Begitu pintu gerbang rumah keluarga Rio tertutup di belakang mereka, Iza merasakan seluruh kekuatannya runtuh. Bukan karena lemah, tapi karena beban besar yang selama ini ia pikul akhirnya dilepaskan.Begitu duduk di kursi penumpang, Iza menunduk. Tangan yang tadi begitu tegar kini mulai gemetar. Dia menutup wajahnya, dan dalam diam… menitiklah air mata. Bukan tangis kesedihan, tetapi kelegaan. Tangis seseorang yang baru saja keluar dari ruangan gelap dan melihat cahaya.Yudi tidak berkata apa-apa. Dia tidak terburu-buru menyalakan mesin mobil. Hanya duduk diam di sebelah Iza, memberikan ruang. Membiarkan keheningan bekerja sebagai penyembuh.Setelah beberapa saat, suara Yudi terdengar pelan, rendah, nyaris seperti bisikan. “Kamu sudah sangat berani hari ini.”Iza menyeka air mata cepat-cepat. “Saya… tidak akan bisa melakukannya kalau sendirian.”“Kamu tetap yang melangkah masuk. Kamu yang bicara. Kamu yang menutup semuanya. Saya hanya duduk di sana.”Kata-kata itu sederhana, tapi Iza
Terakhir Diperbarui : 2025-11-15 Baca selengkapnya