Mellia terangkai, Vero berteriak. “No Mommy!” sela Vero.Horor!Otaknya mendadak traveling ke alam lain. Vero tidak mau mempermalukan dirinya sendiri dihadapan Stefany. Bi
Baca selengkapnya
[31] Cla, are You Ever Mad?!
“Ih gatel banget sih kamu, Val. Bisa-bisanya kamu mandang Justine kayak gitu. Dia udah ninggalin kamu! Sadar dong!”“Mommy apa sih! Stef nggak gitu ya. Biasa aja padahal. Udah lama move on juga Mommy!”Stefany meringis. Keputusannya merayu Clara agar membawanya jalan-jalan sepertinya tidak tepat. Mereka tak mendapati tumbuhan hijau, apalagi laki-laki tampan penggoda iman, melainkan omelan Mellia Husodo terhadap putri tercintanya.Masih segar dalam ingatan Stefany cerita yang menyeret Vallery, Justine dan Clara. Sebuah kisah usang dua sejoli yang harus terpisah berkat hamilnya orang ketiga. Drama tersebut sempat hangat diperbincangkan.Clara- sosok yang tengah memegangi tiang infusnya pernah menduduki peringkat tertinggi wanita yang paling dibenci oleh seluruh penghuni Maesaty University. Clara dituding melemparkan dirinya pada Justine. Banyak desas-desus kejam berseliweran untuk mematikan nama baik penerus Dirgantara itu.Clara si gadis kurang pergaulan. Ia terkenal akan ambisinya men
Baca selengkapnya
[32] Vero Chicken
Mata Vero terbuka. Ia menatap langit-langit kamar inapnya. Satu hari penuh Vero hanya berbaring di atas ranjang. Tidak melakukan apapun karena dirinya, Cacat!What the hell Justine and his mouth!- Vero menjadi sangat ketakutan. Over thinking membayangkan hal-hal tak penting berkat ucapan sahabat laknatnya. Jika ia dalam kondisi sehat walafiat, Vero pasti akan melompat, merobek alat cipokan Justine sampai terlepas dari kepalanya. Tapi gue kayak mayat hidup. Huwaaa! Nggak like banget! Jangankan memberi perhitungan, menggapai tubuh Justin saja, Vero tak mampu. Vero mengalihkan pandangannya pada daun pintu, berharap keajaiban tercipta dari sana. Ia bermimpi Stefany muncul, membuka ruang perawatannya. Wanita itu tersenyum sehangat dekapan mantan.Menggelengkan kepala, Vero menolak hasil pemikiran yang baru saja lewat di dalam benaknya. Bekas kekasihnya yang juga milik Axel, seberisik kaleng rombeng. Jangan sampai Stefany menyerupai Adriana. Vero tak rela.Ah! Vero rindu Stefany.“Ver..
Baca selengkapnya
[33] Suster Songong!
