Bayangan hitam itu masih menempel di pikiran Qu Cing. Ia sempat menangkapnya semalam, sesaat sebelum turun dari genteng. Gerakannya terlalu cepat untuk orang biasa, tapi jelas bukan sekadar bayangan lampion.Pagi ini, cahaya mentari menghapus sisa kabut Kota Ri. Pasar kembali riuh: pedagang berteriak menawarkan ikan segar, suara roda gerobak berderit, dan aroma roti hangat menyelusup di antara kerumunan. Namun, dalam hati Qu Cing, rasa dingin dari bayangan itu belum hilang.“Cing Ge, cepatlah!” Shi Jie menarik lengan bajunya, langkahnya kecil-kecil tapi tergesa. “Kita harus kembali ke Perguruan Long Ji sebelum gerbang ditutup!”Qu Cing terkekeh. “Tenang, perjalanan masih cukup. Kau semangat sekali, ya?”Shi Jie menunduk sedikit, pipinya memerah. “Jie tidak mau terlambat di hari pertama…”Mereka melangkah meninggalkan Kota Ri. Di gerbang timur, Du Bai sudah menunggu. Dengan celemek kebesaran masih terikat di pinggang, ia berdiri gagah seolah melepas pahlawan perang.“Kalau ada apa-apa,
Last Updated : 2025-08-25 Read more