Setelah restu dari kedua orang tuanya, Bapak Yono dan Ibu Sri resmi dikantongi, Iza merasakan beban terakhir di hatinya terangkat. Dia tidak lagi hanya sekadar "sembuh", tetapi dia merasa "utuh". Hubungannya dengan Yudi kini berjalan di atas fondasi yang kokoh: kejujuran, restu keluarga, dan penerimaan penuh atas masa lalu.Jumat malam berikutnya, Yudi menelepon Iza dengan nada yang berbeda dari biasanya. Bukan nada dokter yang tenang, bukan pula nada kaku saat pertama mendekatinya, melainkan nada hangat yang penuh antisipasi."Iza," sapanya lembut. "Malam ini, jam tujuh. Aku akan menjemputmu. Pakailah gaun terbaikmu.""Gaun terbaik? Memangnya kita mau ke mana, Mas?" tanya Iza penasaran, jantungnya mulai berdebar.Terdengar senyum kecil dari seberang telepon. "Ingat janjiku di warung jus alpukat? Aku bilang akan mengajakmu kencan yang lebih pantas. Malam ini adalah malamnya."Pukul tujuh tepat, sebuah mobil merah yang familier b
Terakhir Diperbarui : 2025-11-21 Baca selengkapnya