Semua Bab Pendekar Kera Sakti: Bab 41 - Bab 50
154 Bab
41. Aku memang bodoh
Dan, apa yang terjadi di tanah berumput tebal tadi sudah cukup menjadi pelajaran bagi Kemuning. Dia tak ingin hal itu terulang lagi. Namun, dia tak pernah bisa mengerti, bagaimana dia bisa begitu terlena dalam dekapan Baraka. Bahkan, dia merasakan desakan nafsu birahi yang amat kuat. Apakah Baraka begitu menarik bagi dirinya. Kemuning tak pernah berpikir seperti itu sedikit pun. Walau belum lama berkenalan, Kemuning bisa menilai bila Baraka adalah pemuda jujur dan baik. Baraka tak mungkin berbuat jahat kepadanya. Tapi, bagaimana perbuatan tak senonoh itu hampir terjadi. Kemuning menggeleng-gelengkan kepalanya.Untuk sementara waktu, dia tak mau memikirkan peristiwa itu lagi. Dia ingin menangkap salah seorang anggota komplotan Dewa-Dewi. Dan, dengan bantuan Baraka, Kemuning yakin akan bisa mewujudkan keinginannya itu. Bila ada salah seorang anggota komplotan Dewa-Dewi yang tertangkap, orang itu bisa dipaksa untuk membongkar rahasia komplotannya."Kurasa, hari telah lewa
Baca selengkapnya
42. Itulah orang yang kita kejar
Dari jarak sekitar dua puluh tombak, Kemuning menajamkan pandangan. Setelah mengetahui sosok tubuh yang ditunjukkan oleh Baraka, Kemuning langsung berkata, "Itulah orang yang kita kejar. Kita bersembunyi dulu. Dia harus ditangkap basah!"Kemuning meloncat di sisi bangunan besar yang tak lain dari sebuah toko, tanpa pikir panjang, Baraka langsung mengikuti.Sementara, malam semakin larut. Dingin yang menusuk tulang membuat sepi semakin berkuasa."Orang itu terus merayap di deretan kamar di tingkat tiga," ujar Baraka, terus memperhatikan tingkah laku kakek berikat kepala batik. "Hmmm... Dia membuat lubang di daun jendela dengan ujung jari telunjuk. Dia mengintip.,.. Apakah dia hendak mencuri. Atau...?""Diamlah!" sergap Kemuning. "Kita pasti akan tahu apa yang akan diperbuatnya nanti."Mendengar teguran itu, kontan Baraka mengunci mulut rapat-rapat. Namun matanya tak henti mengawasi segala gerak-gerik kakek berikat kepala batik. Kebetulan, toko yang
Baca selengkapnya
43. Iblis Seribu Wajah
"Jangan harap kami akan melepaskanmu, Mahisa Birawa!" seru Kakaroto yang membawa senjata berupa dayung perahu yang terbuat dari kayu besi."Siapa kau! Begitu berani kau berbuat telengas di hadapan Iblis Seribu Wajah!"Mendengar bentakan Mahisa Birawa atau Iblis Seribu Wajah, istri Kakaroto tersenyum sinis. "Buka mata dan telingamu lebar-lebar, Mahisa Birawa! Kami adalah Sepasang Nelayan Sakti!" kenalnya. "Bertahun-tahun kami tinggal di pinggir Telaga Bidadari dengan maksud menghukum mati dirimu, Mahisa Birawa. Aku dan suamiku tahu persis bila kaulah biang pelaku yang telah membunuh puluhan tokoh silat beberapa tahun ini!""Sudah cukup lama aku berdiam diri di pinggir Telaga Bidadari dengan menyamar sebagai petani nelayan biasa, mustahil aku mau melepaskan dirimu, Mahisa Birawa!" tambah Kakaroto."Sepasang Nelayan Sakti...," desis Iblis Seribu Wajah. "Aku memang pernah mendengar kebesaran julukan kalian itu. Kalau tak salah aku menebak, kalian pasti Kakaro
Baca selengkapnya
44. Racun Pembunuh Naga
