All Chapters of Setelah Kau Mendua: Chapter 41 - Chapter 50
102 Chapters
Karma
"Ada apa sih?" Dewi sangat penasaran melihat ekspresi Alan dan Trisa."Nggak ada apa-apa kok, Ma." Alan dengan tenang, ia masih memegang ponsel Trisa. "Kok ponsel Trisa ada di tanganmu?" selidik Dewi."Nggak apa-apa, Ma. Pinjam sebentar.""Memangnya ponselmu kemana? Disita oleh Aira? Memang Aira itu benar-benar perempuan yang tidak bisa menghargai suami. Sampai-sampai ponsel saja diambil." Dewi mengomel. Memang benar, kalau hati sudah membenci seseorang, apapun yang dilakukan oleh orang itu selalu salah. Dan Aira yang selalu menjadi kambing hitamnya."Ma, aku tahu kalau Mama membenci Aira, tapi jangan selalu berprasangka buruk pada Aira. Itu penyakit hati, Ma," kata Alan."Halah, kamu sok menasehati Mama."Tiba-tiba Dwita pulang dan langsung berjalan menuju ke kamar. Tidak menyapa siapapun, sepertinya ia sedang ada masalah."Dwita! Dwita!" panggil Dewi, tapi Dwita tetap masuk ke kamar.Blam! Suara pintu yang ditutup dengan penuh emosi. Membuat yang mendengarnya kaget."Ada apa dengan
Read more
Tidak Peduli
"Mau menamparku? Ayo tampar aku, biar kamu puas!" tantang Aira sambil mendekatkan wajahnya.Alan terdiam, ia pun menurunkan tangannya."Masih mending Reza ketahuan selingkuh ketika mereka belum menikah. Kalau aku? Sudah terlanjur punya anak. Menyesal pun tidak guna lagi. Aku hanya berusaha menjalani hidupku demi Kenzo dan kewarasanku.""Dwita itu kena batunya! Sibuk mengirim fotoku dengan Pak Irwan, supaya keluargamu berpikir kalau aku selingkuh. Ternyata…haha, senjata makan tuan." Aira tertawa kecil.Alan kesal, ia berjalan menuju keluar."Bawa kunci rumah. Siapa tahu pulangnya tengah malam atau bahkan tidak pulang!" teriak Aira. Alan menghentikan langkahnya, kemudian menatap tajam ke arah Aira. Aira hanya tersenyum. Alan pun melanjutkan berjalan menuju keluar.Aira menghela nafas panjang, dadanya terasa sesak, matanya menghangat mengingat kondisi rumah tangganya saat ini. Ia sudah tidak tahu lagi, bagaimana arah biduk rumah tangganya. Ia sudah berusaha untuk melupakan perselingkuhan
Read more
Salah Kirim
"Reza?" gumam Aira yang kaget melihat sosok Reza. Begitu juga Reza, ia kaget melihat Aira bersama Vani. "Mbak Aira kenal dengan Reza?" tanya Vani."Iya." Aira menjawab pelan."Apa kabar, Mbak?" Reza yang tampak gugup berusaha untuk menguasai keadaan."Alhamdulillah kabar baik.""Kok bisa kenal dengan Vani?" tanya Reza lagi."Teman satu kantor." Aira menjawab sambil tersenyum."Oh, Mbak Aira sekarang bekerja lagi ya?""Iya, perempuan itu harus mandiri, bisa menghasilkan uang sendiri. Supaya tidak dikatakan beban suami. Ya, kan?" sindir Aira, Reza paham apa yang dimaksud oleh Aira."Haha, iya Mbak. Kenzo sama siapa?""Ada yang mengasuh.""Oh, gitu. Vani apa kabar? Kok ada disini, Van? Cari apa?" tanya Reza pada Vani."Ponsel untuk Gibran." Vani menjawab dengan singkat."Ayo, Mbak, kita ke kantor lagi. Jangan sampai telat." Vani berusaha menghindari Reza."Oke! Reza, kami duluan ya?" pamit Aira."Iya, Mbak." Reza melambaikan tangan.Di perjalanan pulang, Vani tampak lebih diam dari bias
Read more
Bukan Uangmu
