All Chapters of Kekhilafan Satu Malam: Chapter 51 - Chapter 60
136 Chapters
Bab 51: Penculikan
Dering ponsel di pagi hari menganggu tidur wanita berambut panjang itu. Binar mengerjap beberapa saat, lalu melirik ponsel yang ada di atas nakas. Hendak meraihnya, tetapi tangan kekar yang melingkar di atas perut, menahan pergerakannya. Sang suami masih tertidur lelap setelah semalaman mengelus-elus perut Binar yang terasa menendang-nendang. Membuat Binar tak bisa tidur, begitupula Aiman. Pria itu memang sudah tak sabar mengajak jagoan kecilnya untuk bermain. Saat tahu buah hatinya menendang-nendang, Aiman yang telah tahu jenis kelamin di perut Binar itu laki-laki, langsung membahas seputar olahraga dan dilanjut sampai pekerjaan. Rasa-rasanya Aiman tak ada ngantuknya mengajak bayi yang masih ada di dalam perut itu bicara. Bahkan, sampai Binar terlelap pun, Aiman masih mengelus perut Binar dan terus bercakap-cakap membahas masa depan calon putranya itu. "Terima kasih, Tuhan." Binar berumam kecil. Sangat bersyukur apa yang terjadi saat ini. Aiman telah mengan
Read more
Bab 52: Kekecewaan Aiman
Baik Susan maupun Syeira sama-sama membeku kala mendengar suara bariton dari pintu masuk rumah kaca itu. Segera keduanya berbalik, dan melototlah kedua mata wanita-wanita itu. Gelas wine yang ada di sela-sela jemari Syeira, meluncur begitu saja, menghantam keramik, membuatnya hancur berserakan seperti hati Aiman. "M-Mas." Tergagap pula wanita berambut gelombang itu. "Kau ... Syeira ... bagaimana mungkin?" Aiman kehabisan kata-kata. Sungguh, dia tak mempercayai apa yang barusan didengarnya. Sepulangnya kantor, Aiman memeriksa Binar di kamar. Hendak memberikan dia rujak yang dipesankan oleh si ibu hamil tersebut saat Aiman ke kantor. Namun, Aiman tak menemukan Binar di kamarnya. Saat mencari-cari, Aiman tak menemukan siapa pun di rumah besarnya, kecuali si ART yang berada di dapur. Aiman terus mencari, hingga sampai ke rumah kaca. Hampir saja dia menyerukan nama istri pertamanya itu, tetapi urung setelah indra pendengarannya menangkap kalimat bahwa d
Read more
Bab 53: Aksi Penyelamatan
Aiman melajukan mobilnya di tempat di mana Binar disekap. Dari pengakuan wanita itu, dirinya disekap di gedung terbengkalai tempat di mana mereka dulunya pernah melakukan kekhilafan. Tentu Binar akan sangat ingat dengan tempat tersebut, sebab di sanalah awal mula hancurnya kehidupan wanita berparas ayu itu. Binar juga ingat betul tempat tersebut, sebab sering terdengar derit kereta api juga deru ombak dari kejauhan. Gedung terbengkalai tersebut memang lumayan besar, ada beberapa petak ruangan yang salah satunya menjadi tempat penyekapan wanita hamil itu. Mobil hitamnya Aiman lajukan dengan kecepatan kilat, mengingat saat menelepon tadi, Binar memutuskan panggilan begitu saja di saat percakapan mereka belum selesai. Seperti ada seseorang yang merebut paksa ponsel dari Binar. Aiman kalut, takut sampai terjadi apa-apa pada istri keduanya tersebut. Sampai Aiman tak menyadari ada kendaraan lain yang mengikuti di belakangnya. "Tolong jangan biarkan mereka sampai kenapa-napa, Tuhan." Pria i
Read more
Bab 54: Berita Mengejutkan