Mobil ambulans terlihat memasuki gerbang kediaman Husodo. Di depannya, Mercedes Benz berwarna hitam terlebih dulu memarkirkan body-nya di pelataran. Van berisikan petugas kesehatan tersebut bertugas mengantarkan pasien kelas VVIP di tempat mereka bekerja. Setelah sepuluh hari berdiam diri tanpa bisa melakukan apapun, kecuali bercuap-cuap sang pesakitan meminta untuk dipulangkan.Atas izin Tuhan dan besarnya koneksi serta uang, Vero- pasien pembuat huru-hara itu resmi dilepaskan. Hengkangnya Vero dari rumah sakit milik keluarga sahabatnya tersebut, tak lepas dari drama murahan.Ray harus menggelontorkan banyak dana demi membeli ranjang dan seperangkat media lain penunjang kesehatan mental sang putra. Trauma akan kursi roda membuat Vero histeris ketika alat itu dibawa ke ruang perawatannya.“Ayang kok kamu duluan?!” protes Vero melihat Stefany menuruni mobil. “Kan nunggu kamu dibawah Ver. Udah jangan cerewet deh! Heboh banget dari pagi. Diem!”Bukan Vero namanya jika menurut. “Ayang ka
Baca selengkapnya
[34] Misi Menyelapkan Suster
Tok! Tok! Tok! “Kak!” Ketukan pintu membuat Stefany bangkit. Entah siapa yang menyiapkan sofa empuk tersebut di dekat ranjang, stefany sangat berterimakasih pada sang malaikat. Karenanya ia bisa menemani Vero tanpa terlelap. Aneh! Sejak mengetahui dirinya berbadan dua, Stefany selalu tak dapat melawan sihir Di Pulau Kapuk. Mencium aroma bantal yang biasa ia gunakan saja, dapat menyebabkannya terserang virus kantuk berlebih. Tak perlu menunggu lama, Stefany pasti kehilangan kesadarannya lalu pergi ke alam mimpi. “Kak Stef!” “Ya!” teriak Stefany menjawab panggilan adik iparnya, “bentar ya Ver. Aku bukain pintu buat Valley dulu.” Ujarnya, memastikan Vero tidak rewel ketika ada sesuatu yang mungkin dibutuhkan Vallery darinya. Vero mengangguk. Perban dikepala laki-laki itu sudah dilepaskan tepat sebelum ia meminta untuk pulang. Kini ia bebas berekspresi, menunjukkan perasaannya melalui perubahan wajahnya. “Gimana Val?!” “Kakak dipanggil Mommy di ruang kerja Daddy.” Vallery mencon
Baca selengkapnya
[35] Bye-Bye Kedamaian! Selamat Datang Kesialan!
“Long time no see, Raynald Husodo!” Michell Darmawan menarik kursi di hadapannya. Bibirnya menyeringai, sembari ia mendudukan diri. Pertemuan kali ini bersifat rahasia. Kedatangan Michell, cukup membuat Ray terkejut. Ia pikir undangannya akan disambut baik oleh saudara kembar laki-laki itu, atau mungkin pamannya yang mewarisi sejumlah aset dibidang kesehatan Darmawan. Michell- begitu pria itu dipanggil merupakan ayah kandung Justine, sahabat dekat putranya. Hal tersebut tak lantas mengakrabkan mereka. Para anak-anak memang berteman baik, tapi tidak dengan keduanya. Selain karena kisah masa silam, dimana sang istri pernah menaruh kekaguman pada Michell, tragedi putrinya turut menghitamkan nama Michell di sejarah hidup Ray. “Sorry nggak jenguk Vero di RS. Saya jarang ke sana.” Ucap Michell, berbasa-basi. “Kabar baik Ray?!” tanya-nya membuka obrolan. “Nope!” tegas, Ray menjawab. Ia tidak ingin membuang banyak waktu. Satu cangkir kopi panas harus menjadi estimasi untuk menyelesaikan p
Baca selengkapnya
[36] Daddy, Anak Kamu Mesum!
Stefany memijat pangkal hidungnya. Kepalanya pening, memikirkan permintaan sang ibu mertua. Wanita itu menyerahkan tanggung jawab berat, dimana ia harus lebih 'gahar,' dalam mengatasi ancaman-ancaman yang datang. Beban- begitu Stefany menamakan tugas baru dari wanita yang melahirkan suaminya. Di usia mudanya, seharusnya ia masih menikmati masa-masa kesenangan dunia. Kongkow bersama teman-teman, duduk di sebuah bar memegangi gelas whiskey untuk melampiaskan kekesalan akibat penatnya makalah yang menumpuk. Haha-hihi membahas sejumlah gosip viral di kosan. Sekarang?! Ia justru dipaksa belajar materi yang tak ada di dalam buku mata kuliahnya. Ia bahkan harus menyusun strategi-strategi khusus untuk menanggulangi keadaan super darurat. Sialnya, kejadian itu belum terjadi. CK! Kiat-kiat mengetahui pelakor?! yang benar saja! Bagaimana caranya, ia bisa menyadari seseorang berniat menikung rumah tangga mereka?! 'Dikira gue dukun!,' batin Stefany. Nasib tragis menikahi putra konglomerat. Hid