Ceklek! Pintu kamar dibuka dari luar, membuat Aira terperanjat."Sialan, aku ketahuan," kata Aira dalam hati."Ngapain, Dek?""Mau minum, Mas. Haus! Pas mau buka pintu ternyata Mas sudah buka duluan. Bikin kaget saja. Sudah lama pulangnya, Mas? Maaf aku ketiduran." Aira langsung nyerocos untuk menghilangkan kecurigaan Alan."Belum lama kok pulangnya," sahut Alan."Bukannya Mas menginap di rumah sakit?""Enggak, tadi banyak kerjaan, capek." Alan memberikan alasan. Alan merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Kemudian memeluk Kenzo, Aira keluar dari kamar untuk mengambil minum.Alan tidak bisa tidur, banyak hal yang ia pikirkan. Akhirnya ia membuka ponselnya, ia tampak terkejut. Ia sudah salah kirim bukti transfer uang, yang seharusnya dikirim kepada mamanya ternyata malah dikirim ke Aira."Waduh gawat, pasti Aira sudah membuka foto ini. Alasan apa yang harus aku buat? Kok bisa-bisanya aku teledor?" Alan merutuki dirinya sendiri.Ceklek! Alan langsung pura-pura tidur, tapi ia lupa kalau po
Read more
Mencintai Suami Orang
Jantung Aira berdetak dengan kencang melihat Alan yang sedang makan bersama dengan Beni dan seorang lagi tidak ia kenal. Kemudian Aira melihat ekspresi wajah Firda, sepertinya Firda belum tahu kalau ada Alan. Firda dan Aira akhirnya makan karena makanan pesanan mereka sudah datang. Dengan berbincang ringan, mereka menikmati makanan yang ada. Tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikan makan. Firda dan Aira beranjak dari tempat duduknya dan berjalan keluar dari restoran. Di pintu keluar mereka bertemu dengan Alan dan teman-temannya. Terlihat kalau Alan dan Firda sangat gugup."Alan? Eh Pak Alan ada disini juga ya?" sapa Firda dengan gugup."Iya, Bu. Ternyata kita bertemu disini." Alan juga berkata dengan gugup, sambil menatap ke arah Aira. Aira pura-pura tidak melihatnya. Ia syok melihat Firda bersama dengan Aira."Iya, saya sedang bersama karyawan suami saya. Namanya Aira. Ada urusan yang sedang kami selesaikan." Firda menjawab sambil tersenyum. Firda memperkenalkan Aira pada Alan da
Read more
Salah Paham
Drtt…drtt…ponsel Alan berdering, membuatnya berdecak kesal karena aktivitasnya terganggu. Firda menjauh dari Alan. Alan melirik ponselnya, ternyata Dewi yang menelponnya.Alan mengabaikan panggilan itu, tak lama kemudian ada yang mengetuk pintu. Firda segera duduk di sofa seolah-olah sedang memainkan ponselnya. Ternyata Beni yang masuk dengan membawa beberapa berkas."Taruh situ saja, nanti saya cek dulu ya?" kata Alan."Baik, Pak!" Beni keluar lagi, sebelumnya ia sempat melirik ke arah Firda."Perempuan nggak punya malu," kata Beni dalam hati."Alan, aku nggak suka sama karyawanmu itu. Pandangannya mesum." Firda tampak cemberut."Nggak usah dipikirin. Mungkin karena kamu cantik, jadi Beni terpesona melihatmu. Kamu pulang saja dulu, nanti aku ke apartemenmu." "Benar ya? Jangan bohong, aku tunggu ya?" Firda berjalan mendekati Alan, kemudian mencium bibir Alan."Aku tunggu." Firda berkata lagi sambil melangkah keluar dari ruangan Alan.Alan pun menyibukkan dirinya dengan berkas-berkas
Read more
Selalu Salah
"Ma, aku mau kerja lagi. Jangan khawatir, Mas Alan sudah tahu kalau aku kerja dan kebetulan dia kenal dengan atasanku ini." Aira berkata sambil tersenyum."Ingat, Bu. Bu Aira ini karyawan saya, kalau sampai Ibu menuduh saya macam-macam, saya tidak akan tinggal diam!" Irwan berkata dengan setengah mengancam. Kemudian melangkah pergi menuju ke mobil, Aira dan Vani mengikuti Irwan.Dewi terdiam, begitu juga dengan Dwita."Maaf atas kejadian tadi, Pak. Beliau itu Ibu mertua dan adik ipar saya." Aira menjelaskan pada Irwan ketika mereka berada di dalam mobil."Kok Vani bisa kenal dengan mereka?""Pacarnya Vani selingkuh dengan adik ipar saya, Pak." Aira yang menjawab."Kalau masih pacaran sudah selingkuh, cari yang lain saja. Itu sudah menunjukkan tanda-tanda nggak beres. Ya kan, Fahmi?" kata Irwan pada Fahmi, sopir kantor."Iya, Pak.""Kalau yang sudah menikah tapi selingkuh, bagaimana Pak?" tanya Vani."Waduh, kalau ini pertanyaan berat. Terkadang banyak hal yang harus dipikirkan, jika s