Mobil kembali Aiman lajukan dengan kecepatan kilat. Berbeda dengan tadi, dia hanya sendiri. Sekarang, mereka bertiga semobil. Di kursi penumpang, ada Syeira yang memangku kepala Binar. Wanita hamil itu telah pingsan sekarang. Menyisakan kecemasan yang mendalam, baik pada Aiman maupun Syeira. Terutama pada wanita berparas anggun itu. Andai, andai Binar tak menyelamatkan dirinya, pasti Binar tak akan kenapa-napa seperti sekarang ini. "Halo, Affandi!" Aiman membentak, sebab yang ditelepon terdengar sedang di tempat klub. Terdengar bunyi bising di seberang sana. Terlebih lagi, Affandi yang masih kesal pada sang abang, membuat pria itu malas menanggapi telepon tersebut. Namun, setelah beberapa kali Aiman menelepon, Affandi mengangkat juga. "Apa, Bang?" Affandi keluar dari klub malam sambil mengisap rokok dalam-dalam. "Kamu kenapa baru angkat teleponnya?" dengkus Aiman kesal, "tolong siapin ruang operasi sekarang! Binar kena tikam ....""Apa, Ba
Read more
Bab 55: Kehamilan Syeira
Aiman mondar-mandir di depan pintu kamar, menanti seorang dokter di dalam kamar sana selesai memeriksa kondisi Syeira. Rasa hangat menyelimuti hatinya, andai yang diucapkan sang ibu mertua tadi adalah kenyataan. Bahkan saking senangnya pria itu, dia sampai lupa masih ada istri keduanya yang masih dalam proses pemulihan di rumah sakit. Isi kepala Aiman saat ini hanya dipenuhi tentang buah hatinya bersama Syeira, tentang kebahagiaan ibunya jika mengetahui menantu yang selama ini dianggapnya mandul, akhirnya hamil juga. Terdengar decakkan pada hendel pintu. Aiman segera menghentikan mondar-mandirnya, dan menghampiri dokter yang seusia dengan ibunya itu. "Bagaimana kondisi istri saya, Dok?" tanya Aiman antusias. "Istri Anda baik-baik saja, dia hanya kelelahan juga tekanan emosinya agak tinggi. Makanya itu sampai pingsan ....""Lalu bagaimana dengan kandungannya? Apa benar, dia sedang hamil?" Aiman menyela perkataan sang dokter. Dokte
Read more
Bab 56: Tidak Membutuhkan Lagi
Pria yang masih mengenakan jas putih bersih itu sigap menahan lengan Binar yang hendak bangun. Dia memaksa Binar agar kembali berbaring. "Luka di perutmu belum kering, jangan banyak gerak dulu!" ucap Affandi tegas. Binar pun patuh dan diam saat diperintahkan. Dia memandang wajah dokter Affandi yang tampak kelelahan di hadapannya. Pria yang pernah dia anggap sebagai pria nakal itu, ternyata sudah banyak menyelamatkan nyawa seseorang. Kemarin nyawa ibunya, dan sekarang dirinya. Pasti dokter Affandi juga yang telah menyelamatkan dia akibat penikaman itu, pikir Binar. "Kamu butuh sesuatu?" Affandi bertanya sambil memerhatikan pecahan gelas yang ada di bawah kakinya. "Mau minum?" tebaknya. Binar pun mengangguk pelan. Affandi bertolak pinggang sambil menggerutu di dalam hati, tentang di mana keberadaan sang abang saat ini. Dia bilang hanya akan pergi sebentar saja, mengurus sesuatu yang penting. Namun, sudah sampai malam juga begini,
Read more
Bab 57: Penantian Kosong
Syeira menggerutu sebab Aiman tiba-tiba membelokkan mobilnya ke arah rumah sakit. Aiman baru teringat setelah tenggelam dengan kebahagiaan kehamilan Syeira juga direpotkan mencabut kasus ibu mertuanya. Binar masih dirawat di rumah sakit sekarang. Bagaimana kabar wanita itu? Siapa yang menjaganya selama lebih dari 30 jam ini? Aiman menyugar rambutnya kasar, pikiran kalut terlintas di benak. Terlebih lagi sang adik yang tidak menjawab panggilan teleponnya. "Mas, aku mau tongseng ayam. Sebentar saja. Nanti baru kita jenguk Binar!" Syeira masih berusaha membujuk. "Turuti dulu istrimu, Aiman! Kamu mau calon anakmu nanti sampai ileran gara-gara kamu tidak memberikan keinginan dia tepat waktu." Susan menimpali. Niat dia ingin membuat Aiman menceraikan Binar secepatnya, tetapi malah menjadi rasa bersalah pria itu sebab belum menjenguk istri keduanya tersebut. "Sebentar saja, Sayang. Aku ingin lihat keadaan Binar dulu. Aku belum tau bagaimana perkembangan k
Read more
Bab 58: Menjatuhkan Harga Diri Binar!
