All Chapters of ISTRI WARISAN SANG BILLIONAIRE : Chapter 11 - Chapter 20
110 Chapters
BAB 11.
Kayshan tidak dapat memejam kembali. Dia tergelitik memikirkan sikapnya yang kaku terhadap Farhana.Di awal, dia yang menolak mentah-mentah tapi tindakannya justru bertolak belakang. Seolah dirinya hanya memanfaatkan keadaan gadis itu. Tanpa sadar, Kayshan menyunggingkan senyum, pantas bila Farhana melabelinya dengan sebutan NPD. Tabiat sang CEO merujuk pada kondisi tersebut. Dia lalu melirik sosok yang tertidur pulas di sisi ranjang. "Gigihnya kamu, nurun dari siapa?" gumam Kayshan sebelum memejam kembali.Keesokan pagi, Gery melarang Farhana ketika ingin masuk ke kamar Kayshan. Sang asisten mengatakan agar nyonya muda mematuhi segala peraturan yang dibuat oleh pimpinannya.Farhana mengernyit. Rupanya selain angkuh dan pandai memanfaatkan lawan, Kayshan juga plin plan. Kemarin lelaki itu sempat bersikap manis, meminta hak juga tak menolaknya. Tidak ingin moodnya rusak, Farhana memilih mengerjakan to do list. Dimulai dengan melihat video menu viral untuk dia recook, hingga melanjutk
Read more
BAB 12.
"Lama amat!" keluh Kayshan menyongsong pemilik rumah.Lelaki muda yang memakai sirwal hitam dan kaos oblong senada itu bergegas menghampiri tamunya. Dia membungkuk lalu meminta salim."Dah lama, Bang?" tanya Kemal pada sang kakak. "Harusnya aku aja yang ke sana," imbuhnya lagi, tak enak hati sebab Kayshan tentu sedang sibuk, tetapi malah membuang waktu di sini."Sesekali main ke sini, lah. Kamu lagi bikin apalagi, Dek?" selidik Kayshan setelah menepuk lengan adiknya ini. "Dari papa emang nggak cukup?"Kemal hanya tersenyum, enggan menanggapi hal itu. Baginya, hidup mandiri lebih terasa nikmat. Lagipula, di sini dia tak kekurangan bahan pangan. Semua bisa ditanam di sekeliling pekarangan rumah bila sekadar untuk bertahan hidup. "Masuk, Bang." Kemal mengajak kakaknya kembali memasuki hunian. Kali ini, dia menarik Kayshan sampai ke teras belakang. Kayshan terpesona. Dia baru tahu area ini, teras dengan kesan hangat yang dibuat panggung selaras bangunan depan dan utama. Ternyata halaman
Read more
BAB 13.
Kemal menghentikan langkah. Dia menoleh ke arah sahabatnya di ujung anak tangga."Siapa?" lirih Kemal mengulangi pertanyaannya. "Kembaranku ... Nono," jawab lelaki muda berkemeja navi, menatap datar Kemal.Glek!Kemal tak menanggapi, dia melanjutkan meniti tangga lalu membuka pintu depan dan menyilakan tamunya masuk.Dia mengajak sang sahabat langsung menuju teras belakang, salah satu area favorit di rumah ini. Bukan hanya untuknya tapi bagi semua orang yang mengenal akrab si pemilik hunian.Kopi mereka siap tersaji di atas meja jati ketika azan Maghrib terdengar. Keduanya pun duduk sejenak, menyesap minuman panas tersebut."Salat dulu, biar santuy ngobrolnya," kata Kemal setelah beberapa saat, menunjuk ke arah mushala kecil di rumahnya."Mandi boleh, Bang?" kata Farhan, cengengesan seperti biasanya.Kemal tertawa, bukan cuma Farhan yang bila sowan-main ke rumahnya langsung meminta izin sekalian mandi. Beberapa kawan lain pun serupa. Mereka bilang, air di rumah Kemal sejuknya berbed
Read more
BAB 14.