Read more
Sudah Lelah
Plak! Plak! Dewi menampar Aira, Aira diam saja. Tidak mengelak, juga tidak berteriak."Mama!" Semua memanggil Dewi. Dewi semakin kesetanan, Gunawan segera memeluk Dewi dan mengajaknya menjauh. Alan memeluk Aira yang tanpa ekspresi sama sekali. Hanya air mata yang mengalir pelan dipipinya."Mama, sadar Ma? Istighfar!" teriak Gunawan. Dwita dan Trisa mendekati mamanya. Dewi hanya diam saja, matanya tampak menyimpan amarah yang luar biasa besarnya."Mama, Mama!" Dwita dan Trisa memanggil Dewi, Dewi tetap diam saja. Ia seperti hilang kesadaran, kemudian lunglai dan pingsan.Alan melepaskan pelukannya pada Aira, kemudian mendekati mamanya. Gunawan dan Alan mengangkat tubuh Dewi dan membaringkan di sofa."Aira! Apa yang kamu lakukan pada Mama? Kalau terjadi apa-apa, aku akan membuatmu menderita!" Dwita berteriak lantang. "Dwita!" teriak Gunawan. Ia dan Alan masih fokus dengan Dewi.Aira hanya diam, kemudian ia menggandeng tangan Kenzo dan berusaha mengajaknya masuk ke kamar. "Mbak Aira,
Read more
Cemburu
“Kalau Bu Aira tidak mau bercerita, nggak apa-apa. Apapun yang sedang terjadi pada Bu Aira, saya harap Bu Aira tetap semangat menjalaninya. Semoga juga tidak mempengaruhi kinerja Bu Aira.”Aira tersenyum.“Terima kasih, Pak, untuk pengertiannya. Insyaallah semua akan baik-baik saja.” “Syukurlah. Ingat Bu Aira, tetap semangat ya? Perusahaan membutuhkan orang-orang seperti Bu Aira.”“Iya, Pak. Sebenarnya masalah yang saya hadapi ini sangat besar. Masalah pribadi yang juga berpengaruh pada perusahaan ini.”Aira mengelak nafas panjang. Ketika dia akan melanjutkan bercerita, ada seseorang yang membuka pintu. Aira dan Irwan menoleh ke arah pintu.“Pak Bara, kapan sampainya? Saya kira masih di luar negeri?” Irwan berdiri dan berjalan ke arah Bara. Aira juga beranjak dari duduknya.“Maaf, Pak Irwan, saya keluar dulu,” pamit Aira. “O iya, nanti kita bicara lagi.”“Permisi, Pak Bara.” Aira berkata dengan sopan.“Iya, Bu Aira. Silahkan.”Aira keluar dari ruangan Irwan, ketika ia hendak duduk d
Read more
Dengan Cara Apapun
“Eh, Bu Firda. Maaf, saya mau masuk dulu,” kata Aira sambil berjalan menuju ke ruang tempat pertemuan.Firda langsung menarik tangan Aira.“Tunggu dulu!” Aira langsung menghentikan langkahnya, jantungnya berdetak dengan kencang. Ia tiba-tiba merasa sangat takut. Tentu saja takut, karena Firda bukan lawan yang sepadan.“Iya, Bu. Ada apa?” Aira berusaha menetralkan suasana hatinya.“Apa yang kalian bicarakan? Sepertinya sangat akrab.”“Maaf, Bu Firda, kami hanya membahas masalah pertemuan ini. Pak Alan memuji presentasi saya waktu itu.” Aira berkata sambil tersenyum.“Betul yang dikatakan Bu Aira. Karena presentasi Bu Aira, akhirnya kedua perusahaan bisa bekerja sama. Beruntung sekali, Pak Bara punya karyawan seperti beliau.” Alan menimpali ucapan Aira.“Oh, kirain apa.” Firda langsung tersenyum. Tapi ia tidak percaya begitu saja, karena raut wajah mereka berdua tampak tidak bersahabat.Aira pun masuk ke dalam ruangan, diikuti oleh Firda kemudian Alan. Irwan sempat mengernyit dahi kare
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status