"Hmmm... Kalau cuma puyer picisan, mana dapat melawan pengaruh 'Racun Pembunuh Naga'!” ejek Mahisa Birawa."Keparat! Licik sekali kau, Jahanam!" umpat Kakaroto sambil mendekap dadanya yang mulai sesak."Binatang culas! Kau benar-benar bukan manusia, Mahisa Birawa!" tambah Sawuni dengan napas memburu, dadanya terasa sesak pula. Mendengar kata-kata kasar Kakaroto dan Istrinya, Mahisa Birawa mengerutkan kening. Dia sedikit heran melihat ketahanan tubuh suami-istri yang telah berusia lanjut itu. Sebenarnya, bila seseorang telah menghirup 'Racun Pembunuh Naga', maka tak sampai tiga tarikan napas kemudian, jiwa orang itu pasti dijemput maut."Hmmm... Aku dapat memastikan bila puyer 'Penghidup Jiwa' sama sekali tak mampu melawan pengaruh 'Racun Pembunuh Naga'...," gumam Mahisa Birawa. "Tapi kenapa mereka bisa bertahan cukup lama. Hmmm... Kemungkinan besar mereka mempunyai tenaga simpanan. Agar tak mengulur waktu, lebih baik ku lumatkan tubuh kakek nenek yang sok
Baca selengkapnya
45. Khasiat Suling Krishna
Tersurut mundur si pemuda polos Baraka. Bukan karena gentar, melainkan karena tahu kakek berikat kepala batik mempersiapkan pukulan 'Pelebur Sukma' yang teramat dahsyat."Hmmm... Menilik dari ilmu pukulan yang telah disiapkan kakek itu, dia pasti ingin membunuhku! Terpaksa aku harus menggunakan Ilmu Angin Es dan Api milikku"Begitu tenaga dalamnya dikerahkan, kedua telapak tangan pemuda dari lembah kera itu ini berubah menjadi berkilauan. Lalu 2 larik sinar berkilauan yang berbeda warna muncul dikedua tangannya. Di tangan kiri berwarna putih berkilauan seperti salju dan ditangan kanan berwarna merah berkilauan seperti matahari yang membara. Tanpa segan-segan lagi, kedua tangannya segera dihantamkan ke depan.Werrr! Werrr!Tanpa bisa dicegah dua larik sinar berkilauan itu meluncur, rupanya Baraka telah mengerahkan jurus pertama dari Ilmu Angin Es dan Apinya bernama ‘Dua Unsur Sejalan’ yang langsung memapak pukulan 'Pelebur Sukma' milik
Baca selengkapnya
46. Mahisa Birawa atau Iblis Seribu Wajah
"Aku pun tak menyangka bila Kakek dan istri Kakek adalah sepasang pendekar bergelar Sepasang Nelayan Sakti. Sungguh aku juga tak menyangka, Kek...." potong Kemuning."Aku pun demikian. Aku sama sekali tak menyangka bila kau sebenarnya bernama Kemuning, murid Dewi Pedang Halilintar...," sahut Sawuni seperti latah. "Sungguh pandai kau menyembunyikan kepandaianmu, Kemuning. Benar-benar tak kusangka bila kau adalah Dewi Pedang Kuning...."Kakaroto, Baraka, dan Sawuni sama-sama mengeluarkan isi hatinya. Mereka berucap dengan mata berbinar-binar. Namun, Kemuning atau Dewi Pedang Kuning tampak menundukkan kepala. Lidah si gadis terasa kelu. Bibirnya terasa kaku untuk diajak mengucap kata-kata, "Eh, kau kenapa, Kemuning?" tegur Kakaroto. "Di antara kita sudah tidak ada rahasia lagi. Adakah sesuatu yang membuat hatimu risau?"Perlahan Kemuning mengangkat wajah. Ditatapnya Kakaroto dengan sinar mata redup. "Maafkan aku, Ki...," desisnya.Kontan kening Kakaroto berk
Baca selengkapnya
47. Dewi Pedang Halilintar
"Berikan aku anggur yang paling bagus dan makanan yang paling enak," pinta Baraka.Kening si pelayan langsung berkerut. Selama bekerja sebagai pelayan kedai, belum pernah dia menjumpai orang yang memesan makanan dengan memberikan uang terlebih dulu. Namun, rasa heran di hati lelaki berpakaian putih-putih itu segera berubah menjadi rasa geli. Setelah menatap wajah Baraka beberapa saat, dia berlalu sambil mengulum senyum. Sejenak, kekhawatiran di hati si pelayan lenyap.Baraka duduk diam menanti pesanannya. Sikapnya acuh tak acuh walau tahu banyak mata memperhatikan. Sesekali kepalanya digaruk dengan senyum cengar cengir. Sementara, di sudut ruangan kedai sebelah belakang tampak seorang gadis cantik yang juga tak lepas memperhatikan semua gerak-gerik Baraka. Gadis berpakaian serba kuning itu duduk semeja dengan seorang nenek yang juga berpakaian serba kuning. Walau sudah tua, wajah si nenek masih menyiratkan sinar kecantikan.Baraka terkesiap saat mendengar seruan