Bila tidak melihat laptop yang dia duga masih menyala, mungkin sebutan parasit tadi masih terngiang-ngiang di telinga Farhana.Wanita cantik itu melangkah maju. Mata sipit Farhana menangkap foto di pigura tak jauh dari sisi laptop. Senyumnya muncul saat ujung jemari mengusap permukaan bingkai itu."Apa kabar, Sayang?" Tangannya lalu memutar benda kotak di atas meja. Ketika mengarahkan kursor ke ikon shut down, netranya menangkap sebuah file yang masih menggantung di taskbar."Apa ini?" Farhana mengklik dokumen itu dan membaca isinya sekilas. Dia tidak menyadari jika Kayshan kembali masuk dan berdiri di belakangnya. "Malaysia-""Lancang sekali!" bisik Kayshan dengan suara berat.Deg! "Allah!" Farhana tersentak kaget dan langsung berbalik badan. Tatapannya bertabrakan dengan delikan sinis sang suami."Sudah kubilang, jangan sentuh!" ujarnya seraya menepis bahu Farhana hingga istrinya tersingkir ke samping.Sejurus itu, Farhana menarik lengan Kayshan hingga menghadapnya. "Mau ngapain ke
Read more
BAB 15.
Farhana gegas membereskan peralatan nge-vlog yang masih terjajar di atas meja. Dia menyembunyikannya di kitchen set bawah. Setelah semua rapi, Hana berlari kecil menuju ruang depan.Wanita cantik itu merapikan diri sebelum membuka pintu. Dia menghembus napas sembari menekan tuas, perlahan membuka panelnya."Ibuuuuuuuuu!" serunya girang, sambil berjingkrak kecil dan tepuk tangan.Dewiq tersenyum lebar, dia rindu tingkah konyol putrinya ini. "Aahh, sayangku!" ujarnya ikut heboh, sembari merentang tangan.Farhan hanya menggeleng kepala, kedua tangannya sibuk menenteng barang bawaan sang mama untuk kembarannya.Lelaki itu menggerutu kala kedua wanita asik berpelukan erat sementara dirinya terlupakan. "Nyak! ... Nooo! begimane ini, ane pegel!" omel Farhan menggoyangkan dua kresek di tangannya.Farhana terkekeh, lalu menyilakan keduanya masuk. Dia membawa mereka ke ruang keluarga yang langsung terhubung dengan pantry. Si kembar meletakkan semua barang bawaan mereka di atas meja dapur. Far
Read more
BAB 16.
Satu pekan sudah Kayshan di Malaysia. Dia baru saja usai memantau pekerjaan yang dimandatkan pada kedua asistennya.Mulanya, dia kira semua akan berjalan lambat. Namun, banyak kemudahan menghampiri dari berbagai sisi. Entah karena doa siapa, Kayshan tak henti mengucap syukur dalam hati.Bila berdekatan, keduanya saling mendiamkan diri. Lain hal ketika jauh. Kayshan membangun komunikasi intens dengan Farhana, terlebih saat tahu dari Murni bahwa istrinya lebih produktif selama dia pergi."Sedang apa?" tanya Kasyhan saat sambungannya terhubung.Dengan suara lembutnya, Farhana menjawab, "Belajar bikin rendang sambil review wajan granite, tapi rasanya belum pas." Kayshan tak menjawab, memilih meletakkan ponselnya di atas nakas. Dia mendengarkan suara Farhana yang berceloteh ini itu sambil berbaring, hingga tanpa sengaja dirinya mulai tertidur.Setelah beberapa saat, Hana menyadari sejak tadi dirinya bermonolog. Dia pun memanggil Kayshan. "Abang?" sebutnya dari seberang. Hening.Sepi dala
Read more
BAB 17.
Pria muda itu meringis, dia membalas perkataan Kayshan. "Jenis dzolim itu beraneka ragam. Mungkin dia tidak merasa teraniaya tapi batinnya terluka!" sergahnya lagi.Dia menjeda, lalu menarik napas panjang sebelum berucap, "Tidak butuh alasan jika Bang Kay masih punya nurani," imbuhnya.Kayshan menatap lurus pada pria di hadapan. Dia menyadari kekeliruan sikapnya terhadap Farhana. Tapi, semua seakan sulit dia kendalikan. Ada amarah yang muncul setiap kali melihat istri kecilnya itu.Dibandingkan dengan label NPD yang disematkan oleh si gadis ayu, Kasyhan malah mengakui bahwa dirinya adalah pria red-flag bagi Farhana. Sang CEO menghela napas, dia bangun lalu pamit pada ibunya. Rasa penasaran Kay tentang sesuatu sudah dia dapatkan jawabannya dari Kamala."Semua aku kembalikan pada Hana." Kay melenggang pergi melewati si pria muda."Bang!" serunya sambil menarik lengan Kayshan hingga berbalik badan. "Jangan jadikan dia sasaran kekecewaan atau penyesalanmu!" Kayshan menepis cekalan lelak
Read more
BAB 18.