Baca selengkapnya
[37] Stefany Minta Jaminan
“Apa yang udah gue lakuin?!” Stefany terduduk di tepi ranjang. Nafasnya terengah, bibirnya mengecap, mencoba menelan air liur. Ia menatap Vero yang justru terkekeh disampingnya. “Udah gila gue!” lalu mengalihkan tatapannya. “Kissing Ayang!” tanpa dosa Vero menjawab rutukan Stefany. Demi Tuhan, Vero tak perlu menjelaskan secara rinci kegiatan yang baru saja mereka lakukan. Pria itu membuatnya semakin malu. Bisa-bisanya ia lebih mendominasi percumbuan. ‘Mirip cewek kurang belaian lo Stef! Jablay banget!’ batin Stefany memaki dirinya sendiri. “Ayang!” rengek Vero, tangannya mengguncang-guncangkan lengan Stefany. “Pakein baju. Dedek buyung kedinginan kena AC!” Vero menahan tawanya agar tidak menyembur. Apalagi ketika melihat ekspresi jijik Stefany. Menggemaskan.. “Kamu jadi ngampus?!” “Em.” Stefany mengangguk. Ia tak mungkin meninggalkan perkuliahan. Absensinya masuk ke dalam zona hitam. Satu kali bolos, maka dipastikan akan ada tambahan semester yang harus ia ambil di tahun beri
Baca selengkapnya
[38] Dirampok Mommy
“VERO!”Jeritan Mellia membuat Stefany keluar dari kamar. Wanita hamil itu berjalan cepat menghampiri ibu mertuanya. ‘Baby kalau udah lahir Mama kursusin les sabar ya. Kejang nanti kamu,’ batin Stefany mengajak janinnya berinteraksi. Stefany harus mengajarkan apa itu arti menerima keadaan, termasuk para anggota keluarga mereka yang super keren..Rusuhnya..“Mommy ada apa?!”Mellia di ruang keluarga memegangi ponsel ditangannya. “Mana Vero, Stef?! Mommy panggil, why dia nggak nyamper?!” tanya Mellia celingak-celinguk mencari keberadaan putranya.Freak nih orang! “Mom Vero jangankan nyamperin, turun dari kasur aja dia nggak bisa!” ibu mertua Stefany tampaknya hilang ingatan. Efek jatah belanja tak terpenuhi sepertinya membuat wanita itu kesetanan.“Oh, Iya!”See..“Stef bisa tanganin kalau Mommy butuh bantuan.” Stefany menggigit bibirnya. Salah besar! Bodoh sekali dirinya, menawarkan hal yang akan ia sesali di kemudian waktu. ‘Caper banget lo Stef! Nyusahin diri sendiri, Blok!' “Asik!"
Baca selengkapnya
[39] Tunggu Tanggal Mainnya
Satu minggu berlalu sejak insiden dimanfaatkannya Stefany. Di hari itu keributan terjadi. Stefany kalang kabut mencari bantuan karena mendadak Vero tak sadarkan diri. Alhasil Mellia benar-benar menerima murka Ray. Wanita itu diasingkan karena berturut-turut membuat celaka penerus mereka. Vero si anak emas. Ray bahkan tak segan menghardik istrinya sendiri. Bagi Ray Vero merupakan segala-galanya. Tidak ada toleransi pada siapapun jika itu menyangkut diri sang putra walau itu Mellia, wanita yang berikan gelar istri. "Daddy, Mommy belom boleh pulang?!" Vallery disamping Ray menanyakan keberlangsungan hidup sang ibu. Pertengkaran kedua orang tua menyebabkan Vallery harus kucing-kucingan untuk bertemu Mellia dibelakang Ray. "Minta Mommy kamu minta maaf ke Abang. Daddy benci kalau dia seenaknya begini! Kesalahan dia fatal!” Vero yang tengah memakan sarapan meminta Stefany menghentikan suapannya. "Udah. Kenyang." Ujar anak itu sembari menghalau lengan Stefany. Sedikit banyak, Vero meras
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
23
DMCA.com Protection Status