Baca selengkapnya
48. Pertikaian
"Kurang ajarrr...! Apa kau tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa!” bentak Iblis Perenggut Roh seraya bangkit dari tempat duduknya. Bibir Dewi Pedang Halilintar mengulum senyum. "Siapa yang tak kenal kau? Sekali lihat, setiap orang pasti akan mengingat dirimu seumur hidup. Karena, kau punya mulut monyong dan kumis kaku panjang yang benar-benar mirip tikus comberan!" "Bangsat!" Sambil memaki, Iblis Perenggut Roh menjejak lantai. Mendadak, tubuh kakek kurus ini melayang cepat seperti burung walet. Jemari tangan kanannya terkepal dan menjulur lurus ke depan. Para pengunjung kedai yang telah mengenal Iblis Perenggut Roh terperangah. Mereka menatap kelebatan tubuh si kakek tanpa berkedip. Walau tahu Iblis Perenggut Roh punya sifat berangasan, mereka sama sekali tak menyangka bila si kakek hendak menjatuhkan tangan maut. Kepalan tangan kanan Iblis Perenggut Roh memang dialiri tenaga dalam tingkat tinggi. Sekali lihat, Sastrawan Berbudi dan Pendeta Tasbih Terbang
Baca selengkapnya
49. Pendekar Kera Sakti
Cepat Baraka mendekap mulut karena kelepasan bicara. Tadi, pemuda ini memang merasa geli melihat sikap iblis Perenggut Roh yang tampak begitu takut kepada Iblis Pencabut Jiwa."Jahanam!" geram Iblis Perenggut Roh. Kakek kurus yang merasa terhina itu tak kuasa menahan hawa amarah. Jajaran giginya yang bertautan memperdengarkan suara gemelutuk. Seluruh rasa kesalnya tertumpah pada Baraka.Dengan sorot mata tajam menusuk, Iblis Perenggut Roh menghampiri. Begitu sampai di hadapan Baraka, tangan kanan Iblis Perenggut Roh melayang untuk menepuk bahu kiri si pemuda!Melihat Baraka yang tampak tenang-tenang saja, seluruh pengunjung kedai terbelalak. Walau hanya sebuah tepukan, jangan dikira jemari tangan Iblis Perenggut Roh tidak berbahaya. Karena, tepukan itu disertai ilmu 'Merenggut Roh Mencabut Jiwa'!Balok baja pun akan lumer terkena pukulan tokoh sesat itu, apalagi bahu seorang pemuda yang hanya terdiri dari tulang dan segumpal daging empuk!"Jangan!"
Baca selengkapnya
50. Salah Faham
Terbayang di benak Baraka, ucapan Kakaroto yang ingin menjodohkan dirinya dengan Kemuning. Ucapan si kakek yang mengiang di telinga itu membuat hati Baraka makin sedih. Dengan langkah gontai, Baraka keluar rumah. Ditatapnya langit biru yang ditebari awan perak. Baraka tak mau menangis. Karena kalau menangis, berarti dia tidak tabah. Dan kalau tidak tabah, berarti dia tak kuasa men-jalani hidup yang memang penuh tantangan dan cobaan. Begitulah pengertian yang telah mendarah daging dalam diri Baraka sejak kecil.Dengan langkah masih gontai, Baraka melangkah ke halaman samping rumah. Mendadak, langkah pemuda polos itu terhenyak. Cepat diambilnya sebatang kayu besi yang tergeletak di tanah. Batang kayu berwarna hitam itu ternyata potongan dayung perahu."Dayung ini senjata Kakek Kakaroto," desis Baraka, mengamati potongan kayu di tangannya. "Dayung ini terpapas jadi dua karena tebasan senjata tajam. Hmmm.... Bersama Nenek Sawuni, Kakek Kakaroto tentu habis melakukan pertem
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
16
DMCA.com Protection Status