Kayshan menatap datar manik coklat tua di hadapan. Meskipun dirinya tahu, Kay enggan membuka identitas Argasatya untuk Farhana.Dia sebisa mungkin menyimpan rapat, akan ada waktunya untuk membuka semua tabir. Kebencian yang dulu Kay pendam, dan susah payah dilupakan, malah kembali mencuat karena peristiwa ini."Menurutmu?" lirih Kayshan, menyipitkan matanya.Selama beberapa detik, retina milik wanita ayu bergerak ke kanan-kiri, menyelami iris gelap sang suami.Ada binar kekecewaan yang Farhana tangkap di sana. Dia pun membalas tatapan dingin Kayshan dengan membelai lembut pipinya."Jangan disebut kalau cuma bikin sakit," katanya lirih. "Maaf, aku nggak tahu kalau kalian saling kenal." Pandangan Kayshan melembut. "Kamu bahagia menerima semua hal darinya, huh?" ujarnya pelan, ada rasa iri seketika datang.Farhana tidak memberikan reaksi apapun. Dia sedang tenggelam, memaknai berbagai gurat ekspresi sang suami.Lelaki itu menarik satu sudut bibirnya ke atas. Terlalu konyol rasanya bertan
Read more
BAB 19.
Farhana ikut bersimpuh di depan kedua orang tuanya. Dia menggosok kedua telapak tangannya naik turun dengan cepat, memohon agar Ahmad berdiri. Lelaki ini tidak pantas mengemis sesuatu dari sesama mahluk. "Ayaahh, ba-bangu-uunn!" gagap Hana masih menangis. Dia juga menarik lengan Ahmad agar bangkit. "Nana nggak apa-apa ... gwenchana, gwenchanayoo." Air matanya deras mengalir di pipi meski Farhan terus menyeka wajahnya.Kayshan menengadah, dia menghempas napas ke udara. Entah mengapa, dia jadi membenci keluarga guru sekaligus mertuanya ini.Kamala menarik Dewiq bangun, pun Farhan yang memapah ayahanda tercinta agar bangkit. Hati dokter muda juga sakit, baru kali ini melihat lelaki kebanggaannya merendahkan diri di hadapan manusia.Sesayang itu mereka pada Farhana. Gadis manis nan salihah yang sedang berkorban lahir batin demi pria pujaannya.Farhana bangun, gegas meraih lengan Kayshan, mengguncang pelan lalu menciumi telapak tangannya. Dia terus berusaha membujuk pria angkuh ini."A-ba
Read more
BAB 20.
"Maaa!" Kayshan memegangi pipinya seraya memicing tajam pada Kamala. "Jaga bicaramu, Kay!" tegas Kamala kali ini. "Sudah mama bilang, bukan salah siapapun. Itu murni kesepakatan kami dulu," bebernya masih memandangi Kayshan."Tapi dia!" Tunjuk Kayshan lagi, pada sosok di depan pintu. "Kenapa semua orang sayang padanya, padahal kehadiran Adek adalah sebuah kesalahan!" sambarnya penuh emosi.Kemal bingung, antara melanjutkan menekan handle pintu atau bagaimana. Dia acap kali mendapat sindiran Kayshan, tak jarang menjadi objek tuduhan olehnya. Sejujurnya Kemal tak tahu, peristiwa apa yang melatari kebencian Kayshan padanya. Sekejap baik, tak jarang ketus dan sinis.Dia hanya memiliki sedikit kenangan manis dengan sang ayah. Pun, tentang sosok Ken, si kakak sulung yang telah berpulang lebih dulu. Tiada tempat bertanya bagi Kemal, karena Kamala selalu membesarkan hatinya setiap kali kata-kata pedas Kayshan terlontar.Namun, hari ini agaknya menjadi momen tepat bagi Kemal, untuk menanyaka
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status