Kaki Binar yang mengenakan sendal jepit itu perlahan melangkah ke ruang tengah yang tampak temaram, di mana terdapat banyak orang-orang dengan penampilan sosialita dan glamour. Sementara wanita hamil itu, hanya mengenakan baju terusan polos selutut dan sandal jepit. Rambut panjangnya disanggul asal di atas kepala. Jika diperhatikan, Binar sangat tak pantas berada di tengah-tengah keramaian itu. Pandangan Binar tertuju pada sepasang sejoli di tengah-tengah ruangan tersebut. Mereka begitu dekat, berpelukan, bertatapan, begitu mesra di bawah lampu gantung yang cantik, dan ditimpa lampu terang. Seolah-olah acara pesta ini hanya difokuskan pada kedua orang itu saja. Aiman dan Syeira. Aiman begitu tampan dengan setelan jas berwarna hitam mengkilap, lengkap dengan dasi kupu-kupu. Sementara Syeira mengenakan dress hitam bertabur glitter di bagian dadanya. Syeira terlihat bagai putri kerajaan yang sering Binar tonton di televisi. Makin minderlah dia kala membandingkan penampilan Syeira dengan
Read more
Bab 59: KekeKekecewaan Binar
Menggelegak darah Aiman mendengar ucapan lancang sang adik. Sementara Affandi hanya menatap tajam, menanti kepalan tangan sang abang yang sejak tadi bergetar melayang di wajahnya. Namun, suara panggilan dari arah luar ruang kerja, memutuskan adu pandang kedua saudara itu. "Mas, kamu di dalam?" Syeira mengetuk pintu, sebab Affandi menguncinya terlebih dahulu tadi, agar orang-orang di luaran sana tidak memergoki dia yang sedang menghajar sang abang. Terutamanya Affandi bersembunyi dari Ambarawati. "Mas Aiman!" Syeira kembali berseru. "Mas, Mama minta kamu turun ke bawah. Ada hal penting yang ingin dia katakan." Baik Aiman maupun Affandi, sama-sama memperbaiki kemeja yang telah kusut. Aiman pergi ke kamar mandi, mencuci muka dan kepala yang terasa memanas. Bukan, bukan hanya itu, tetapi hatinya juga memanas. Apa yang diucapkan Affandi tadi, terngiang-ngiang di kepala Aiman. Berani sekali sang adik yang berniat ingin menggantikan posisinya sebagai suami Binar. Walaupun cinta mati dia
Read more
Bab 60: Binar Melawan
Binar menatap waspada sambil beringsut mundur. Tatapan tajam Aiman seperti mampu menguliti wanita hamil itu hidup-hidup. Sementara Aiman kian memperpendek jarak, bahkan mencondongkan tubuhnya. Menatap dalam manik mata Binar yang basah. "Kau punya hubungan dengan Affandi? Apa kau pernah tidur dengan dia ...."Tangan Binar sontak melayang di pipi tirus Aiman, membuat pria itu menoleh dengan pipi panas. Walaupun lemah, tetapi ketika harga dirinya disinggung oleh suaminya sendiri, masih membuat Binar mampu memberikan pelajaran pada pria itu. "Ternyata ... Anda sama saja dengan ibunya Syeira. Suka menghina rakyat miskin!" Binar mencengkeram dada baju Aiman. Menantang tatapan tajam Aiman. "Selain denganmu, aku belum pernah tidur dengan siapa pun!" ucapnya penuh penekanan. "Kalau bukan ulahmu, aku tidak akan mungkin mengandung benih dari pria yang berpikiran rendah sepertimu. Mungkin sekarang ayahku juga masih hidup, mungkin aku tidak akan ada di
Read more
PREV
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status